Jangan lupa vote dan komen, ya!
Happy Reading
***
Entah sudah berapa jam Haiden menyusuri jalanan sambil membawa tas ransel yang berisi kebutuhannya. Pergi dari rumah Daraga, Haiden tidak membawa apa-apa, ia hanya membawa pakaian seperlunya, buku-buku sekolah, dan pakaian seragamnya.
Haiden tidak membawa uang sepeser pun, bahkan ponselnya ia tinggalkan begitu saja di kamarnya. Hal itulah membuat Haiden bingung harus bagaimana, tetapi ia beruntung menemukan selembar uang di dalam saku celananya yang cukup untuk membeli sebuah air mineral kemasan dan sebuah roti. Namun, hal itu tak cukup untuk membuat perutnya kenyang.
"Yang penting udah agak ke isi," ucap Haiden setelah memakan sebungkus roti dengan lahap.
Kini Haiden berada di depan sebuah ruko yang sudah tutup, ia juga tidak tahu sedang berada di daerah mana, yang pasti Haiden berusaha untuk mencari-cari pekerjaan supaya ia mendapatkan uang setidaknya untuk makan.
Merasa dirinya masih lelah karena sudah berjalan jauh beberapa kilometer, Haiden memutuskan untuk mengistirahatkan sejenak dirinya di depan ruko tersebut, sebelum kembali melanjutkan perjalanan untuk mencari pekerjaan.
Di sisi lain, di rumah besar milik Anto Daraga. Pria paruh baya tersebut berada di ruang kerja yang berada di rumahnya, sedang menghubungi seseorang di seberang sana.
"Cepat cari anak itu, dan kalian hilangkan jejaknya," titah Anto entah pada siapa, pastinya seseorang yang menjadi bawahannya.
Tok ... tok ... tok.
Pintu ruang kerjanya diketuk oleh seseorang, Anto pun menyuruhnya untuk masuk.
"Ada apa, Dave?" tanya Anto begitu tahu sang putralah yang mengetuk pintu tadi.
"Ada yang cari Papa di bawah," jawab Dave. Raut wajahnya terlihat tak terbaca saat menatap Anto.
"Siapa?"
"Om Johan."
Setelah mendengar nama itu, Anto pun langsung keluar dari ruang kerjanya dan menemui Johan yang katanya sudah berada di ruang tamu.
Sementara Dave masih diam di posisinya, ia menatap kosong ke arah meja kerja milik Anto. Dave mendengar percakapan Anto dengan seseorang tadi karena Anto tidak menutup rapat pintunya, sehingga ia bisa sedikit mendengar percakapannya.
"Maksud Papa apa? Hilangkan jejak anak itu. Papa mau bunuh Haiden?" gumam Dave bertanya pada dirinya sendiri.
Selama ini Dave memang tidak menyukai Haiden karena ia tahu jika Haiden merupakan saudara dari musuhnya alias Nathan. Dave ingin membalaskan dendamnya pada Nathan lewat Haiden, begitu juga mungkin dengan apa yang dilakukan Anto.
Namun, Dave tidak pernah berpikir jika Anto ingin menghabisi nyawa Haiden. Dave pun menggeleng, kedua matanya tersorot kekhawatiran.
"Enggak, gue gak mau Papa jadi pembunuh," ucapnya. Setelah itu ia menyusul langkah Anto keluar dari ruangan itu.
***
"
Selamat malam, Pak Johan, silakan duduk," ucap Anto menampilkan senyum ramah penuh kepalsuan. Ia menjabat tangan Johan dan mempersilakannya duduk.
Johan pun duduk di salah satu sofa, begitu juga dengan Anto yang duduk di hadapannya. Kedua mata Johan meliar ke segala arah rumah Anto dengan tatapan datar. Ia sedang mencari seseorang, dan Anto sangat tahu siapa yang sedang dicari oleh Johan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAIDEN
FanfictionTerkadang Haiden merasa nasibnya selalu tidak beruntung, mulai dari dirinya yang hidup sebatang kara sampai dia sendiri pun tidak tahu dari mana ia berasal. Hingga akhirnya ia bertemu dengan keluarga yang sangat kaya raya dan ingin mengangkatnya seb...