Selesai mandi Aku pun langsung cepat menuju kamar untuk memakai bajuku dan membuat tampilanku menarik. Karena Pak Ujang sebelumnya berkata ingin memberikanku pekerjaan. Maka Aku pun harus berpenampilan rapih selayaknya orang yang sedang melamar kerja. Kalau kalau penampilanku tidak menarik, maka tidak akan ada orang yang mau mempekerjakanku.
Setelah kurang lebih 15 menit Aku mengatur penampilanku, Aku pun langsung turun menemui Pak Ujang yang sedang menungguku. Sekaligus juga Aku menanyakan apakah penampilanku sudah rapih atau belum. Dengan kemeja yang Ayahku pakai dulu, dan model rambutku yang kelimis, Aku pun penuh percaya diri untuk melamar kerja. Dengan terburu-buru Aku menuruni anak tangga menuju meja makan.
Tapi saat Aku sudah tepat di depan Pak Ujang,
"Taraaaaa... Gimana Om penampilanku?, sudah rapih kan?"dengan tangan dan kaki yang terbuka lebar agar Pak Ujang melihat jelas penampilanku dari Ujung kepala sampai ujung kaki, tanpa ada yang tertutupi.
Pak Ujang yang sedang menikmati segelas kopi hitam saat itu pun terkaget sampai menyemburkan kopi yang ada di mulutnya dan tersedak.
"Bhurrrr.... Uhuk-uhuk."Terdiam Pak Ujang melihatku.
"Eiisstttt..., Kenapa Om? Udah ganteng-ganteng gini ko Aku malah di sembur kopi."Dengan gerakan spontanku untuk menghindari semburan kopi Pak Ujang.
"ma.. maaf Gibran. Om tidak sengaja."Sembari mengusap mulutnya yang berlepotan dengan sisa kopi.
"Teruss kenapa Om menyembur Gibran?"tanyaku padanya sembari memperhatikan apakah ada kotoran yang menempel di bajuku.
"Tidak apa-apa, Om kaget saja karena kamu kamu rapih sekali. Seperti orang yang ingin melamar pekerajaan saja."tutur Pak Ujang yang membuatku bingung.
"Memang Om mau memberikan Gibran pekerjaan kan. Yaitu mengantar Gibran melamar maksudnya Om."Tanyaku padanya.
"Yamemang benar Om mau memberikan kamu pekerjaan. Tapi bukan melamar di tempat kerja orang lain. Malainkan bekerja dengan Om."Ungkap Pak Ujang padaku yang membuatku mengerti dan merasa bodoh pula.
Aku mengerti karena ternyata arti dari perkataan Pak Ujang tentang memberikanku pekerjaan. Dan Aku merasa bodoh pula karena Aku kurang menyimak perkataannya dengan baik. Bahwa yang Pak Ujang maksud adalah memberikanku pekerjaan di tempat usahanya, tetapi bukan mengantar-kan ku ketempat kerja atau kantor orang lain untuk melamar.
"Haduuuhhh.... Ada apa ya dengan kepalaku ini."dengan gelengan kepala sembari tolak pinggang di depan Pak Ujang.
Pak Ujang pun berkata,
"Sudah-sudah tidak apa. Baguss ko penampilan kamu begitu. Sangat rapih dan jadi terlihat tampannya."
"Ayoo kita jalan ke tempat usaha Om."Ajak Pak Ujang dengan segera untuk ke tempat usahanya.
"Ohiyaa Gibran."
"Kenapa Om."Tanyaku.
"Jangan lupa matikan seluruh alat yang menggunakan listrik kecuali kulkas."Tambah Pak Ujang padaku.
"Baik Om. Gibran periksa dulu ya semuanya, Om tunggu depan saja. nanti kalau sudah Gibran langsung kedepan Om."Tuturku pada Pak Ujang.
Pak Ujang keluar rumah untuk menunggu di depan, dan Aku pun segera memeriksa apa yang Pak Ujang minta tolong padaku tadi.
Setelah Aku memeriksa dan memastikan bahwa apa yang Pak Ujang perintahkan tadi sudah selesai, dengan segera Aku pun langsung menghampiri Pak Ujang yang sudah menungguku di depan rumah.
Dan Kami-pun langsung berjalan kaki untuk pergi ke tempat usaha Pak Ujang tanpa mengendarai sepeda motornya. Karena, kata Pak Ujang jarak tempat usaha dengan rumahnya tidaklah terlalu jauh. Jadi, tidak perlu menggunakan sepeda motor."Hitung-hitung olahraga agar awet muda."Katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hikayat si Perantau
Non-FictionBerkisahkan seorang pemuda desa yang bertanya-bertanya tentang apa itu arti dari menjalani kehidupan. Seorang pemuda yang sedari dulu memiliki kehidupan dari keluarga yang sederhana dan keluarga yang selalu diremeh-temehkan. Karena hal tersebut, ter...