Ha Jin membuka mata pagi ini masih dengan perasaan yang sama, hati yang gelisah yang di penuhi beban. Beban yang sebenarnya Ha Jin sendiri pun tak tahu mengartikan apa, setiap hembusan nafas yang berhembus rasanya sangat berat, seolah dunia tak menganggapmu.
Seolah dunia tak pernah mendengar kisah menyedihkanmu.
Percayalah tersenyum dalam keadaan hati yang berantakan sangat sulit, adalah sebuah pekerjaan yang begitu menguras energi tapi Ha Jin tahu setidaknya sampai detik ini ia harus terus memasang senyuman di wajahnya walau sulit dan sakit, Ha Jin mau orang di sekitarnya tetap bahagia, biar diri dan hatinya saja yang menangis.
Terdengar egois? Entah, Ha Jin telah sampai di titik itu, lelah.
Sebelum membuka pintu kamar Kyuhyun, Ha Jin sekali lagi menarik nafasnya dalam sembari memejamkan mata, setelah merasa berhasil menerbitkan senyumnya, Ha Jin membuka pelan pintu kamar Kyuhyun, berjalan masuk sembari menyeret tiang infusnya.
"Lee Ha Jin?".
Ha Jin tersenyum sembari menutup pintu, berjalan ke arah Kyuhyun yang duduk bersandar di atas ranjang rumah sakitnya.
"Aku tak boleh kesini?".
"Bukan begitu".
Ha Jin mengambil tempat untuk duduk di depan Kyuhyun, masih dengan tersenyum, "Selamat pagi my Chocho".
Kyuhyun ikut tersenyum kecil, walau gurat pucat itu masih membayangi wajah Ha Jin tapi anehnya pancar kecantikan itu masih ada setidaknya begitu kedua mata Kyuhyun menatap, "My Chocho". Kyuhyun mengangguk sebentar, "Kenapa hatiku bahagia mendengarnya?".
Ha Jin membalas dengan senyuman lalu berkata, "Bagaimana dengan luka-lukamu? Lee Goon memukulmu keras semalam".
Kyuhyun membuang nafasnya asal, "Memiliki sahabat seorang ahli medis benar-benar membantu".
Ha Jin tersenyum.
"Dokter jelek itu mengobati lukaku bahkan tanpa ku minta".
"Jangan menyebutnya dokter jelek, dia punya nama Chocho. Bagaimana jika pasiennya mendengar? Citra dokternya bisa tercoreng".
Kyuhyun menyipitkan matanya, "Aku tidak suka kau membela pria lain".
"Aku tidak sedang membela pria lain tuan".
Ada kekosongan waktu yang terisi hanya dengan saling membalas senyuman dan aroma pagi yang menjadi latar belakang.
"Sayang, bagai—".
"Hooo demi seluruh isi bumi, jangan panggil aku begitu. Astaga kau benar-benar membuat jantungku berdebar mendengarnya".
Tapi Kyuhyun justru lebih mendekat untuk berbisik, "Jangan harap, selamanya kau sayangnya aku".
Ha Jin menggigit bibir bawahnya dengan Kyuhyun yang sedang tersenyum di depannya.
Setelah berhasil membuat pipi Ha Jin meronah, Kyuhyun melanjutkan, "Bagaimana kabarmu pagi ini? Apa yang kau rasakan pagi ini?".
Ha Jin memiringkan kepalanya ke kiri dengan senyuman kecil, "Chocho".
"Iya, sayang".
Ha Jin memejamkan matanya sebentar untuk merasakan kepakan sayap kupu-kupu di perutnya, membiarkan Kyuhyun menang atas panggilan itu, "Kau tahu hal sederhana apa yang dari dulu sangat ingin kurasakan tapi tidak pernah ku dapatkan?".
"Apa?".
Ha Jin menarik nafasnya, "Sekali saja, satu kali saja aku sangat ingin ibuku atau ayahku bertanya tentang bagaimana aku menjalani hari ini, bagaimana kabarku hari ini, apa saja yang kurasakan, apakah aku bersedih? Ataukah ada yang merusak hariku?". Ha Jin menggeleng bersama dengan hancur hatinya tapi bibirnya tetap tersenyum, "Aku tidak mendapatkan itu, tidak pernah merasakannya. Kadang aku bertanya dlaam kesendirian malamku, bukankah itu satu hal sederhana? Tapi mengapa aku tak di izinkan untuk merasakannya?". Ha Jin melanjutkan dengan, "Aku menyedihkan, bukan?".

KAMU SEDANG MEMBACA
Paid Bride, End.
RomanceLee Ha Jin percaya jika uang adalah pusat dari segala kebahagiaan tapi apakah bahagia-nya adalah uang? Cho Kyuhyun percaya di dunia ini tidak ada yang namanya cinta sejati. Baginya, cinta menyakitkan. Terlalu menyakitkan hingga membuatnya terluka sa...