Hari itu ialah menjadi salah satu hari yang paling menyenangkan bagiku. Bukan karena Aku mendapat pekerjaan baru di Jakarta. Bukan karena Aku bisa tidur dengan nyenyak di tengah kejamnya kota Jakarta. Buka pula karena Aku bisa makan enak tidak seperti apa yang Aku makan di desa. Melainkan, Aku senang karena setidaknya Aku dapat membuat orang lain tertawa dengan apa yang Aku lakukan atau Aku ucapkan.
Karenanya, manusia terkadang terlalu menganggap berlebih soal apa itu bahagia atau kesenangan. Lebih tepatnya ialah tidak bersyukur atas apa yang bisa ia lakukan tanpa harus membenai diri sendiri. Memang bukan suatu tanggung jawab kita untuk membahagiakan orang lain. Akan tetapi, suatu hal sangat bermoral apabila kita bisa membuat kerutan di wajah orang lain menjadi sebuah senyuman manis walaupun hanya segaris.
Esok hari pun tiba tanpa ada ruang perbincangan yang dibuka olehku maupun Pak Ujang. Karena Pak Ujang mempunyai urusannya tersendiri, dan Aku pun harus menyiapkan diriku untuk bekerja di hari pertamaku.
Aku berfikir, tidak ada selarasnya apa yang telah Aku pelajari di masa sekolahku dulu dengan pekerjaan apa yang Aku dapatkan di Jakarta. Karena, jika dulu di SMA tugasku ialah mengutak-atik mesin mobil atau motor, di Jakarta Aku hanya membolak-balikan lembaran buku laporan barang. Jika dulu pakaianku selalu akrab dengan oli dan debu, setelah di Jakarta Aku sangat bersih bahkan tanpa berkeringat.
Sangat timpang sekali bukan?, tapi itulah hidup. Namun, bukan berarti ilmu mengutak-atik mesinku itu tidak berguna. Aku sangat yakin suatu saat keahlianku itu akan berguna di waktu yang tepat pula. Yaitu, sesuai dengan skenario kehidupan yang telah Allah tuliskan saat 3 bulan dalam kandungan Ibuku.
Yang terpenting adalah, tetap melakukan hal baik dan sebisa mungkin jangan merugikan orang lain. Karena jika tidak membantu, setidaknya jangan menyusahkan. Maka dari itulah, Aku selalu memikirkan apakah Pak Ujang merasa terbebani olehku. Dan sepertinya tidak karena Aku pun pernah menayakan perihal tersebut padanya. Jawabannya pun tidak, dan Aku harus berfikir baik tentangnya dengan mempercayai perkataannya tersebut.
Masih sekali banyak hal penting yang padahal itu ada dalam diri manusia itu sendiri. Manusia kebanyakan lebih mencari yang tidak ada dalam diri mereka. Memang mempunyai rasa ingin tahu yang lebih adalah sebuah kebaikan. Karena itu adalah salah satu cara belajar. Tapi permasalahannya adalah, manusia itu lebih dulu mencari keinginan jika di bandingkan dengan kebutuhan.
Jika kalian bertanya-tanya tentang apa yang Aku maksud ialah. Apa yang di butuhkan manusia ia menghargai, tapi apa yang di inginkan manusia adalah di hargai. Tidak sedikit manusia ingin sekali di hargai oleh orang di sekelilingnya tapi, lupa untuk menghargai orang lain terlebih dahulu. Padahal jika kita telah menghargai kemungkinan tersbesar orang lain pun akan menghargai kita. Dan jikalaupun orang lain tidak menghargai kita, maka Tuhan yang akan menghargai diri kita.
Karena, perbedaan manusia satu dengan yang lain bukanlah dilihat dari seberapa banyak harta, jabatan atau bahkan mungkin kecerdasan yang ia punya. Melainkan, seberapa besar manusia satu menghargai manusia lainnya.
Dan jika memang benar ada yang tidak menghargai kita atas tindakan baik yang kita lakukan pada orang tersebut, maka bersyukur saja. Lohh... Ko bersyukur orang lain tidak menghargai kita. Yaa tentu bersyukur, karena masih ada orang lain yang sedikit membantu kita dalam mencari kebaikan dan menguji kesabaran untuk menjadi manusia yang lebih baik kedepannya. Karena, ujian adalah salah satu hal untuk mengetahui seberapa jauh kita belajar.
Dan dengan seiring berjalannya waktu, maka manusia tersebut akan menjadi lebih baik dan semakin baik pula setiap tahun, bulan, hari, atau bahkan setiap detik kehidupannya.
Namun, karena semakin banyaknya manusia yang tidak menghargai manusia lainnya, membuat kebanyakan orang berfikir. Menjadi manusia lebih sulit jika di bandingkan menjadi hewan. Sampai-sampai Aku pun berfikir,
"Manusiakan-lah hewan, maka kau akan di manusiakan olehnya. Dan manusiakan lah manusia, maka kau akan di hewani olehnya."
Hal tersebut lantaran kebanyakan manusia tidak mendapat perilaku baik dari orang lain atas perlakuan baiknya kepada orang lain. Dan itulah mengapa kebanyakan manusia yang berfikir, lebih baik tidak berbuat baik jikalau tidak ada balasan dari orang lain yang di perlakukan dengan baik. Padahal,
"orang baik sebenarnya ialah. Di saat ia melakukan perbuatan baik, maka di saat itulah ia siap apabila tidak mendapat perlakuan baik pula, tanpa harus berhenti berbuat baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hikayat si Perantau
Phi Hư CấuBerkisahkan seorang pemuda desa yang bertanya-bertanya tentang apa itu arti dari menjalani kehidupan. Seorang pemuda yang sedari dulu memiliki kehidupan dari keluarga yang sederhana dan keluarga yang selalu diremeh-temehkan. Karena hal tersebut, ter...