Saat Aku sedang makan, Pak Ujang pun menghampiriku dan duduk di meja makan, tepat di hadapanku. Dan tersenyum padaku seperti ada sesuatu hal yang ia senangi dalam diriku.
"Maafkan Om ya Gibran persoalan saat di depan gerbang rumah Om tadi."Ucap Pak Ujang yang ada di hadapanku yang sedang makan.
"Kenapa minta maaf Om?, menurut Gibran, Om gasalah ko."Tuturku pada Pak Ujang agar ia tidak memikir-kan serius hal tersebut.
"Yajelas salah Gibran...." Tegas kembali Pak Ujang atas perkataannya.
"Salahnya dimana om..?"Jawabku yang sembari mengunyah makanan.
"Om salah karena Om tidak mengenali kamu sebelumnya. Habisanya terakhir Om ketemu kamu itu saat kamu masih sekitar umur 5 tahun. Jadi maklumi saja ya kalau Om sempat lupa pada-mu."Jelas Pak Ujang padaku.
Dengan fikiranku yang dewasa pun Aku menjawab."Tidak apa Om..., lupakan saja. Lagian juga kan Om tidak ketemu dengan Gibran sudah lama sekali. Apalagi Om bilang terakhir ketemu Gibran pada saat usia Gibran 5 tahun. Dan itu memang bukan waktu yang sebentar."Jelasku yang sempat memberhentikan makanku.
"Syukurlah kalau mengerti Om jadi lega mendengarnya."ucap Pak Ujang dengan helaan nafasnya.
"Iyaa Om sama-sama."Jawabku.
"Kalau seperti itu Om tinggal dulu ya, Om mau ke konveksi untuk memeriksa para pekerja. Habis kamu makan.sebaiknya tidur saja untuk beristirahat."
"Baik Om, Terimakasih ya Om karena sudah baik banget sama Gibran."Tuturku dengan senyuman tulus pada Pak Ujang.
"yasudah.. Om Jalan dulu ya. Assalamualaikum."Ucap Om Gibran dengan salamnya.
"Walaikumsallam.... hati-hati ya Om."Jawabku atas sallam Pak Ujang.
Tidak lama sesuai Pak Ujang pergi yang katanya ia ingin pergi melihat konveksi, Aku pun mengikuti sarannya untuk tidur dan beristirahat di kamar yang telah ia sediakan untukku."
Tapi di saat Aku ingin tidur, Aku pun bersandar di atas kasur yang empuk di kamar yang telah Pak Ujang sediakan untukku. Suatu keaneh-an yang baru Aku sadar namun, Aku sadar setelah Pak Ujang telah pergi keluar.
Keanehan yang sebetulnya tidak terlalu penting juga untuk di tanyakan. Tapi Aku fikir nanti saja bisa Aku tanyakan saat Pak Ujang sudah kembali pulang dari usaha konvesinya. Hitung-hitung menjadi bahan obrolanku padanya. Karena, dari awal Aku memasuki rumahnya, selalu Pak Ujang yang menjadi pembuka obrolan denganku.
Yasudahlah, untuk saat ini Aku tidur saja dulu...~

KAMU SEDANG MEMBACA
Hikayat si Perantau
Non-FictionBerkisahkan seorang pemuda desa yang bertanya-bertanya tentang apa itu arti dari menjalani kehidupan. Seorang pemuda yang sedari dulu memiliki kehidupan dari keluarga yang sederhana dan keluarga yang selalu diremeh-temehkan. Karena hal tersebut, ter...