Sebuah pohon yang teduh

3 3 0
                                    


Aku bersiap untuk melakukan pekerjaanku di hari pertama. Aku sangat percaya diri kalau Aku bisa melakukannya dengan baik. Bukan bermaksud menjadi orang yang sombong melainkan, kita menjadi manusia haruslah optimis dalam melakukan sesuatu hal baik. Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa melakukan perkerjaan dengan baik dan serius.

"Coba saja berfikir, jikalau kau melakukan kesalahan, maka orang lain pun akan menerima dampak kerugiannya, dan kau pun akan di anggap hanya menjadi beban."

Karena pada hakikatnya, tidak ada manusia di dunia ini yang ingin menjadikan atau pun di anggap beban oleh orang lain. Dan itu adalah hal yang sangat baik untuk orang yang berfikir dengan bijak. Dan itulah salah satu tiang prinsip yang Aku tegak-kan sedari dulu dalam melakukan suatu pekerjaan agar melakukannya dengan sungguh-sungguh.

* * *

Aku pun melalukan pekerjaan dengan baik walaupun sesekali ada kesalahan namun bukan suatu kesalahan yang fatal. Dan karena memang yang mempunyai usaha tersebut ialah Pak Ujang. Aku pun di tegur langsung dan dinasihati olehnya dengan cara yang lembut.

"Aaaaahh, omelin Aku sedikit dong Pak Ujang."Sesekali ucapan sombongku itu terlontar dari dalam hati.

Karena Aku berfikir, jika Pak Ujang memarahiku, itu adalah salah satu bentuk cambukan untuk diriku menjadi lebih baik. Demikan juga sebaliknya, Aku akan menjadi lunak karena Pak Ujang selalu bersikap baik padaku.

Tapi, itu yang Aku fikirkan, bukan dari apa yang Pak Ujang maksud. Dan walaupun Aku berkata langsung demikian pada Pak Ujang, maka hal itu pun tidak pantas. Bukan karena Aku lancang bicara padanya, melainkan karena itu adalah caranya untuk menjadikanku lebih baik, dan itu adalah hal yang wajar. Karena setiap manusia mempunyai cara yang berbeda dan maksud yang berbeda pula dalam memperlakukan manusia lain. Dan selagi itu adalah hal yang baik, Aku kira tidak ada yang akan merasa dirugikan.

Hari-hariku dalam bekerja di konveksi Pak Ujang berjalan dengan baik. Tanpa beban bukan karena Aku bekerja di tempat orang yang dekat dengan Ibuku. Tapi karena Aku menjalaninya dengan kesenangan, dan menggap bekerja itu seperti bermain. Tidak lama juga Aku membutuhkan waktu untuk mencuri hati pada pegawai lain. Banyak pegawai yang senang denganku dan semakin akrab semakin hari. Entah itu yang hanya bagian menjahit, atau pun bagi pengangkat barang. Aku tidak pernah membedakan mereka dari apa yang mereka lakukan denganku. Dan tidak ada bedanya pula Aku dengan pegawai Pak Ujang yang lainnya. Karena, Aku dan mereka ialah sama-sama pegawai yang bekerja di konveksi Pak Ujang.

Bahkan, mungkin karena sikapku yang merakyat tersebut, Pak Ujang pun turut senang pula. Karena katanya,"semenjak kamu kerja di sini, suasana di tempat kerja terasa lebih adem, karena kamu suka ngelucu tapi pekerjaan tetap selesai."Tutur Pak Ujang saat datang mengecek konveksi. Dan Aku pun sangat senang bersikap seperti itu, bak pohon teduh yang membuat kenyamanan dan ketentraman di setiap hati orang yang duduk di bawah atapnya.

Dan karena selain perlakuanku yang baik dengan karyawan, ada orang yang lain pula yang tertarik dengan kinerjaku yang cukup baik di konveksi Tas Pak Ujang.

Hikayat si PerantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang