Makananku pun sudah habis, suara gemuruh perutku pun sudah tidak terdengan lagi. Dan Aku pun melihat ke sebelahku seorang bapak baik bak malaikat yang namanya belum Aku ketahui. Aku ingin menanyakan perihal itu, tapi Aku melihat bapak tersebut sedang menikmati makanannya. Jadi, mungkin Aku akan menanyakan hal tersebut setelah bapak baik tersebut usai makan.
Sembari menunggu si bapak menghabiskan makanannya, Aku pun mencari masjid terdekat untuk melaksanakan kewajibanku sebagai umat ber-Agama yang taat. Dan karena hal tersebut, Aku jadi sedikit mengganggu bapak baik tersebut saat sedang menikmati makanannya.
"Pak, Saya tinggal sebentar ya pak."Ucapku pada bapak baik yang sedang makan itu.
"Kamu ingin pergi kemana?, Apakah kamu tidak jadi menumpang di mobil bapak?." Bertanya bapak tersebut dengan kunyahan makanan yang ada di mulutnya.
"Ohh tentu jadi pak. Saya hanya ingin pergi Sholat saja sebentar."Tanyaku sembari tersenyum pada bapak tersebut.
"Kalau begitu, Tunggu bapak sebentar selesai makan boleh?, Agar kita Sholat Jam'ah. Tidak apa kan?"Tanya si bapak padaku.
"Baik pak kalau begitu, Agar tidak saling tunggu juga nantinya."Jawabku atas pertanyaan bapak baik tersebut.
Aku pun menunggu sekitar kurang lebih 5 bapak tersebut mengabiskan makanannya dan segera untuk pergi Sholat Dzuhur bersama bapak baik hati tersebut.
Tidak terasa 5 menit pun telah berlalu. Aku dan bapak baik tersebut membayar makanan terlebih dahulu sebelum pergi Sholat. Aku pun Sholat bersama bapak baik yang belum Aku kenal siapa namanya tersebut. Seusai Sholat pun, tanpa terlupa Aku langsung menanyakan siapakah nama bapak baik tersebut.
"Pak, kalau boleh saya tahu, nama bapak siapa ya pak?. Dari awal bicara sampai bapak menawarkan saya tumpangan, tapi saya belum mengetahui siapa nama bapak."Dengan pundak yang sedikit terbungkuk untuk menunjukan sikap sopan dan santunku.
"Oalah iya benar hahahaha. Perkenal-kan nama bapak Zainudin. Kamu bisa panggil pak zain saja."jawab pak Zain yang telah Aku ketahui namanya sembari tertawa.
"Baik pak Zain, hehehehehe.... perkenalkan pak, kalau nama saya Gibran."Jawabku dengan perasaan yang sedikit lega karena telah mengetahui nama bapak baik tersebut.
Aku pun berbicang-bincang dengan pak Zain sembari beristirahat dengannya di sebuah musholat yang berada tidak jauh dari pelabuhan sekitar area tersebut.
Dan tidak terasa sudah 1 jam Aku dan Pak Zain asyik berbicang-bincang sampai lupa waktu yang telah waktu. Hal tersebut pun tersadar-kan saat pak Zain melihat Arloji yang ia kenakan.
"Waduhhh, Sudah jam 2 lewat, Ayok nak Gibran kita ke pelabuhan untuk mengambil barang-barang yang akan bapak bawa."Sembari berdiri dari duduknya dan menepuk pundakku yang sedang terduduk santai di mushola.
"Ohiyaa pak baik."Aku yang segera berdiri dari dudukku untuk bergegas mengarah ke pelabuhan untuk mengambil barang-barang pak Zain.
Aku dan Pak Zain pun segera pergi menuju pelabuhan untuk mengambil barang yang ingin pak Zain ambil.
Setelah sampai pelabuhan pun Aku melakukan hal yang pak Zain minta tolong-kan padaku yaitu, membantunya untuk mengangkat-kan sedikit barang ke dalam mobil.
Satu barang demi satu barangpun Aku angkat bersama pak Zain. Saat itu Aku merasa ada kedekatan yang terjalin antara Aku dan Pak Zain. Entah kenapa perasaan nyaman yang Aku rasakan saat pak membantu Pak Zain. Walaupun Aku mengangkat barang yang cukup berat dan membuat pori-pori kulitku mengeluarkan keringat, tapi tidak terasa lelah.
Entah karena memang Aku merasa nyaman atau itu karena suatu bentuk balas budiku kepada pak Zain karena memang pak Zain bersedia memberikanku tumpangan. Tapi yang jelas Pak Zain sudah Aku anggap seperti Ayahku sendiri. Ya walaupun, Aku dan Pak Zain bertemu belum mencapai waktu 1 x 24 jam.
Aku dan Pak Zain pun selesai mengangkat-kan barang-barang yang akan Pak Zain bawa ke dalam mobil. Dan itu menjadi pertanda bahwa Aku akan langsung menuju Alamat bantuan yang Ibu berikan padaku.
"Klaaappp.. (bunyi suara penutup bagasi mobil Pak Zain).
"Mari nak Gibran. Masuk ke dalam mobil. Sesuai janji dan kesepakatan kita sebelumnya. Karena kamu telah membantu bapak mengangkat-kan barang-barang ke dalam mobil, sekarang giliran bapak yang menepati janji bapak untuk menghantar-kan kamu."Ucap ajakan Pak Zain padaku.
"Baik pak."Jawabku dengan sangat senang dalam hatiku dan sedikit garis senyuman dibibirku.
Aku dan Pak Zain pun menaiki mobil dan segera meninggalkan pelabuhan. Yang terlintas dalam benakku kala itu adalah sebuah hitungan. Hitungan sebuah jarak yang dalam fikiranku sendiri bertanya-tanya. Bertanya-tanya sudah seberapa jauh langkah kaki ini meninggalkan rumah dan sudah berapa lama raga ini tidak merasakan pelukan hangat seorang bidadari cantik.
Karena bagiku di dunia ini hanya ada 3 perempuan tercantik.
"Yang pertama adalah Ibuku. Yang kedua adalah bayangan perempuan Ibuku. Dan yang ketiga adalah pantulan wajah perempuan dari Cermin yang dimana Ibuku sedang berkaca."
Tidak ada perempuan dari mana-pun di dunia ini yang mampu menandingi kecantikan Ibuku. Entah itu kecantik dari dalam diri, maupun kecantikan dari luar dirinya.
Sembari Pak Zain menyetir mobil, Aku pun di giringnya untuk melanjut-kan obrolan di musholah saat Aku dan Pak Zain usai sholat dan sedikit bersantai sebelumnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hikayat si Perantau
NonfiksiBerkisahkan seorang pemuda desa yang bertanya-bertanya tentang apa itu arti dari menjalani kehidupan. Seorang pemuda yang sedari dulu memiliki kehidupan dari keluarga yang sederhana dan keluarga yang selalu diremeh-temehkan. Karena hal tersebut, ter...