Makanya jangan sombong dulu

5 3 0
                                    

Saat bersekolah jurusan mesin Aku benar-benar sangat tidak atau tak mengenal rasa bosan. Karena mungkin cara belajar yang kami lakukan lebih banyak menjalankan praktek dibandingkan teori. Dan saat pelajaran praktek-lah saat dimana seperti membuat sebuah catatan baru.

Karena di saat melakukan pelajaran praktek, selalu ada hal baru yang rasanya cukup baik menjadi bahan candaan kami se-usai pulang sekolah. Seperti misalnya saat praktek membokar sebuah pengaturan Gigi pada motor. Murid-murid yang telah dibagi menjadi beberapa kelompok. Akan dimintai oleh Guru untuk membongkar dan memasang kembali. Dan tentu saja Guru tersebut memberikan contoh terlebih dahulu.

Kelompokku berhasil mengerjakan apa yang di mintai orang guru kami. Tapi ada beberapa bagian lucu yang sampai saat ini tidak bisa atau mungkin tidak akan pernah Aku lupakan secara pribadi. Kejadian dimana salah sorang dari kami yang berjumlahkan empat orang, untuk mencoba apakah Gigi motor itu berfungsi dengan baik seperti sebelum kami bongkar.

Dan apabila masih berfungsi dengan baik, maka kami pun akan mendapat nilai lebih pastinya. Namun apabila tidak berfungsi dengan baik, itu berarti ada kesalahan yang kamu lakukan saat pemasangan, dan tentu saja mungkin kami bisa tidak lulus.

Kejadian lucu dan berhasil membuat 1 kelas sekaligus guruku ikut turut tertawa bahkan sampai terbahak-bahak adalah. Saat dimana Arif salah satu anggota kelompok praktikku, yang mencobanya. Aku sempat kaget karena Arif yang dimintai untuk mencoba hasil kerja kelompok kami. Karena setauku, Arif tidak bisa mengendarai motor. Dan walaupun Arif tidak bisa mengendarai sepeda motor, namun Arif bisa di sebut ahli untuk urusan mesin sepeda motor.

Aneh sekaligus lucu bukan?, bagaimana bisa seorang yang mengerti mesin dan sparepart sebuah kendaan, namun tidak bisa mengendarainya.

Arif pun menaiki motor dan mulai mencoba dengan sedikit gugup karena dia bingung harus mulai dari mana,

"Gimana nih Bran?"menyenggol tanganku dengan sikutnya sembari meng-arah ke motor untuk mencoba dengan wajah yang gugup.

"Tenang Rif tenang!"bisik Aku dengan pelan dengan maksud Aku akan memberitahukan caranya dengan bersuara pelan.

Arif pun sudah menaiki sepeda motor tersebut namun hanya terlihat celingak-celinguk melihat sisi depan, bawah, samping kanan dan kiri motor tersebut.

Arif pun menengok ke arahku dengan tujuan bertanya padaku."Bran....Gimana ini?, kasih tauuu dongg."

Sembari melirik guruku untuk mengetahui apakah guruku memperhatikanku atau tidak."Selaan yang ada di samping kanan Rif.... Injak dengan kuat sampai menyala, tapi jangan di putar Gas tangannya!"

Arif pun melirik sekeliling sembari mencoba apa yang telah Aku beritahukan."Duurrr...Durrrr...Durrr... hentakan kaki Arif yang sedang mencoba menyalakan motor tersebut."

"Bran Gabisa nyala!!, Gimana ini?"semakin gugup Arif sembari menengok ke arahku.

"Cobaa terusss Rif!, Sampai nyala!"sembari menengok kembali Aku ke arah Guruku.

"Durrr..., Durrr...Durrr.... Trengg teng teng teng... Treng teng teng teng"sembari menengok Arif ke arahku dengan maksud memberitahukan padaku bahwa dia berhasil menyalakan mesin motor tersebut.

Aku pun memberitahukannya lagi langkah selanjutnya, namun kali ini dengan nada suara yang sedikit keras karena suara motor tersebut menutup suaraku,"Rif!, Coba gas pelan-pelan!, setelah Gasnya turun, injak bagian pedal Giginya sekali saja!, cukup sekali saja!"

Arif pun mencoba memain-kan Gas sepeda motor tersebut dengan pelan. Namun, karena perasaan senangnya bisa menyalakan sepeda motor tersebut, ia malah menggembor-gemborkan Gas tersebut, dan hal lucu yang membuat semua siswa-siswi sekaligus Guruku tertawa pun terjadi.

"Brann... Aku bisa Bran!!"berubah raut wajah dan seketika jidatnya tidak mengeluarkan keringat dingin lagi.

"Iyaa rif udah!, jangan di main-kan lagi Gasnya Bahaya Rif!"dengan sedikit panik namun turut senang pula karena Arif ternyata bisa.

Namun saat ia memain-kan Gasnya, Ia lupa akan intruksi yang telah Aku beritahukan.

"Treng.. teng.. teng.. teng!, klaaaaakkk!!"Arif pun terpental karena ia menginjak pedal gigi motor saat keadaan gas sepeda motor tersebut sedang lumayan tinggi.

Arif pun mendapatkan tertawa dari seluruh siswa-siswi kelasku, Guru, dan tentunya pasti dariku juga.

"Hahahahahahhahahaha...!!!"suara tertawa seluruh yang ada di kelas saat itu.

Namun, walaupun Aku ikut menertawainya, Aku juga langsung membantunya. Saat Aku membantu membankannya dari pentalan tersebut. Syukur Arif tidak menderita luka yang serius walaupun pentalannya cukup hebat. Tapi, Arif membuat kepalanya memar dan biru karena hal tersebut.

Karena ulah Arif tersebut, Guruku menyudai pelajaran pada hari itu. Akan tetapi, Guruku tidak marah kepada Arif karena ulahnya yang sembrono itu. Malah guruku masih terbahak-bahak karena mungkin masih membayangkan tragedi pentalan Arif.

Hikayat si PerantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang