Epilog 4

300 52 4
                                    

Nafas yang tak beraturan masih tampak berhembus memenuhi atmosfer milik terushima yuuji.

Di waktu yang sudah menunjukan tengah malam laki-laki dengan surai pirang itu memilih duduk di lorong sepi rumah sakit.

Dia tidak pulang tidak juga datang menemui dokter untuk mengecek kondisinya, setelah memastikan suna rintarou di tangani teru hanya duduk menunggu sampai dokter kembali keluar membawa kabar.

Dokter mengatakan terdapat kerusakan fatal di beberapa organ vital milik suna, penganiayaan berupa puluhan pukulan yang rintarou terimalah yang membuat kondisi adek laki-laki nya itu jauh dari kata baik. Besok mereka sekeluarga memutuskan untuk merujuk suna ke rumah sakit lain dengan tujuan bisa mendapat penanganan yang jauh lebih baik.

Orang tuanya menyuruh terushima untuk kembali ke rumah dan beristirahat, tapi dia yang merasa bersalah karna tidak menjaga rintarou dengan baik memutuskan untuk tidak pulang, teru takut kalau tiba-tiba dokter memberi kabar kalo nyawa suna tidak bisa lagi di selamatkan.

Setidaknya teru bisa segera datang dan menemani saat-saat terakhir.

Srakk

Srakk

Saking hening nya lorong rumah sakit, yuuji bisa mendengar suara langkah seseorang yang blum nampak wujudnya.

Terbiasa dengan suasana mistis beberapa bulan terakhir, dia tidak merasa takut sedikitpun.

"Oit" Seru terushima saat netranya menangkap seseorang yang ia kenali berjalan lurus tanpa menoleh, saking fokusnya mantau keadaan Rintarou dia sampe lupa ngecek temen-temen nya yang lain "Kenma Hoy." 

Sesuai harapan, si pemilik nama menoleh dengan mata sayu dan wajah lelah.

"Mau pulang?" Tanya teru lagi

Kenma menggeleng "Cari makan"

Terushima menoleh ke kanan dan kiri, ia melihat di dalam kerudung gadis itu tampak sebuah perban melingkari kepalanya "Perawat ga ngasi kamu makan?" Syukurlah kenma masih bisa berjalan dan menjawab pertanyaan dengan respon baik, artinya dia tidak mengalami luka serius. begitu kurang lebih yang ada di pikiran teru

Lagi kenma menggeleng "Aku ga di rawat."

"Kenapa ga di rawat? kepala kamu itu loh, rawan gegar otak." Tunjuk teru dengan suara yang masih berusaha kalem "Udah di ronsen yang bener blum? jangan sampe tiba-tiba amesia."

Kenma menghela nafas, lihat betapa cerewet nya pria ini, apa dia tidak lihat perban di dahi kenma? kalo orang pintar harusnya faham, dengan perban sebagai pertanda kalo kenma sudah menemui dokter yang artinya dia juga sudah melakukan pemeriksaan, dokter bilang tidak ada benturan yang berakibat fatal untuk kepalanya.

Dia bisa pulang langsung dan cek up kembali setelah satu minggu.

"Bang teru sendiri udah ke dokter belum? itu tangan udah kaya ayam panggang masih di biarin aja" Timpal kenma

Mendengar itu terushima refleks menyembunyikan kedua telapak tangan di belakang punggung nya.

"Jangan sampe aku kecapin"

"Kurang ajar kamu." Sewot nya

"Sana ke dokter dulu."

"Gw takut di suntik."

Hening....

Kenma sampai termenung saking kaget nya, manusia se sangar terushima, yang tingkah nya macam preman takut sama jarum suntik? apa kata dunia.

-----------
Satu bulan berlalu

Dengan perasaan tak tenang kenma menatap jendela rumah ennoshita, hari ini gadis 20 tahun itu tengah mengunjungi rumah temannya.

1 Iman 1000 Cinta [Haikyu Religi] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang