Benar!

5 3 0
                                    

Esok hari yang tampak sangat cerah pun Aku melakukan rutinitas seperti biasa. Hanya beberapa yang telah tidak dan beberapa yang di tambah. Hal yang seperti biasa Aku lakukan adalah membantu Ibu berdagang di siang hari sampai menjelang sore. Hanya tinggal menunggu sang surya menunjukan tanda bawah Ia ingin beristirahat untuk memberikan sinar kehidupan yang lebih cerah di keesokan harinya.

Dan bebarapa hal yang di tambahkan dalam rutinitasku ialah membantu Ayah mengurusi kebun dirumahku. Karena jika sebelumnya di pagi hari Aku harus bergegas untuk pergi kesekolah. Namun, karena Aku sudah lulus dan belum tahu apa yang akan Aku lakukan?, maka Aku juga merangkap tugas yang biasanya di kerjakan oleh Adik-adikku.

Karena hal itu, Aku juga harus belajar dengan Ayah. Belajar bagaimana mengurus kebun dengan benar sesuai tanamannya masing-masing. Karena kalau sampai salah mengurus kebun, maka tanaman pun akan rusak dan tidak tampak indah lagi di pandang mata.

Saat itu Aku memang belum bisa membuat mereka bangga dengan apa yang bisa Aku hasil-kan dari keringatku melainkan hanya sebuah secarik kertas berjudulkan"IJAZAH"dan bertuliskan angka-angka yang membuat Ayah dan Ibuku senang saat itu. Angka-angka yang entah bisa membantuku atau tidak mencapai impianku. Tapi yang jelas, setelah lulu dari sekolah, Aku pun masih membantu Ibuku untuk berdagang seperti Anak kecil lain yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

Tidak ada yang membedakan Aku seorang lulusan SMA dengan anak kecil lain yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Aku pun tidak mengetahui sistem pendidikan yang ada di negara tercinta dan sangat Aku banggakan ini.

Seluruh siswa atau siswi di paksa untuk mempelajari beragam jenis mata pelajaran. Sedangkan Guru yang mengajarkannya pun berbeda setiap mata pelajarannya. Tapi di saat ada siswa atau siswi yang mendapatkan nilai buruk di salah satu mata pelajaran, maka guru yang padahal bukan mengajarkan mata pelajaran tersebut turut menilai bahwa murid itu bodoh.

Begitupun dengan tingkatan perguruan tinggi, apapun jurusan yang di enyamnya saat duduk di bangku perkuliahan dan menjadi salah seorang civitas akademis. Maka tidak sedikit orang pula yang bekerja tidak sesuai dengan jurusan apa dan ilmu apa yang telah ia pelajari dulu. Itulah salah satu hal atau pola pikir yang membuat Aku tidak tertarik atau tidak ingin melanjut-kan pendidikanku ke tingkat perguruan tinggi negeri.

Tapi tidak sedikit juga seorang mahasiswa yang telah dinyatakan lulus dan menyandang gelar sarjana dibelakang namanya, mendapatkan pekerjaan yang layak, setara, dan sesuai apa yang telah ia keluarkan selama duduk di bangku perkuliahan tersebut. Hanya tinggal tergantung dari pribadi masing-masing orang tersebut. Terus berusaha. ber-do'a, dan serahkan urusan itu kepada Tuhan. Dan tentu saja jangan lupa untuk terus bersyukur atas nikmat yang telah diberikan sang maha kuasa kepada hidup kita saat ini dan nanti.

Seperti yang Aku katakan sebelumnya. Hari-hariku berjalan kembali seperti biasanya. Membantu Ibu sekitar kurang lebih 2 bulan setelah kelulusan sekolah dan juga membantu mengurus kebun rumahku bersama Ayah. Saat itu hidupku terasa datar tanpa ada hal baru yang Aku rasakan setiap harinya seperti di masa Aku SMA dulu. Saat setelah lulus lebih banyak yang kehilangan dalam hidup yang Aku rasakan dibanding-kan yang datang. Tanpa bermain tenis meja, tanpa berkeliling kota dengan sepeda bersama teman-teman, dan banyak hal lain yang telah hilang.

Ternyata, menjadi dewasa tidak se-enak dan tak se-menyenangkan dari apa yang dulu Aku fikir-kan. Aku berfikir dulu bahwa saat Aku lulus Aku ingin bekerja, mengumpulkan uang lebih banyak agar Aku bisa pergi merantau ke Jakarta dengan modal yang cukup. Namun kenyataannya, kita bisa berfikir apapun yang ingin kita fikir-kan secara bebas. Tapi hanya beberapa yang menjadi kenyataan atau mungkin tidak ada yang menjadi kenyataan dari apa yang telah kita fikirkan dan kita rencanakan.

Setelah Aku membantu Ibu kurang lebih 2 bulan dari masa kelulusanku, Aku pun mulai merasakan ada sesuatu yang salah dalam kehidupanku. Aku merasa sangat yakin bahwa, bukan kehidupan inilah yang seharusnya kulakukan. Setiap pagi membantu Ayah mengurusi kebun, membangunkan Adik-adik dan kakakku, membantu Ibu berdagang, pulang dengan tubuh yang penuh keringat, mandi, lalu meminum segelas teh di malam hari. Bukan hidup seperti itu yang harus Aku lakukan. Aku harus dan bisa melakukan hal yang lebih dari pada itu.

Memang enak hanya melakukan hidup seperti itu. Tapi tidak ada hal baru, tidak ada pengalaman dan ilmu baru yang Aku dapatkan. Walaupun Aku diberikan Umur selama 1000 tahun, maka tidak ada artinya-lah hidupku ini. Albert Einstein, yaitu

seorang filsuf terkenal pernah berkata,

"Jangan pernah mengharapkan hasil yang lebih atau berbeda, tapi sedangkan yang kau lakukan masih sama seperti sebelumnya"

Benar!, Aku benar-benar harus memikirkan hal ini dengan serius."Aku seorang laki-laki yang akan menjadi kepala di sebuah keluarga kecilku nanti"fikir dalam diriku saat itu. 

Hikayat si PerantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang