Part 18

558 17 2
                                    

"Eh lo mau bawa gue kemana? ini bukan arah rumah gue" Andra berteriak karena jalanan cukup ramai dengan kendaraan lain.

"Rumah gue" balas Aiden juga berteriak.

Andra yang mendengar bahwa akan dibawa kerumah Aiden cukup kaget
untuk apa Aiden membawanya ke rumah pria itu?

Selang beberapa menit motor besar milik Aiden memasuki pekarangan rumah megah dengan taman yang dipenuhi banyak tanaman serta kolam renang yang luas. gerbang hitam itu di buka oleh satpam yang berjaga.

Aiden tersenyum dan mengucapkan terimakasih begitu pula dengan Andra, meskipun kata orang Andra ini mempunyai sifat bar bar tapi dirinya masih mempunyai sopan santun kok.

"Assalamu'alaikum. ma Aiden pulang!" teriaknya memasuki rumah di ikuti Andra dari belakang.

"Waalaikumsalam jangan teriak ini bukan lagi dihutan" seorang wanita cantik menyambut kedatangan putra keduanya lalu tak lupa mengecup seluruh permukaan wajah Aiden.

"Kamu mau makan? mama udah masakin makanan favorit kamu
yuk kita makan dulu — eh ini siapa? temen nya Aiden ya?"

Andra gugup ingin menjawab apa
di liriknya Aiden dengan tajam tapi pria itu hanya mengedikan bahunya
membuat Andra menggeram kesal.

"Eum iya saya teman nya Aiden tante" senyum canggung Andra

Gladis — ibu Aiden ikut tersenyum
ia tahu betul bahwa gadis yang didepan nya ini sedang gugup. sangat terlihat jelas sekali.

Gladis menyentuh bahu Andra membuat gadis itu tersentak kaget.

"Gak usah canggung gitu, biasa aja
tante gak ngegigit orang kok"
canda Gladis sedikit mencairkan suasana.

"Hehehe iya tante"

"Nama kamu siapa sayang?"

"S-saya Andra tante"

"Nama yang cantik sama seperti orangnya" Andra tersenyum simpul.

"Justin mana ma?" tanya Aiden mengalihkan pembicaraan.

"Hufttt, kamu dan adek mu itu sama aja. sama sama susah dibilangin
sekarang dia lagi kumpul sama geng gak jelas nya itu" omel sang ibu

"Terus kalo bang Varo kemana?

"Dia lagi ikut papa kamu ngurus bisnis kita keluar kota, untung aja abang kamu udah lengser dari geng urak urakan kayak gitu. gak kayak kalian berdua" omel Gladis

Aiden memutarkan matanya jengah.
"Dan untungnya bukan aku yang ngurus kantor, syukurlah masih ada tuh orang"

"Heh yang sopan kamu sama abang sendiri, jangan seneng dulu karna masing masing dari kalian sudah kebagian jatah perusahaan jadi kamu masih tetap akan mengurus perusahaan kamu sendiri. tenang nanti akan dibantu sama abang kamu kok"

Aiden lagi lagi menghembuskan nafasnya. sepertinya ia harus mengalami nasib yang sama seperti kakak pertamanya, harus mengurus perusahaan yang bahkan Aiden belum paham sama sekali. tak ada pilihan lain, Aiden harus tetap menerimanya mau bagaimana pun juga ini sudah menjadi tanggung jawabnya entah Aiden harus bersyukur atau tidak karena sudah lahir dari keluarga Abraham yang terkenal akan keharmonisan juga kekayaan yang melimpah.

Dia dan Justin memang tidak satu perkumpulan, namun geng mereka masih terjalin tali persaudaraan
bisa dibilang mereka adalah junior nya VAGOS.

Aiden sudah sering memaksa adiknya itu untuk bergabung dengan geng dia saja, namun Justin dengan keras menolak dan mengatakan bahwa ia tidak ingin satu perkumpulan dengan abangnya.

Ogah gue satu perkumpulan sama lo
yang ada gue di bully, terus dijadiin babu, kan anj - Justin tamvan

ATLASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang