***
Aku membawa cerita baru, baru awal banget nih haha semoga suka yah.
Silahkan tinggalkan komentar atau mungkin saran untuk kisah baru ini ^^
"Noona, saat kau bilang dia yang terbaik. Aku bisa percaya itu?".
Pagi yang cerah tapi tidak terlalu cerah untuk hari-hari Lee Ha Jin, semua pagi sama saja baginya. Dimana harinya akan di mulai saat matahari memunculkan cahayanya dan akan di tutup oleh malam dengan segudang hutang-hutang sialan itu.
"Kau benar-benar tak mau ikut denganku?". Ha Jin mengangkat hasil telur goreng-nya untuk di pindahkan ke atas piring adiknya, "Memang kau bisa hidup tanpa diriku? Masak nasi saja kau tak bisa".
Lee Goon.
Cukup tinggi di usianya yang belum terlalu dewasa, yah setidaknya itu yang sering dikatakan oleh sang kakak. Walau menurut kakaknya ia belum cukup dewasa tapi Goon merasa saat ini dirinya sudah bisa mandiri, setidaknya itu menurutnya.
"Noona, kau belum bercerita padaku". Goon merasa mulai antusias, terlebih sang kakak kini sudah duduk di depannya untuk ikut melahap sarapan paginya, "Dimana kau bertemu dengannya? Dua hari yang lalu saja kau masih mendeklarasikan dirimu tak punya kekasih, tidak. Aku tahu kau tak punya waktu untuk sekedar menjalin kasih, di otakmu hanya uang dan uang".
"Yak, Lee Goon".
Goon menjulurkan lidah acuh, "Lalu tiba-tiba semalam saat kau pulang kerja, kau bilang sudah menikah". Goon menggeleng, "Ku pikir kau bicara asal karena sedang mabuk tapi pagi ini kau sudah mengemas barang-barangmu untuk pindah ke apartemen.... Siapa nama suamimu itu?".
Ha Jin melirik pada jam kecil yang ada di tangannya, "Cepat habiskan makananmu, kau harus segera berangkat jika tak ingin terlembat sampai di sekolah".
"Noonaaaaaa, sebenarnya kau mendengarku bicara atau tid—awwww". Goon memegang kepalanya, "Yahhh, kenapa memukul kepalaku?".
Ha Jin berdiri dari kursi makannya untuk menyimpan piring kotornya di dapur, "Habiskan makananmu adik kecil, aku harus pergi sekarang".
"Kemana? Sepagi ini? ke rumah suam—sial aku lupa siapa namanya, kau menyebut namanya semalam. Siapa namanya noona?".
Ha Jin sudah berdiri kembali di depan adiknya bersama dua koper dan satu tas kecil di lengannya, "Jangan menelepon, aku yang akan nanti menghubungimu".
Ha Jin mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya, "Uang itu akan cukup sampai kita bertemu dua minggu lagi".
"Dua minggu?". Goon memicingkan matanya, "Noona, kau tak menikah dengan kakek tua atau pria yang telah beristri kan? –aakkkkk—yakkkk".
Adu Goon saat kembali mendapatkan satu pukulan di kepalanya.
"Pikirkan saja sekolahmu, jangan isi otakmu dengan hal-hal aneh".
Goon berdiri dengan cepat, dengan wajah yang sedikit tak terima berkata, "Lalu kenapa kita bertemu dua minggu lagi? Sebenarnya siapa yang kau nikahi noona?".
Ha Jin melirik ponselnya yang berbunyi, sebelum berjalan keluar dengan dua kopernya, Ha Jin kembali menatap adiknya, "Sekolah yang baik. Habiskan makananmu dan jangan lupa kunci pintu dengan baik, aku pergi".
-J-
Ha Jin yang ceria dan selalu mengkhiasi wajahnya dengan senyuman, Ha Jin percaya satu senyuman akan membawamu lebih dekat pada uang. Ha Jin tak peduli dan tak pernah mau peduli dengan pandangan atau omongan orang tentang dirinya, baginya yang terpenting bagaimana waktu dalam setiap detiknya bisa menghasilkan uang, adiknya tercukupi dan semua hutang-hutang itu bisa segera terbayar lunas. Ha Jin tak peduli dengan dirinya sendiri yang juga bisa sakit, Ha Jin tak peduli dengan semua air mata yang mengalir membasahi pipinya di setiap malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paid Bride, End.
RomanceLee Ha Jin percaya jika uang adalah pusat dari segala kebahagiaan tapi apakah bahagia-nya adalah uang? Cho Kyuhyun percaya di dunia ini tidak ada yang namanya cinta sejati. Baginya, cinta menyakitkan. Terlalu menyakitkan hingga membuatnya terluka sa...