Chapter 6

493 121 17
                                    

Sepeninggal orang-orang tadi, atsumu dan osamu hanya saling berdiam diri satu sama lain

Osamu merasa amat sangat tidak enak hati pada mereka, begitu juga dengan atsumu ia merasa sakit hati melihat adik nya seperti itu.

Atsumu heran kenapa osamu bisa seantusias itu? apa dia tidak takut kejadian kapan tahun terulang lagi? apa dia tidak mengerti tentang ancaman-ancaman dari para orang desa?

Tapi sunggu atsumu hanya berusaha melindungi dirinya sendiri dan osamu selaku satu-satunya keluarga yang tersisa, atsumu mencoba membuat osamu tidak terlibat dalam rencana ini, ia sunggu takut osamu menjadi korban selanjutnya.

Sebagai kakak atsumu hanya punya osamu adik kembar nya, kalau sampai dia terlibat dan orang desa mencelakakan nya juga dengan siapa atsumu di sini nantinya?

Dia tidak membenci mereka, hanya takut osamu akan berkorban untuk mereka juga sama seperti orang tuanya dulu.

"Sam"

"Lu kok gitu si tsum? kenapa jadi kayak gini? mana atsumu yang gw kenal? kok lu jadi jahat banget?" Ucap osamu "Padahal mereka cuman numpang tidur aja, toh kalo pagi mereka keluar trus juga ga pernah gangguin kesibukan kita"

Atsumu menunduk diam, ia bingung cara apa yang bisa menjelaskan maksud kekhawatiran nya?

"Lu juga lebih banyak main sama yang lain di luar, rumah kita masih lega kenapa terkesan jahat gitu?"

"Gw --tetep aja mereka ganggu sam, kenapa lu se respek itu sih? pak kepala desa aja terkesan biasa aja, kenapa jadi elu sama si tanaka itu yang repot?" Seru atsumu sukses membuat kembaran nya terbungkam "Lu yakin mereka semua baik? kalo mereka punya niat lain gimana?"

"Ga mungkin mereka punya niat lain, lu jangan seudzon gitu"

"Ga ada yang ga mungkin di dunia ini, lu ga sepinter itu buat tau watak mereka yang sebener nya sam" Atsumu kembali menegaskan, bahkan sesekali tatapan tajam itu menggertak manik hazel milik osamu "Gimana kalo ternyata lu cuman di manfaat kan?"

Brakk

Atsumu terlonjak kaget mendapati gebrakan meja dari osamu, sejenak ruangan itu di liputi keheningan, mereka berdua sama-sama diam

"Gw ga peduli sama semua prediksi lu tentang mereka, yang gw tau mereka adalah orang-orang terpilih yang dengan suka rela mengorbankan kesibukan mereka di kota cuman buat desa kita yang bisa kapan aja Allah tenggelamin"

"Terlalu jahat tsum kalo cuman diem aja ngeliatin orang-orang di sini terang-terangan menentang keesaan Allah, terang-terangan maksiat, mereka bukan pindah agama yang mungkin masih bisa di terima logika, mereka udah ga beragama atau bahkan mereka bikin agama mereka sendiri."

Kata demi kata tersusun rapih, keluar dari mulut si bungsu miya, tidak ada sedikit pun kata bantahan yang berusaha memotong kalimat itu

"Itu jelas. kita liat pake mata kepala kita sendiri tsumu."

"Mungkin emang bukan kita yang ngelakuin tapi, lu pernah berpikir ke depan, gimana kalo desa ini Allah beri teguran? kita juga bakal kena karna kita ga bisa keluar, kita ga bisa kemana-mana" Nada dari ucapan itu semakin lama semakin terdengar sendu, atsumu hanya menunduk masih tidak ada niat untuk menyudahi ceramah dadakan dari osamu.

"Yaudah, semua udah terlanjur ga mungkin juga mereka balik ke sini, tapi gw tetep ga peduli sama prediksi lu, gw bakal tetep bantuin mereka"

******

Sesuai usulan dari terushima mereka semua kini membereskan rumah minimalis itu, tiga kursi dan satu meja di dalam nya mereka keluar kan untuk sementara waktu.

1 Iman 1000 Cinta [Haikyu Religi] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang