~ 24

219 37 13
                                    

"Tunggu, tunggu dulu. Tarik nafasmu dulu Lee Ha Jin, bagaimana aku bisa mengerti kalau kau bicara sembari menangis? Kau tak bisa mencari celah untuk keluar dari sana?".

"Oppa, bantu aku. Aku tak mau dia mati, oppa tolong aku".

"Tarik nafasmu dulu lalu bicaralah yang jelas agar aku mengerti".

Ha Jin mengikuti saran yang di suarakan Park Moon Bin.

Mencoba untuk menarik nafasnya sangat dalam sembari memejamkan mata dan mengatur ritme nafasnya sembari mengurangi deras air matanya, Ha Jin memilih mengambil waktu dua menit untuk benar-benar menenangkan diri.

"Jadi kau sekarang terkurung di dalam kamarmu sendiri? Adikmu yang melakukan semuanya? Kenapa? Maksudku ohhh sial apa yang terjadi? Suamimu dimana? Cho Kyuhyun tak mencarimu? Apa masalahnya?".

Meniup-niup nafasnya agar sedikit lebih ringan, Ha Jin melanjutkan dengan getir sisa-sisa isakannya.

"Aku tak punya banyak waktu untuk bicara, baterai ponselku sebentar lagi akan mati oppa".

Moon Bin mengangguk sekali pun Ha Jin tak bisa melihatnya, "Ok, ok. Sekarang katakan kau dimana? Tidak, kirimkan alamat rumahmu. Aku akan kesana".

.

.

Ha Jin menunggu sekitar tiga puluh menit untuk kedatangan Park Moon Bin.

Waktu yang sebenarnya tidak terlalu lama tapi mendadak semakin membuat hatinya risau, Ha Jin berjalan mondar-mandir di ruang tengah rumahnya dengan deguban jantung yang luar biasa sialan menyiksa.

"Ha Jin-ah, maafkan aku. Pintumu di luar terbuka jadi aku langsung mas—".

Moon Bin meninggalkan kalimatnya di udara lalu dengan langkah kaki besar berjalan ke arah Ha Jin dengan tatapan sangat cemas.

"Demi Tuhan siapa yang membuatmu berdarah? Tidak, katakan dimana kotak obatmu. Kita obati dul—".

"Oppa, oppa kita tak punya waktu". Geleng Ha Jin mencoba menghentikan Moon Bin.

Moon Bin menatap antara wajah Ha Jin yang penuh bekas buliran air mata dengan luka lebam di sekujur lengan juga area leher.

"Aku tak tahu apa yang terjadi padamu. Empat hari terakhir ini aku melakukan perjalanan bisnis tapi demi Tuhan, Cho Kyuhyun bisa membunuh semua orang jika melihat luka-lukamu ini".

"Oppa, waktu kita—".

"Adikmu pelakunya?".

"Apa?".

"Memukulmu. Adikmu memukulmu?".

Ha Jin menggeleng pelan dengan sisa-sisa tenaganya, sejujurnya sudah dua hari perutnya tak mendapat asupan apapun selain hanya air putih.

"Lalu apa yang terjadi padamu? Setidaknya beri aku sedikit penjelasan agar aku bisa memahami situasi ini. Kau tiba-tiba meneleponku dengan tangisan, meminta tolong. Daripada meneleponku, kenapa kau tak menelepon suamimu? Apa yang terjadi Lee Ha Jin?".

Menggigit bibirnya dengan terisak kembali Ha Jin mencoba menjelaskan dengan singkat, "Kau tahu kan adikku sudah tahu semuanya?".

"Hmm. Dia luar biasa menentang hubunganmu dengan Kyuhyun".

"Dua hari yang lalu dia datang ke apartemen Kyuhyun, aku tak tahu dia tahu kode masuk apartemen darimana tapi dia masuk lalu berbuat gaduh. Terjadi sedikit pertengkaran di antara kami, adikku memaksaku untuk pulang bersamanya, dia bahkan membawa dokumen perceraian yang hanya butuh tandatanganku. Singkatnya, Kyuhyun memberiku izin untuk ikut bersama adikku, dia berjanji akan menjemputku. Aku pulang bersama adikku, ketika sampai di rumah ini, adikku mengambil paksa ponselku, dia mendorongku masuk ke kamarku lalu mengurungku disana".

Paid Bride, End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang