Nara nampak bingung sebab saat ia ingin menjalan kan motornya seperti ada yang tidak beres, ia turun kembali dan baru tersadar saat ban belakang nya bocor.
"Ya ampun kalau kayak gini gimana gue mau balik" decak nya frustasi sekaligus bingung, hari sudah sore dan tidak ada angkutan umum satu pun.
"Sial handphone gue mati"
"Masa iya gue dorong nih motor mana gak ada bengkel yang deket dari sini lagi" ia terus menggerutu dan terus membodohi sifat cerobohnya yang tidak mencharger hp hingga penuh.
Pasrah. ia pasrah dengan keadaannya sekarang, teman teman nya sudah pada pulang dan keadaan sekolah mulai sepi.
"Motor lo kenapa?" tanya seseorang disamping nya.
"Lo?" kaget Nara
"Ban nya bocor?"
"iya, mana bengkel gak ada yang deket dari sini"
"Balik bareng gue aja"
"Eh gak usah gue gak mau nyusahin lo terus"
"Dalam keadaan kayak gini lo masih sempat sempatnya mikir kayak gitu?
buruan naik, motor lo biar di bawa sama orang suruhan gue""Tapi—"
"Kebanyakan mikir lo" ia lantas menarik tangan Nara dan menyuruh gadis itu untuk duduk di atas motor nya.
"Pegangan" perintahnya.
"Dih gak mau, lo modus ya"
"Woy pelan pelan anjir gue hampir jatoh" Nara memukul pundak pria itu dengan keras.
"Gue udah bilang buat pegangan tapi lo batu gak mau dengerin, pegangan gue mau ngebut"
"Yayayaya.... nih udah nih" Nara menaruh tangan nya dipundak pria itu.
Pria itu berdecak malas dan mengambil tangan Nara lalu ia lingkarkan diperutnya, Nara ingin menarik kembali namun di tahan oleh sebelah tangan pria itu.
"Jangan banyak protes. kayak gini lebih aman"
"Aman apanya bilang aja nyari kesempatan dalam kesempitan, ini juga tangan lo gak usah ngelus ngelus tangan gue! dasar modus" Nara terus mengomel di sepanjang jalan bahkan mereka menjadi pusat perhatian.
"Diem! lo mau gue turunin disini"
"Bodo amat gak peduli" ucap Nara dengan malas.
"Btw kok lo masih ada di sekolahan Al?" tanya Nara pada Alister.
Ya orang itu adalah Alister, ia yang baru keluar dari lapangan tidak sengaja melihat seorang gadis yang sibuk menggerutu.
"Habis latihan basket" ucap Alister dan Nara hanya mengangguk kan kepalanya. ia tidak mendengar ada yang latihan basket tadi, padahal jalan menuju parkiran dan lapangan basket tidak terlalu jauh.
"Rumah lo dimana?"
"Nanti lo lurus aja terus belok sebelah kiri nah rumah gue yang cat warna putih"
Akhirnya mereka sampai di depan rumah yang terlihat sangat sederhana namun terlihat cukup luas. di depan sana ada ibu nya yang sedang menyiram berbagai jenis tanaman.
"Lho, motor kamu kemana kak?"
"Ban nya bocor ma" Nara mencium punggung tangan ibu nya dan Alister juga ikut mencium punggung tangan Laily.
"Eh ini siapa? temen nya Nara ya? ayo mampir dulu" senyum Laily
"Gak usah tante saya harus pulang udah di tunggu sama bunda"
tolak Alister nya dengan halus.