Haii, double up nih hehe
Happy Reading
***
"Terima kasih, Pak," ucap Haiden saat penjaga rumah membukakan gerbangnya.
Haiden melangkah memasuki pekarangan rumah dengan lesu, ia merasa lelah hari ini. Selain karena Haiden belum mempunyai teman baru, ia juga lelah dengan ancaman Dave yang mengatakan jika Haiden tidak boleh mengatakan apa pun pada Nathan dan ia juga tidak boleh berdekatan dengan Nathan. Hari ini juga sangat lelah bagi Haiden, karena ia harus pulang menggunakan angkutan umum, belum lagi tadi jalanan sangatlah macet membuat Haiden sampai di rumah tepat pukul tujuh malam.
"Ikut saya!"
Baru saja membuka pintu, Haiden sudah ditarik oleh Anto dan entah akan dibawa ke mana. Lagi-lagi lengan Haiden ditarik dengan kencang, tadi saja bekas tarikan Dave membuat tangannya memerah ditambah saat ini ditarik juga oleh Anto pasti akan semakin merah, mereka menarik tangan yang sama. Nathan juga tadi memang menariknya, tetapi tarikannya tidak sekencang Dave dan Anto.
Brukk.
Tubuh Haiden terhempas begitu saja ke dalam ruangan yang gelap dan sesak karena ruangan itu penuh dengan barang-barang yang sudah tak terpakai, katakan saja itu gudang. Penyebabnya, karena Anto menghempaskan Haiden setelah menariknya tadi.
"Kenapa, Pa?" tanya Haiden menatap takut ke arah Anto yang memasang muka marah. Entah apa kesalahan Haiden kali ini sehingga membuat Anto marah.
Anto tidak menjawab, pria yang masih memakai pakaian kantor lengkap itu meneliti ruang gudang tersebut, hingga matanya mendapatkan sebuah gagang sapi yang sudah patah.
Bugh.
Bugh.
Bugh.
Amarah yang dirasakan oleh Anto tersalurkan ketika ia memukulkan gagang sapu tersebut ke tubih Haiden.
"A--ampun, Pa, sa--sakit," ucap Haiden berusaha melindungi kepalanya dari pukulan Anto.
Anto merasa tidak puas memukuli Haiden dengan gagang sapu, sehingga ia menarik kerah seragam Haiden sampai membuat anak itu berdiri.
"Apa yang kamu adukan kepada Adibrata, Haiden?" tanya Anto dengan tatapan menusuk, napasnya terdengar memburu.
Haiden bingung, ia pun menggeleng. "Ma--maksudnya, Pa?"
Bugh.
Anto kembali memukuli Haiden sampai Haiden kembali tersungkur. Haiden merasakan badannya remuk, belum sembuh luka yang diberikan Dave kemarin hari ini ia sudah mendapatkan luka baru.
Bugh.
"ADIBRATA TIDAK MAU MELANJUTKAN KERJA SAMANYA DENGAN PERUSAHAAN SAYA! KAMU TAU ITU, ANAK SIALAN!?"
Bugh.
Kali ini Anto menendang bagian perut Haiden, membuat anak itu terbatuk-batuk.
"PASTI KAMU MENGADUKAN YANG TIDAK-TIDAK KEPADA MEREKA, BUKAN?!"
Bugh.
Bugh.
Anto kembali menendang bagian perut Haiden berkali-kali, hingga puncak kemarahannya Anto menendang tepat di wajah Haiden menyebabkan anak yang masih menggunakan seragam itu kehilangan kesadarannya.
Barulah Anto berhenti menyiksa Haiden, napasnya semakin tersengal dan tatapan tajamnya tidak luntur sama sekali. Hatinya pun tak memiliki rasa belas kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAIDEN
FanfictionTerkadang Haiden merasa nasibnya selalu tidak beruntung, mulai dari dirinya yang hidup sebatang kara sampai dia sendiri pun tidak tahu dari mana ia berasal. Hingga akhirnya ia bertemu dengan keluarga yang sangat kaya raya dan ingin mengangkatnya seb...