Pagi ini sakusa yang sedang buru-buru karna sudah merasa di tunggu teman-teman nya justru bertemu dengan perempuan tidak jelas yang malah menghalangi jalan nya.
Gadis dengan celana selutut dan kaos oblong yang sakusa ketahui sebagai miya atsumu tidak henti-hentinya mengikuti sambil mengatakan mereka harus pergi dari sini.
Apa-apaan itu? kenapa dia terlihat sangat keberatan?
"Heh! kriwil lu sama temen-temen lu itu pergi aja deh." Triak nya sambil berusaha berjalan mengimbangi langkah sakusa "Kalo kalian di sini malah bikin masalah."
"Udah tau kampung ini sempit segala nambah kalian, bilangin numpang tu bayar"
Sakusa tidak mempedulikan semua kalimat-kalimat dalam berbagai jenis ejekan, ia pikir tanpa di gubris perempuan ini akan berhenti dengan sendirinya.
Tapi dugaan sakusa justru meleset 180 persen, bukannya pergi atsumu malah lebih berani menarik-narik bajunya.
"He! Lu budek ya?! denger ga sih lu kriwil" Mana rambut seming lagi, kaki jenjang atsumu berdiri di depan sakusa sontak menghentikan langkah pria itu. "Stop! gw mau ngomong sama lu." Kedua tangan nya sekarang berkaca pinggang
"Lu orang kayak, sok-sokan ke sini bawa mobil, sombong amat"
"Udah tau mobil ga masuk jalan desa, masih aja di bawa"
"Bikin susah orang aja"
"Dasar sombong, mau pamer kan?!"
"Kenapa? kamu orang miskin iri?" Balas sakusa yang mulai lelah "Kamu bilang kita di sini numpang kan? berapa? saya bayar rumah kamu sama osamu itu."
Atsumu melotot, kok bisa cowo ini tau dia ada masalah sama mbak-mbak yang numpang di rumah nya "Dasar sombong! gw ga jual rumah gw." Lagian seberapa besar pun itu rumah di beli, atsumu ga akan jual, karna di dalem nya ada kenangan tersendiri.
"Yaudah minggir saya udah di tunggu sama yang lain."
"Ga bisa lah! kalo lu mau pergi, sekalian pergi yang jauh dari kampung ini" Atsumu merentangkan kedua tangan nya, berusaha untuk menghalangi pergi nya pria ini
Sakusa menghela nafas untuk ke sekian kalinya, demi Allah pagi-pagi Allah udah ngasi ujian hidup aja "Kamu ga sekolah? sekolah sana" Ia masih berusaha untuk tetap sabar
"Enak aja! gw udah lulus dari satu tahun lalu."
Senyum miring nampak tercetak di bibir ranum si surai hitam "Bisa lulus toh, kirain ga punya otak"
"HA?! Apa maksud lu?! ngatain gw ga punya otak!!"
"Berisik, tengil, bolot, sumbu emosi cuman sepanjang kuku, besok mending kamu di rukiyah" Kalimat itu menutup percakapan mereka, karna sakusa sukses membuat atsumu naik pitan hingga tidak lagi bisa berkata-kata saking emosinya.
Sementara di sisi teman-teman sakusa yang sedari tadi menunggu di teras rumah, sakusa bilang dia mau buang barang-barang yang ga berguna ke tempat sampah deket sungai, nanti bakal di bakar sama penduduk tapi sampe sekarang blum balik-balik
Suna yang bodoh amatan masih santuy sambil balesin SMS dari ayang-ayang nya di jakarta, hirugami duduk di samping nya sambil geleng-geleng liat kelakuan suna.
Beda lagi sama teru yang udah capek nunggu, tu orang sewot-sewot nendangin pohon di depan "Kemana dulu tu bocah."
"Tau gini gw ga izinin."
"Aelah sakusa betah banget lu di tempat sampah"
Manik coklat hirugami menatap terushima, dari pada ngomel ni orang sebenarnya lebih keliatan khawatir, yah secara mereka emang harus hati-hati di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Iman 1000 Cinta [Haikyu Religi] ✔️
Fiksi PenggemarSLOW UPDATE Ketika beberapa santri dari pesantren yang berbeda di kirim ke sebuah kampung untuk meluruskan ajaran sesat di sana Plosok desa yang menyajikan keindahan namun tidak menjanjikan ketentraman di dalam nya. Praktek perdukunan, minuman khamr...