Setelah menunggu beberapa menit akhirnya para warga yang tadi datang ke mushola untuk mendengarkan ceramah dari pria dewasa yang kisaran umur nya mungkin sekitar 35-40 tahun mulai keluar, mereka semua meninggal mushola satu persatu.
Tersisa lah pria yang masih blum di ketahui identitas nya itu, sebagai yang bertanggung jawab tanaka mendekat dan meminta waktu dari orang tersebut.
"Permisi ustadz" Entah lah kenapa dia memanggil orang ini ustadz, tapi para warga tadi semuanya mencium tangan beliau sambil mengatur 'terimakasih ustadz' padahal sebelum nya saat mengikuti majlis ilmu dengan teman-teman nya, tidak ada satupun warga yang di izinkan membungkuk sambil mencium tangan.
"Iya? kenapa?" Beliau nampak tersenyum
"Bisa bicara sebentar, temen-temen saya mau bicara sama ustadz"
"Oh bisa-bisa, tentu bisa"
Mushola itu tidak terlalu luas sampai percakapan Tanaka tidak terdengar, mereka mendapat kesan baik dari sapaan tadi.
"Kayaknya orang ini ramah" Batin suna
"Assalamualaikum sore ustadz" Sapa terushima "Saya teru, ini tanaka, hiru, tora, sakusa sama ri—"
"Suna ustadz" Potong sunarin memperkenalkan dirinya sendiri, dia lebih nyaman di panggil suna kalo blum terlalu akrab
"Ah Waalaikumsalam, sore sore saya takaaki gimana ada yang bisa saya bantu?"
Sakusa mengerutkan alisnya, bukankah tadi salah satu warga bilang beliau ustadz kita? kenapa dari mereka semua yang mengenalkan diri tidak ada satupun yang nampak tak asing untuk pria ini, maksudnya kalo warga bilang beliau ustadz mereka setidaknya mengenal salah satu dari mereka bukan?
Atau mungkin beliau dari pesantren, ennoshita dan kenma? entah lah mencurigakan sekali
"Bisa kita mengobrol sebentar ustadz?"
Yang di beri pertanyaan mengangguk
"Jadi begini ustadz taka?" Ragu, hirugami begitu hati-hati memanggil dengan embel-embel ustadz "Soal materi yang ustadz bahas barusan, soal ustadz yang menghalalkan pacaran ustadz dapat referensi dari mana? kalo boleh kita tau"
"Maksud kalian apa?" Nampak jelas sekali pria yang di panggil ustadz ini sedikit panik dan menatap keenam nya secara bergantian
Terushima menghela nafas, ia membuang wajahnya lantas tersenyum miring, baru di tanya begitu saja sudah panik, apa orang yang menyuruh beliau ini tidak seleksi orang dulu.
"Mohon maaf kalau menyinggung ustadz" Sejujurnya hiru enggan memanggil orang tua ini dengan panggilan ustadz, mengotori gelar saja "Tapi kita minta ustadz jangan mengubah ketetapan Allah, jangan mengubah isi Al-Qur'an, sebenarnya ustadz mengambil referensi dari mana? jelas-jelas Al-Qur'an melarang hamba nya berpacaran?"
"Kalo tidak percaya ustadz bisa buka Al-isra ayat 32, wa la taqrabuz-zina innahu kana fahisyah, wa sa'a sabila, Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan jalan terburuk"
"Berpacaran itu zina, apapun alasan nya. mendekati saja tidak boleh apalagi sampe melakukan, tapi ustadz mengajak dan mengatakan bahwa berpacaran itu sah-sah saja pada para bapak-bapak tadi yang jelas masih perlu di bimbing."
Mereka semua mengangguk setuju, tidak ada satupun mata yang lepas dari pria dewasa ini, menunggu jawaban apa yang akan keluar dari mulut orang itu.
"Apaan kalian ini? menuduh, kalian cuman anak muda yang ilmunya masih standar, kalian berani meragukan keilmuan saya yang jelas lebih tua dari kalian, asal kalian tahu saya sudah 25 tahun belajar agama Islam sedangkan kalian mungkin hidup kalian saja blum sampai 25 tahun." Sambil menunjuk satu persatu, ustadz taka mengatakan itu penuh ketegasan tapi masih dengan nada gemetar
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Iman 1000 Cinta [Haikyu Religi] ✔️
FanficSLOW UPDATE Ketika beberapa santri dari pesantren yang berbeda di kirim ke sebuah kampung untuk meluruskan ajaran sesat di sana Plosok desa yang menyajikan keindahan namun tidak menjanjikan ketentraman di dalam nya. Praktek perdukunan, minuman khamr...