1001 Pertanyaan

5 3 0
                                    

Dan ternyata benar apa kata Tukang Ojek tersebut, bahwa alamat yang Aku tuju tidaklah jauh dari pasar tersebut. Bahkan, tukang Ojek tersebut bersedia menghantarkanku dan turut membantuku juga untuk mencari letak alamat rumah yang Aku tuju. Saat sampai pun Aku melepaskan helm dan tidak terlupa Aku membayar jasa tukang Ojek tersebut.

Saat itu Aku berada tepat di depan rumah dengan pintu gerbang yang tidak begitu besar. Yang dimana hal tersebut membuatku dapat melihat nomor rumah, RT, dan RWnya.

Dengan sembari mengangkat kertas alamat yang diberikan Ibu untuk mencocokan alamat yang tertulis di kertas tersebut dengan alamat yang tertera pada rumah yang ada di depanku.

"Jalan Gang Prihatin, Kota bambu Selatan RT.003 RW.001 nomor.26."Sembari ucapku untuk mencocok-kan alamat tersebut.

"Benar, tidak salah lagi. Alamat yang tertera di kertas yang Ibu tuliskan, dan Alamat rumah ini sama."Berbicara sendiri Aku di depan rumah tersebut.

Aku pun langsung mengucapkan salam untuk lebih memastikan kebenarannya.

"Assalamualikum..."Teriakku dengan sedikit keras.

Ucapan salamku yang pertama pun tidak ada balasan. Aku pun kembali mencoba mengucapkan sallam."

"Assalamualaikum..."Teriakku kembali kerumah tersebut.

"Wallaikumsallam, Tunggu sebentar ya..."Terdengan suara sautan seorang laki-laki dari dalam rumah tersebut.

Aku pun senang dan sedikit berdebar juga apakah benar ini alamat dan orang yang di maksud oleh Ibu. Karena kalau Aku salah, pastinya Aku akan merasa malu.

Tidak lama setelah sautan sallamku dijawab oleh orang yang ada di dalam rumah tersebut, seorang bapak-bapak pun yang umurnya sekitar sama dengan Ayahku keluar dari pintu rumah dan membuka-kan gerbang tersebut.

"mencari siapa nak?"tanya seorang bapak yang keluar dari rumah tersebut padaku.

"saya mau tanya pak..., apakah benar ini rumah bapak Ujang?"tanyaku kembali kepada seorang bapak itu.

"Iyaa benar dengan saya sendiri?, Kamu siapa?, Bagaimana kamu mengetahui nama saya?"tanya bapak tersebut dengan wajah kebingungan.

"perkenalkan pak..., nama saya Gibran. Anak Ibu Rosma."Jawabku atas pertanyaannya.

"Gibran?, Ibu rosma?, maaf saya tidak kenal."Ungkap bapak tersebut.

Mendengar perkataan bapak tersebut, Aku menjadi semakin heran. Apakah benar alamat yang Aku tuju ini adalah teman Ibu seperti apa yang ibu tulis dalam kertas tersebut. Karena hal itu Aku pun memutuskan untuk pergi.

"Oh maaf pak....mungkin saya salah alamat. Saya permisi ya pak. Maaf menggangu pak."Ucapku pada bapak tersebut dengan wajah yang sedikit tersipu malu.

Saat Aku ingin pergi bapak tersebut pun memanggilku kembali.

"Heii nak tunggu sebentar.... Kamu siapa?, Ibu kamu Rosma siapa?. dan sebenarnya kamu dari mana?." Tanya bapak itu semakin jelas.

"tidak pak seperti saya alamat, saya ingin lanjut mencari alamat ini ya pak. Sekali lagi saya mohon maaf karena telah mengganggu bapak."Sembari mengatupkan kedua telapak tanganku sebagai tanda permohonan maaf karena mungkin Aku telah menggangu waktu bapak tersebut.

"kalau kamu ingin pergi silahkan saja. Tapi tolong jawab pertanyaan saya sebelum kamu pergi."Minta bapak tersebut dengan nada bicara yang lirih.

"Saya Gibran pak. Nama Ibu saya Rosma Suin dan nama Ayah saya Rusli Jalin. saya dari Kota padang pak."Jawabku dengan sangat jelas bahkan sampai menyebutkan nama Ayahku.

"sudah ya pak, Saya ingin lanjut mencari alamat yang saya tuju."Sembari tertunduk dan berbalik badan untuk segera pergi dari depan rumah tersebut.

Saat Aku berbalik badan dan membelakangi bapak tersebut untuk segera pergi.

Terdengar suara bapak tersebut dengan awalan nada rendah seperti orang yang sedang mengingat sesuatu dan semakin keras.

"Gibran..?, Gibran..??, Gibran..!!. teriak panggilan bapak tersebut padaku, menghampiriku dan langsung memelukku.

Aku pun semakin dibuat kebingungan oleh bapak tersebut yang sebelumnya tidak mengenalku, dan sekarang dia tiba-tiba memelukku di saat Aku ingin meninggalkan rumahnya.

"maaf-kan Om Gibran karena lupa dengan kamu. Kamu benar-benar berubah."Ucap bapak tersebut yang tiba-tiba berkata ia adalah Omku.

Aku pun semakin menatap bapak tersebut dengan wajah yang heran dan penuh dengan 1001 pertanyaan.

"Kenapa kamu melihat om seperti itu?, Kamu pasti bingung ya?. Wajar saja kalau kamu bingung karena sudah lama sekali kamu tidak bertemu dengan Om."

"kamu terlihat lelah sekali sepertinya. Yasudah mari masuk kerumah Om, agar kamu bisa mandi terlebih dahulu, makan, setelah itu Om akan menceritakannya pada-mu agar kamu tidak bingung."Ucap bapak tersebut.

Dengan semakin heran Aku pun menuruti saja ajakan ramah bapak tersebut untuk masuk ke dalam rumahnya."Baik pak baik."

Aku pun memasuki rumah bapak tersebut dengan sambutan yang sangat ramah seperti, menyambut orang yang sangat dekat dengannya. Yang tentu saja dengan wajakku yang penuh dengan 1001 pertanyaan.

Hikayat si PerantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang