Pintar memanfaatkan sesuatu

3 3 0
                                    

Dalam ruang yang nyaman, kasur yang empuk, dengan tapakan kakiku ialah ubin, membuatku semakin merasa salah karena sebelumnya Aku sempat berfikir buruk pada Ibu. Berfikir buruk perihal Ibu yang menuliskan alamat Pak Ujang untukku.

Untung saja itu hanya ada dalam fikiranku dan tidak terucapkan oleh lisanku. Sekalipun terucapkan oleh lisanku dan Ibu mengetahui, Ibu pun pasti akan memakluminya. Ucap dalam hatiku yang menggampangan keadaan.

Setelah tidak lama Aku tertidur dengan lelapnya karena kelelahan tubuhku, Aku pun terbangun karena terasa ingin membuang air kecil. Aku pun segera turun dari ruang kamarku yang di sediakan oleh Pak Ujang yang terletak di lantai dua. Menuruni anak tangga dengan langkah kakiku yang cepat karena rasanya sudah sangat di ujung.

Dan saat Aku sudah sampai lantai bawah pun, Aku mendapai Pak Ujang yang berada di meja makan dan menyantap makanan dengan lezat. Pak Ujang pun terkaget karena melihat Aku yang sangat terlihat tergesa-gesa.

"kamu kenapa Gibran?, buru-buru banget kayanya. Mau kemana kamu?." Tanya Pak Ujang sembari mengunyah makanannya.

"Ini Om..., Aku mau buang air kecil. Di dalam kamar mandi ada orang ga Om?." Jawab sekaligus tanyaku pada Pak Ujang yang sedang makan.

"Hahaha, lucu ya kamu Gibran."Dengan gelengan kepalanya yang mencemoohku.

"Om Aku serius om..., Di Kamar mandi ada orang tidak?"Tanyaku kembali yang semakin tidak tahan rasa buang air kecil.

"Coba kamu lihat saja sendiri."Jawab Pak Ujang sembari tertawa kecil.

Karena Aku sudah tidak bisa menahan buang Air kecilku, Aku pun langsng menerobos ke dalam kamar mandi.

"Aduuuhhh..., Mantaap sekali rasanya...Legaaaaa..."Ucapku di dalam kamar mandi.

Setelah usah membuang air kecil, Aku pun menghampiri Pak Ujang yang sedang menyantap makanannya tersebut.

"Om... pas tadi Aku tanya om di dalam kamar mandi ada orang atau tidak, Om malah tertawa?"dengan raut wajahku yang merasa di kerjai olehnya.

Pak Ujang pun lagi-lagi malah mengeluar-kan tertawa gelinya atas pertanyaanku. Aku pun semakin terheran,

"Pak Ujaaang... Aku serius lohh.."Kenapa ko Pak Ujang malah tertawa."Tanyaku kembali sembari memegang tangannya yang sedang makan.

"Yagimana Om ga tertawa dengan pertanyaan kamu. Om saja tinggal sendiri dirumah ini. Dan dengan kedatangan kamu, yang menghuni rumah ini jadi hanya Kamu dan Om saja."tertawa kembali pak Ujang sampai hampir tersedak.

Aku merasa seperti menjadi orang tua pada saat itu. Orang tua yang pikun akan hal yang pernah Aku sadar-kan sebelumnya. Padahal itulah hal yang ingin Aku tanyakan sebelum tidur tadi. Tapi, mengapa justru Aku malah lupa dan menjadikan hal tersebut menjadi bahan tertawaan pak Ujang.

Siaaall... Aku di kerjai oleh orang tua sebaya Ibuku.

Akhirnya karena hal tersebut sudah benar-benar teringat dalam benakku fikiranku, Aku pun langsung menanyakan perihal tersebut. Karena jika kalau Aku sampai tidak menanyakannya langsung, bisa-bisa akan ada hal memalukan lagi yang akan di tertawai oleh pak Ujang nantinya. (fikirku kala itu)

"Om... Aku mau tanya sesuatu sama Om boleh?"ucapku pada Pak Ujang.

"Yaa boleh..., Mau tanya apa memangnya kamu."Jawab pak Ujang dengan kepala tertunduk namun melihat ke arahku karena sedang makan.

"kenapa Om disini tinggal sendiri?. Om sudah menikah kan?"Tanyaku.

"Kamu mau Om menjawab pertanyaan kamu?"Jawaban aneh Pak Ujang atas pertanyaanku.

"Yajelas mau dong Om..., Setiap pertanyaan itu kan pasti butuh jawabnya... Aseeekkk. Hehehe ~"tuturku dengan sedikit guyonan agar Aku dan Pak Ujang semakin akrab.

"Huuuuu... Kamu itu kalau bicara bisa saja. seperti Ibu-mu."Dengan sendok makannya yang di arah-kan ke wajahku namun hanya bercanda saja.

"hehehehe... Jawab dong Om."Ingat-kan Aku pada pak Ujang untuk menjawab pertanyaanku.

"Kalau kamu mau Om jawab pertanyaan kamu, Setidaknya kamu cuci muka kamu dan bersihkan jigong yang ada di pinggiran bibir kamu itu."dengan tawanya lagi dan lagi untuk meng-ejekku.

Aku pun langsung melebar-kan mulutku, dan memegang dengan ujung jariku untuk memastikan apakah Pak Ujang benar atau tidak. Dan ternyata benar, karena rasa buang air kecil yang sangat tidak bisa di tahan, sampai Aku lupa untuk membersihkan wajahku. seraya berkata pada Pak Ujang,

"Isshhhh Ooooom resee.... Kenapa gangasih tau dari tadi."Ucapku sembari memukul dengan pelan meja makan.

"hahahaa, ya kan Om lagi makan, Om pun tidak akan lihat kalau kamu tidak duduk depan Om."Tidak tahu berapa jumlah tertawa pak Ujang pada jangka waktu yang singkat pada saat itu.

"Iyasudah..., Gibran cuci muka dulu. Tapi janji loh Om, Habis itu Om jawab pertanyaan Gibran."Pintaku pada Pak Ujang.

"Iyaaa iyaaa.... sana cepat kamu cuci muka dulu. Bauu banget soalnya"Tutur Pak Ujang yang memang sudah pasti mengejekku.

Aku pun menuju kamar mandi dengan wajah yang cemberut. Karena, bagaimana bisa Aku di cemooh oleh Pak Ujang. Dan Aku juga yang menjadi pemantik Pak Ujang mencemoohku.

"Memang Pak Ujang, pintar sekali memanfaatkan sesuatu."Ucapan dalam hatiku.

Hikayat si PerantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang