"Ini kejahatan sepuluh tahun lalu"
"Alamat nya sudah di tulis pak"
"Baik laksanakan."
Melihat beberapa polisi yang masih bertugas di tengah malam, menghargai kedatangan motoya dan mempercepat proses, gadis itu datang mengantarkan bukti yang seharusnya bisa di serahkan pada pihak berwajib sedari sembilan tahun lalu.
Yah, akhirnya bukti itu berhasil sampai di tangan polisi, setidaknya pengorbanan mereka semua tidak sia-sia.
"Mereka bisa kena pasal berlapis, mengingat korban sudah banyak, pembunuhan berencana, tindak penganiayaan, aliran sesat juga." Tutur salah satu polisi berusaha menenangkan "Mari, kami sedang menyiapkan kendaraan."
Hendak melangkah, lengan gadis itu lebih dulu di tahan "Kamu harus ke rumah sakit dulu, cek keadaan."
"Ibu motoya ga papa, kita harus antar polisinya biar mereka bisa cepet sampe ke desa."
"Tapi polisi udah di kasih tau alamat nya nak, kamu juga harus pikirin keselamatan kamu."
"Mereka ga tau air terjun itu di mana? motoya tau, jadi lebih baik di antar" Ia menoleh meminta jawaban dari sang pria berseragam coklat itu
"Kami bisa pergi dengan alamat yang tertulis, tenang saja, saya kerahkan banyak anggota untuk menyusur seluruh area desa." Mengingat kabar dan informasi mulai masuk beberapa menit lalu, katanya anak-anak ini berusaha keluar dalam keadaan hidup dan mati. beliau sebagai petugas negara tentu tidak mau menciptakan trauma.
"Denger itu, kita harus ke rumah sakit."
Finalnya hanya sampai di sini saja, usaha motoya, ia berharap polisi bisa sampai tepat waktu.
.
.
.
Sebuah percikan darah mengalir membasahi telapak tangan sakusa kiyoomi, di barengi dengan itu pisau yang hampir menggores leher rintarou berhasil di buat meleset hingga membentur batu berlumut di belakang suna.
"Kiyoomi!!"
Suara familiar yang sukses membuat seluruh mata menoleh, di temukan nya para kyai berdiri di seberang sungai.
Melihat wajah-wajah teman lamanya datang, ketua desa ukai ikkei melepas paksa pisau itu, membiarkan si pisau jatuh dan dara di telapak tangan sakusa semakin deras keluar.
"Reoni gila di tempat seperti ini" Triak pria paru baya itu "Kalian mau mampir ke desa? desa yang kalian tinggalkan puluhan tahun lalu sudah kembali beroperasi"
Dari pada menghawatirkan lukanya, sakusa lebih khawatir akan keselamatan Abah nya yang baru saja memanggil, nampak jelas beliau khawatir dan ingin segera mengakhiri ini.
"Ayo hentikan semua ini!!" Kyai nekomata bersuara lebih dulu "Kami mengaku salah, mari bicara baik-baik ukai, lepaskan anak-anak."
Atsumu menyergit, tidak seharusnya beliau mengatakan itu. kenapa tiba-tiba mengaku salah? harusnya jangan hancurkan harga diri hanya untuk orang gila seperti ketua desa.
"Benar, ukai, Allah membuat takdir puluhan tahun lalu bukan tanpa alasan, terkadang apa yang kita anggap baik blum tentu baik, persis seperti yang kamu lakukan sekarang, kamu berpikir ini baik, menghidupkan kembali desa yang sudah mati, tapi tidak dengan cara sesat seperti ini." Beliau adalah abi dari suna rintarou, tidak bisa di gambarkan bagaimana sakitnya melihat putranya sekarat dalam keadaan terikat seperti itu, blum lagi yuuji tidak terlihat, ia tidak tau di mana putra sulung nya? "Kamu bawa orang-orang tidak bersalah bahkan putra mu sendiri, hanya demi kepuasan diri sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Iman 1000 Cinta [Haikyu Religi] ✔️
FanfictionSLOW UPDATE Ketika beberapa santri dari pesantren yang berbeda di kirim ke sebuah kampung untuk meluruskan ajaran sesat di sana Plosok desa yang menyajikan keindahan namun tidak menjanjikan ketentraman di dalam nya. Praktek perdukunan, minuman khamr...