Kampung haikyuu, 17 februari 2009
Kabut mengepul di sepanjang jalan, suasana pedesaan di waktu magrib, sunyi nan sepi layaknya kampung tak berpenghuni padahal rumah-rumah begitu padat di dalam nya.
Hanya gremicik air dan suara belalang yang nampak terdengar, tidak ada sedikit pun lantunan adzan atau sholawat.
"Mereka dateng besok umi, semoga bisa ngebantu"
Gadis berusia dua puluh tahun yang saat ini tengah menyuguhkan teh hangat nampak tersenyum sendiri.
"Osamu besok pagi-pagi tolong kamu bersihin area mushola, kita pakai lagi mulai besok"
Yang di panggil osamu nampak mengangguk, ia menatap langit-langit lewat jendela rotan di rumah nya, mendung tidak ada satupun bintang padahal magrib sudah terlewat hampir sepuluh menit lalu.
"Semoga mereka bisa tahan di sini" Gumam nya, sesaat setelah sebuah cerita kelam tentang para pemuda yang terbunuh oleh penduduk desa sekitar simbilan tahun lalu muncul di kepala osamu.
Tujuh pemuda dengan latar belakang seorang santri kiriman dari jawa dan sumatra terbunuh karena penduduk desa meresa mereka terlalu ikut campur pada ritual dan kepercayaan yang penduduk anut.
Dan di tahun ini, jihad itu akan kembali terlaksana dengan orang-orang yang berbeda, sunggu osamu sedikit khawatir tapi sangat senang ketika islam yang sesungguhnya akan kembali di hidupkan selayaknya sembilan tahun lalu, saat ia masih kanak-kanak.
Cerita kelam ini tersimpan apik bak sejarah, makam para pemuda itu di kuburkan di belakang musholah tanpa ada satupun penduduk luar desa yang tau.
"Doakan saja"
"Besok samu bakal bilang sama tsumu buat jangan keluyuran dulu, kita mau kedatangan tamu"
.
.
.
Banten 02 januari 2009
Laki-laki dengan surai hitam nya nampak menunduk, suara dan pesan-pesan apik dari seseorang tengah ia dengarkan
"Abah mempercayakan anak abah satu-satunya untuk pergi ke sana"
Tidak ada pilihan lain selain menyetujui permintaan ayah nya.
"Kiyoomi, kamu pasti bingung kan kenapa abah ga ngirim anak santri? cuman kamu yang abah percaya, buktikan dan kembali dengan selamat" Pundak sang anak nampak di tepuk pelan, sungguh berat rasanya apalagi delapan tahun lalu beliau harus kehilangan salah satu santri terbaik yang begitu di percaya untuk datang ke sana. "Abah harap kamu bisa menyebarkan islam dan mengembalikan keimanan penduduk di sana"
"Insyaallah"
"Abah, apa motoya boleh ikut?" Di tengah perbincangan keluarga itu nampak seorang perempuan yang berstatus sebagai sepupu dari kiyoomi
"Apa abah harus melepas dua orang sekaligus?" Pertanyaan itu balik di balas dengan pertanyaan, namun senyum nampak tersungging hingga pria paru baya itu mengangguk "Boleh, kalian harus saling melindungi satu sama lain jangan terjrumus ke dalam kesesatan mereka?"
.
.
.
Jakarta 03 januari 2009
"Kalian tau, Abi udah capek sama kelakuan kalian berdua." Kemarahan itu terdengar menyesakkan "Sudah umi kita ga perlu cari santri, kirim mereka berdua aja."
Kemarahan serta bentakan tadi seakan tidak menggoyahkan hati kedua pemuda yang hanya berbeda tiga tahun itu. "Abi punya dua anak laki-laki tapi ga ada yang bisa di jadikan contoh buat anak-anak santri." Bagaimana tidak beliau adalah seorang kiyai dengan lima ratus orang santri namun kedua putra nya ini justru seperti berandalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Iman 1000 Cinta [Haikyu Religi] ✔️
FanfictionSLOW UPDATE Ketika beberapa santri dari pesantren yang berbeda di kirim ke sebuah kampung untuk meluruskan ajaran sesat di sana Plosok desa yang menyajikan keindahan namun tidak menjanjikan ketentraman di dalam nya. Praktek perdukunan, minuman khamr...