30. Untitled

3.8K 383 19
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya!

Happy Reading

***

Johan berjalan dengan setelan jas yang terlihat sangat pas di badannya, di belakang ada seorang sekretaris yang mengikuti langkahnya.

"Mereka sudah datang?" tanya Johan tentunya kepada sang sekretaris.

Laki-laki yang berjalan di belakang Johan itu langsung mengecek ponsel miliknya.

"Mereka baru saja sampai, Pak," jawab si sekretaris itu.

Mendengar hal tersebut Johan langsung mempercepat langkahnya.

"Percepat langkahmu, Darren. Kita harus sampai duluan di ruang meeting. Jangan buat nama saya jelek di mata mereka," ucap Johan lagi setelah dirasa sang sekretaris tertinggal di belakangnya.

Darren berusaha untuk tidak mendengkus, ia masih menghormati Johan sebagai atasannya.

Sesampainya di ruang pertemuan, Johan langsung meletakkan sebuah tablet yang sejak tadi ia pegang, sementara Darre langsung menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pertemuan hari ini.

Lima menit berikutnya, seseorang mengetuk pintu ruangan yang sigap langsung dibukakan oleh Darren.

Johan berdiri dari duduknya saat beberapa orang memasuki ruangan. Seperti peretemuan pada umumnya mereka pun saling bersalaman lebih dulu sebelum memulai rapat.

Rapat pun dimulai, banyak yang mereka bahas mulai dari kelebihan perusahaan masing-masing dan keuntungan yang akan mereka dapat jika mereka deal untuk menjalin kerja sama.

Berlangsung hampir dua jam, akhirnya rapat itu pun selesai. Jajaran petinggi kedua perusahaan pun mulai meninggalkan ruang rapat tersebut, hingga hanya menyisakan Johan, Darren, dan dua orang lain dari perusahaan lain.

"Bagaimana kabarnya, Pak Johan?" tanya seseorang yang duduk di sebelah kanan Johan. Ia adalah Anto Wijaya, pemimpin sekaligus pendiri perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaan Johan.

"Baik," jawab Johan berusaha untuk tersenyum walau tipis.

Anto mengangguk. "Karena rapat sudah selesai, kita bisa ngobrol santai?"

Johan tidak langsung menjawab, ia melirik ke arah Darren yang berdiri di sebelah kirinya. Dan Darren pun mengangguk seakan mengerti arti dari tatapan Johan.

"Hanya 15 menit," ujar Johan.

Anto terkekeh mendengarnya. "Tentu, Anda ini sangat sibuk pasti."

Johan hanya menanggapi dengan anggukan.

"Saya dengar Anda mengadopsi seorang anak?" tanya Anto tiba-tiba setelah menyeruput minuman yang disediakan.

Seharusnya Johan tidak perlu terkejut lagi mendengar pertanyaan tersebut, karena beberapa media pernah membicarakan dirinya yang mengadopsi seorang anak. Bahkan di dalam berita tersebut terpampang foto dirinya dan Haiden, beserta keluarganya yang sedang berlibur.

"Ya," jawab Johan singkat. Sejujurnya ia malas harus berbicara seperti saat ini dengan Anto karena Johan bukan tipe orang yang senang berbasa-basi.

"Saya jadi teringat anak saya yang hilang, Pak," ucap Anto.

Johan yang sejak tadi hanya menatap malas ke arah tablet yang masih menyala pun langsung mengalihkan tatapannya ke arah Anto. Perasaannya menjadi tidak enak.

HAIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang