"Okh, Chocho".
Ha Jin menelan roti yang baru saja ia buat lalu melanjutkan saat Kyuhyun duduk tepat di sampingnya, "Kau tak bekerja hari ini? Sudah pukul...". Ha Jin melirik sebentar pada jam dinding sebelum kembali menatap Kyuhyun, "Tepat sepuluh pagi".
Kyuhyun menegakkan tubuhnya sembari menatap mata Ha Jin langsung, "Kamarmu berantakan".
Ha Jin masih diam.
"Banyak sekali gaun berserakan di atas ranjangmu". Kyuhyun melanjutkan, "Bisa kau jelaskan?".
Ha Jin menelan sisa potongan roti cokelatnya, ia tak tahu mengapa harus menjelaskan ini pada Kyuhyun, "Oh itu, malam ini di club ada pesta ulang tahun salahsatu pengusaha muda. Semacam perayaan yang mengundang beberapa rekan bisnis, biasanya jika ada pesta semacam itu di club, dalam semalam mereka bisa mencetak jumlah nol yang banyak untuk membeli alcohol. Mereka menghabiskan banyak lembaran uang seperti lembaran-lembaran daun yang berjatuhan pada musim semi". Ha Jin menggeleng sembari menaikkan kedua kakinya ke atas sofa, "Ouwh, bukan hanya membeli banyak alcohol juga makanan. Pesta semacam itu menjadi ajang pamer barang-barang mahal yang mereka kenakan. Jam tangan atau sepatu bahkan setelan jas dan mobil yang harganya membuatku merinding. Memiliki uang yang banyak memang sungguh menyenangkan, kau bisa membeli apapun yang kau inginkan tanpa perlu berpikir bisa makan besok atau tidak".
"Aku bertanya soal gaun-gaun kekurangan bahanmu yang berserakan".
"Ng?".
Kyuhyun membasahi bibirnya dengan lidahnya lalu berkata, "Kenapa berbuat gaduh dengan memberantakkan gaun-gaunmu?".
Dari penjelasan panjang –lebarnya, Kyuhyun hanya terfokus pada gaun-gaunnya?
Ha Jin menggeleng sebentar, "Aku tak mengerti kenapa kau tertarik pada gaun-gaunku".
"Jawab saja ohh Tuhan".
Ha Jin tersenyum kecil, "Apa kaum sepertimu masih mengingat Tuhan? Aku merinding mendengarnya".
Karena Kyuhyun tak menjawabnya melainkan hanya menatapnya dalam diam, Ha Jin melanjutkan, "Aku mencari gaunku yang berwarna hitam. Maksudku, mungkin kau melihat beberapa gaun hitam di atas ranjang tapi warna hitam yang ku cari tak ada. Aku tak melihatnya, tapi mungkin saja aku lupa membawanya. Mungkin saja tertinggal di rumahku, setelah ini aku berencana pulang sebentar untuk mengecek apakah gaun yang ku cari itu ada di rumahku atau—".
"Kau tak mendengar perkataanku semalam?".
Ha Jin menaikkan satu alisnya.
Apa lagi sekarang?
Hidup di bawah atap yang sama dengan pria yang menikahinya ini selama empat hari terkadang membuat Ha Jin mati penasaran tentang sikap yang selalu berubah-ubah.
"Yah, Chocho apa masalahmu?".
Kyuhyun memejamkan mata sebentar.
"Berhenti dari club itu. Bekerja di café tak cukup? Dan sudah ku bilang, aku akan menambah uang dari perjanjian yang kita sepakati—".
"Apa aku berhasil membuatmu menyukai wanita?".
Hingga di detik ke dua puluh Kyuhyun masih menatapnya tanpa kembali bersuara, Ha Jin tersenyum lebar sembari mengangguk, "Terima kasih atas niat baikmu tapi tak perlu lakukan itu. Bayar aku di setiap bulannya sesuai dengan perjanjian saja".
"Yah, Lee Ha Jin—".
Dengan keahliannya yang bisa mengendalikan situasi, Ha Jin merubah pembahasan dengan cepat, "Ya—ya—yahhh bagaimana jika kau bercerita soal boss cantikmu itu, hmm? Ceritakan padaku tentang dia, wanita yang kau temani di club semalam boss-mu kan? Eu-um, Min Hwa Su".
KAMU SEDANG MEMBACA
Paid Bride, End.
RomanceLee Ha Jin percaya jika uang adalah pusat dari segala kebahagiaan tapi apakah bahagia-nya adalah uang? Cho Kyuhyun percaya di dunia ini tidak ada yang namanya cinta sejati. Baginya, cinta menyakitkan. Terlalu menyakitkan hingga membuatnya terluka sa...