Sudah pukul 20:00, seharusnya suna pergi ke tempat kepala desa dengan sakusa, tapi pria itu justru blum kembali.
Yang terburuk tidak ada satupun di antara orang-orang yang pergi sore tadi punya tanda-tanda akan datang dalam waktu dekat, Alhasil suna sekarang terpaksa datang ke tempat kepala desa bersama taketora dan Osamu.
Sesuai yang hirugami minta.
Sedangkan di rumah tersisa, tanaka ennoshita, Noya dan shirabu yang masih stay menunggu.
"Sampe sana harus ngomong apa?" Tanya suna pada dua orang di samping nya
Osamu mengangkat pundak sebagai tanda bahwa ia juga tidak tau apa yang harus di lakukan.
"Jawab aja apa yang pak kepala desa tanya sun" Tora coba menenangkan "Tenang aja ga akan kenapa-kenapa." Sambil di rangkul pundak suna ia tepuk pelan.
Saat hati dan pikiran suna tengah sibuk mengatakan agar dirinya putar balik, tiba-tiba saja secara tak sadar rumah yang ketiganya tuju sudah ada di depan mata.
Rintarou menghela nafas
"Ayo masuk" Ajak Osamu, dia juga sebenarnya takut dan panik, tapi kalo rasa itu di tunjukan akan semakin membuat suna dan taketora tidak tenang.
Tok
Tok
Tok
"Permisi" Seru osamu "Pak ukai"
Di ketukan ketiga pintu terbuka, memperlihatkan seorang pria paru baya dengan perawakan sedang yang sudah pasti mereka kenal.
"Oh udah dateng? ayo silahkan-silahkan masuk." Beliau tersenyum menyambut ramah, suna dan yang lain melangkah masuk ke rumah tua itu dalam keadaan sedikit lega.
Terlihat di sana sudah ada empat gelas teh hangat dan beberapa cemilan.
Taketora menoleh itu gelas-gelas itu, lalu menyenggol lengan suna "Minum sun, aus ga sih? gw aus banget."
"Blum di persilahkan duduk sabar goblok" Bisiknya begitu pelan
"Oh silahkan-silahkan duduk dulu, biar ngomong nya enak" Mendengar gumaman pelan dari kedua pemuda di depannya dengan segera beliau mempersilahkan anak-anak itu duduk santai, baru lah dirinya bergabung di sana. "Kita sambil tunggu ustadz taka juga"
Ternyata ustadz itu di undang juga, malas sekali, kata-kata pria itu benar-benar menjijikan bagi suna, pasti mereka berdebat lagi nanti.
Dalil di salah gunakan, ayat Al-Qur'an di ubah-ubah, dia pikir dia Tuhan apa?
"Tapi tetep ga boleh menghakimi, menyudutkan kayak tadi yah" Ucap pak ukai
Kening suna berkerut, apa kata beliau? Jangan saling menghakimi, bukankah ustadz gadungan itu yang seenaknya menuduh, mereka kan bersikap seperti itu untuk membela agama, untuk mempertegas bahwa Al-Qur'an dari zaman Rasulullah pun tidak bisa di ubah isinya.
Dan pertanyaan nya apa mereka harus diam saja saat ada orang di masa ini mengubah isi Al-Qur'an.
"Kayaknya pak ukai lebih ngebela ustadz penipu itu. percuma aja ngomong baik-baik paling besok juga kita di usir kalo gini caranya."
Osamu menyenggol pundak suna dengan ujung jarinya, memberi isyarat bahwa wajah suna sudah sangat tidak enak di pandang.
Pak kepala desa tersenyum tipis "Duh silahkan di minum, ayo minum dulu di sini buah jeruknya juga, makan silahkan" Sambil menyodorkan gelas demi gelas ke arah ketiganya "Apa mau saya ambilin makanan juga?"
"Ga usah pak!" Tolak suna tegas.
Merasa tidak enak rintarou tersenyum sambil menggeleng pelan, di ambil nya gelas es itu "Saya minum ya pak" sebagai tanda menghormati dan sopan santun pada pemilik rumah, suna meminum hingga gelas itu tersisa setengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Iman 1000 Cinta [Haikyu Religi] ✔️
FanficSLOW UPDATE Ketika beberapa santri dari pesantren yang berbeda di kirim ke sebuah kampung untuk meluruskan ajaran sesat di sana Plosok desa yang menyajikan keindahan namun tidak menjanjikan ketentraman di dalam nya. Praktek perdukunan, minuman khamr...