24. Marah

4.6K 423 9
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya!

Happy Reading

***

Setelah menempuh waktu kurang lebih 30 menit, akhirnya Nathan dan Haiden sampai di rumah dengan selamat. Nathan yang mengendarai motor pun menghentikan kendaraan itu tepat di garasi khusus motor di rumahnya. Haiden yang berada di boncengan pun turun, ia berdiri di samping motor sambil menunggu Nathan membuka helm.

"Ngapain lo di situ? Masuk sana!" ucap Nathan galak. Ia menatap Haiden dengan kesal.

"Gue mau bilang makasih sama lo, Nath. Andai lo gak ada tadi mungkin gue udah masuk rumah sakit lagi," ucap Haiden sambil terkekeh di ujung kalimatnya.

Nathan mendelik sebal, ia meletakkan helmnya di atas spion motor, lalu turun dari motor karena sejak tadi Nathan memang masih duduk di atas motor.

"Lagi beruntung aja lo gue kebetulan lewat. Makanya kalau kerkom tuh gak usah sampai malem!" Nathan mengomel. Ia berbohong saat mengatakan jika Nathan hanya kebetulan melewati jalanan yang sama dengan Haiden. Faktanya Nathan memang sengaja keluar rumah karena khawatir dengan Haiden yang tak kunjung pulang padahal hari sudah malam.

"Iya, maaf tadi tugasnya banyak banget harus selesai hari ini soalnya besok dikumpul," jelas Haiden.

"Ck! Iya tapi lo jadi ngerepotin orang tau gak, lagian hobi banget sih dicegat preman, aneh." Dengan begitu Nathan melangkah pergi meninggalkan Haiden yang masih terdiam di garasi motor.

Haiden menghela napas, ia sadar kalau dirinya memang sangat merepotkan. Nanti Haiden akan mencoba untuk kembali mengucapkan maaf dan terima kasih kepada Nathan.

Nathan yang sudah lebih dulu berjalan masuk ke rumah pun dikejutkan dengan keberadaan kedua orang tuanya yang menunggu di depan pintu masuk.

"Mana Haiden, Nath?" tanya Agatha begitu Nathan menyalami tangan kedua orang tuanya.

Tadi saat Nathan mencoba untuk menghubungi Haiden dan tidak ada jawaban dari cowok itu, Nathan juga memang sempat menghubungi Johan dan Agatha, memberitahukan jika Haiden belum juga sampai di rumah.

Mengetahui hal itu Johan dan Agatha langsung bergegas pulang setelah menyelesaikan acara mereka. Jujur saja mereka juga khawatir dengan Haiden.

Belum sempat Nathan menjawab, sosok Haiden sudah berada di belakangnya membuat atensi Johan dan Agatha teralihkan.

"Habis kerkom di mana kamu, Den? Sampai malam begini, Ayah udah bilang kan tadi jangan sampai malam?" Johan langsung melempari Haiden dengan pertanyaan.

Jujur saja saat ini jantung Haiden sedang berdetak tak karuan. Di dalam pikirannya Johan sedang marah, terbukti dari raut wajah dan nada bicaranya yang terdengar lebih datar dari biasanya.

Haiden menelan ludah sebelum menjawab, "Maaf, Yah. Tadi kerja kelompok di rumah temen, tugasnya agak banyak dan harus dikumpul besok makanya tadi langsung diselesaiin."

"Tapi lain kali bisa kan kabarin orang rumah, buat apa Ayah beliin kamu ponsel tadi gak ada gunanya?"

Haiden terdiam, ia hanya bisa menundukkan kepalanya. Kali ini sepertinya Johan benar-benar marah padanya. Haiden juga mengakui jika ia salah, ia lupa mengisi daya ponselnya sampai ponsel itu kehabisan batrai, dan ia tidak bisa menghubungi siapa pun.

HAIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang