Part 15

642 14 0
                                    

XII 1.

Andra masih berdiri bersedekap dada
ia memandang datar Nara untuk meminta penjelasan. Nara yang di tatap seperti itu tentu merasa tidak nyaman, ia merasa seperti sudah melakukan kejahatan.

"Biasa aja kali Dra natapnya lo gak liat muka Nara ketakutan gitu"
peringat Vania, jika tidak begitu maka Andra makin terus menatap Nara dengan tajam.

"Ada yang mau lo jelasin ke kita?"
Nara mendongak melihat Andra yang sudah terlihat lebih baik namun tetap aja seram menurut Nara.

"Jelasin apa?"

"Ck lo baru deket Alister udah ketularan bodoh nya ya, lo gak mau jelasin kenapa tiba tiba Alister nembak lo buat jadi pacar nya?"

"I-itu gue juga gak tau, gue bingung harus ngejelasin nya gimana"

"Dia maksa lo buat jadi pacarnya kan? emang ya tuh orang dari dulu sifat brengseknya gak pernah hilang"

"Awalnya dia emang maksa gue dan gue juga gak ngerti kenapa dia tiba tiba berani ngomong kayak gitu di hadapan semua orang"

"Tapi lo pada liat gak sih tatapan Alister kayak serius gitu? ya gak sih?" tanya Tania membuat yang lain saling melirik.

Andra mendengus.
"Dia gak pernah serius sama ucapan nya, dan lo gue mau jangan pernah berhubungan sama cowok itu lagi" mereka semua menatap tak mengerti pada Andra, apa maksud dari ucapan gadis itu? kenapa Andra sebegitu tidak sukanya nya pada laki laki bertindak hitam itu.

"Dra gue tau lo pasti gak suka sama kelakuan Alister tapi lo gak ada hak buat ngelarang Nara dekat sama Alister, juga ini hak Nara buat nerima atau nolak Alister—"

"Kita semua cukup dukung Nara" ucap Tania jika sudah seperti ini Tania akan menggunakan otak dan hatinya, tidak ada Tania yang bergurau.

"Tapi gue cuma gak mau Nara dipermainin dan berujung sakit hati
lo semua tau kan kalo Alister itu kayak gimana? bahkan sebelum Alister, ketua Vagos yang dulu juga sama brengseknya"

"Gue gak akan pernah lupa sama kejadian itu—" entah mengapa hatinya selalu sakit jika mengingat perlakuan ketua VAGOS generation 01 beberapa tahun yang lalu.

Alea mengusap bahu Andra menguatkan gadis itu yang kini terlihat rapuh. ia tau, ia mengerti bagaimana perasaan Andra saat itu
dan mungkin kenangan itu tidak akan pernah mereka lupakan.

"Semua nya bakal baik baik aja Dra gak ada yang perlu lo takutin lagi
dia udah aman sama kita sekarang dan berkat juga dukungan lo dia udah  ceria lagi, bahkan jauh lebih bahagia"

Andra memejamkan matanya, sesak
kenapa harus kenangan itu yang terputar kembali dikepalanya.

"Jangan takut Dra gak semua cowok kayak gitu, Alister gak mungkin nyakitin Nara" sahut Vania

"Sebenernya apa yang gak gue tau? kenapa Andra kayak ketakutan gitu
Dra gue minta maaf kalo udah bikin lo khawatir, gue gak bakal nerima Alister tapi tolong jangan—"

Grep

Nara terpaku mendapat pelukan tiba tiba dari gadis berambut sebahu, ia membalas pelukan Andra dan mengelus punggung gadis itu yang sedikit bergetar. Andra menangis?

"Maafin gue, maaf udah marah gak jelas sama lo. mereka bener ini hak lo dan hati lo berhak berlabuh sama siapa, gak papa lo terima Alister tapi tolong kalo dia nyakitin lo bilang langsung sama gue ya"

"Gue juga minta maaf karna udah bikin lo marah dan kesel" Nara merasakan gelengan gadis itu.

"Bukan salah lo Ra, gue nya aja yang perasa" mereka yang melihat itu ikut memeluk, kini mereka berpelukan layaknya Teletubbies.

ATLASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang