Jangan cepat menilai

3 3 0
                                    

Tidak terasa dengan tubuhku yang sangat begitu kelelahan entah karena apa. Padahal Aku tidak bekerja seperti biasanya. Yang membuatku terkaget saat terbangun pagi karena kokokan ayam.Aku masih mengenakan sarung dan tertidur dengan beralaskan sajadah usai sholat Isyaku kemarin malam.

"Haduuuhhh.... Kacau sekali diriku."ucapku dengan garukkan kepala kebingungan.

Aku pun langsung bergegas untuk mandi dan memulai petulanganku kembali di tanah rantau.

"Jakarta, tunggu tapakan kaki lantangku ini di atas tanah kejam-mu."Dengan gaya sombong di depan cermin yang sedang berkaca.

Setelah Aku merapihkan kamar kostku, Aku pun tidak lupa untuk mengunci pintu kamar kost lalu berjalan menuju pasar Tanah Abang. Pasar yang saat ini menjadi salah satu pasar dengan perputaran uang terbesar di Asia tenggara. Sombong sekali sepertinya diriku yang masih pemula dalam dunia bisnis ini."Sombong karena dengan berani menginjakkan kaki di kapal besar. Tapi tidak apalah, semakin sulit tantangan, maka semakin kuat dan hebat juga Aku untuk menghadapi rintangan di depan nanti."Dengan gaya tolak pinggang di depan gedung pasar.

Tidak terlupakan membaca basmalah sebelum Aku memasuki pusat perbelanjaan itu. Agar langkahku selalu di ridhoi oleh Allah SWT.

Sebenarnya, hari pertama Aku kesana tidak ada Aku bekerja dengan orang atau ingin mencari pekerjaan dengan orang lain. Karena Aku tidak ingin bekerja dengan orang lain, tetapi Akulah yang akan membuat orang mendapatkan pekerjaan. Tetapi, tujuanku kesana adalah Aku ingin mencari barang-barang yang bagus dan dengan harga yang murah agar Aku bisa jual kembali untuk memutarkan modal.

Barang yang Aku cari tentu saja Tas fashion wanita. Karena hanya barang itu yang sudah Aku perdalami selama Aku bekerja di usaha konveksi pak Ujang. Entah itu Tas hasil buatan konveksi, atau tas yang di import dari luar negeri. Bahkan, tidak sedikit Aku mengenal mana tas buatan lokal maupun tas import dari jajaran terendah, sampai yang mempunyai nama terkenal.

Karena hal itulah, Aku tidak berani untuk mencari barang lain untuk di jual. Karena, dalam berbisnis pun Aku harus terlebih dulu mengetahui dasar-dasarnya. Seperti bahan yang digunakan, kualitas dan harga yang pantas untuk di tetapkan dengan bahan dan kualiatas barang masing-masing tersebut. Dan tentu saja Aku harus mengetahui target pasar yang akan Aku tuju. Masyarakat menengah ke atas, atau masyarakat dengan per-ekonomian menengah kebawah. Yang jelas, untuk saat itu Aku mencari tas dengan harga murah namun sebisa mungkin Aku harus pintar memilah dan memilih kualiatasnya pula.

Lorong demi lorong yang bagian kiri dan kanannya di penuhi dengan berbagai jenis barang dagangan ku telusuri. Lantai demi lantai gedung ku jelajahi dengan sabar untuk mencari barang yang Aku cari. Karena kalau tidak sabar, mungkin Aku akan mendapatkan barang yang kurang baik. Yang pada sebenarnya ada barang dengan harga rendah namun kualitas yang cukup baik, dan bisa cepat dijual tanpa jangka waktu yang panjang. Sudah 3 jam Aku mengitari seisi gedung pasar kala itu, namun Aku masih merasa kurang puas dengan setiap barang-barang yang Aku temui.

"hufttt..., apakah tidak ada barang yang murah dengan kualiatas yang cukup baik di pasar ini?. Apa harus Aku mengambil barang-barang dari konveksi pak Ujang saja ya?"fikirku saat itu dengan kibasan koran untuk sedikit menyejukkan tubuhku yang kepanasan.

Bisa saja Aku dengan mudahnya mencari barang-barang dan membelinya dari konveksi Pak Ujang. Selain Aku bisa mendatkan barang yang murah, kualiatas barang-barang yang di produksi konvesi Pak Ujang pun tidak perlu di ragukan lagi.

"aahh tidak, sama saja Aku tidak berjuang sendiri. Ayooo Gibran sabar, cari terus. Kamu pasti dapat."Bicara dengan diriku sendiri yang sedang terduduk di pinggiran jajaran toko.

"Bismillah, tunjukan jalannya pada hamba ya Allah."Berdiri dari dudukku dengan tanganku yang mengusap keringat sembari memohon bantuan pada Tuhanku.

Aku pun kembali menyisir toko-toko yang ada di pasar tersebut. Namun setelah total waktu 4 jam Aku mengelilingi gedung tersebut, dari lantai dasar sampai lantai atas Aku pun juga tidak kunjung menemukan toko dengan barang-barang seperti apa yang Aku inginkan. Aku pun saat itu sudah menyerah. Sebenarnya ada beberapa toko yang kutandai sebelumnya dengan barang-barang yang hampir Aku masuki. Namun dari beberapa toko tersebut hanya memenuhi salah satu jenis barang yang Aku cari. Jika ada beberapa toko yang mempunyai barang dengan kualiatas baik, namun harga yang di banderol tidaklah sesuai dengan modalku. Jika Aku paksakan, hanya dapat sedikit barang saja. Aku pun diam dan berdiri sejenak di tengah keramaian pasar.

"Tidak ketemu juga yaa.... padahal... Sudah keliling selama 4 jam. Kalau gitu Aku pulang sajalah. Lanjut besok lagi mencarinya."Ucapku yang sudah kelelahan dengan rasa sedikit putus asa.

Namun, disaat Aku berdiri di sebuah tangga yang dimana sebelumnya Aku berfikiran untuk pulang, Aku melihat satu toko Tas dari kejauhan. Toko tas tersebut bertempatkan di bagian ujung atau sekiranya di ujung sudut bagian gedung. Aku berfikir, mengapa toko tersebut sangat sepi. Ada beberapa orang yang berkunjung, namun tidak lama keluar dengan tangan kosong. Aku pun pernasaran untuk melihat-lihat dan bertanya barang-barang di toko tersebut. Namun, sebelum Aku masuk, ada Ibu-ibu yang melihatku berjalan ke toko yang bertempatkan di ujung tersebut.

"Dek....Kamu mau ke toko itu ya?"dengan jari yang menunjuk ke toko yang ingin ku datangi.

"Iyaa bu benar... kenapa ya?"Tanyaku pada Ibu yang tidak ku kenal tersebut.

"lebih baik jangan beli tas di toko itu."tutur sang Ibu.

"Lohh kenapa memangnya bu?"tanyaku dengan rasa pernasaran atas ungkapan Ibu tersebut.

"Harga barangnya murah-murah, walaupun terlihat bagus tampilannya, tapi karena harganya murah, pasti kualitas barangnya buruk. Paling hanya beberapa kali pakai sudah berudul."Pungkas sang Ibu padaku.

Karena penjelasan Ibu yang menurutku ia hanya menilai kualitas suatu barang dari harga, maka Aku pun semakin pernasaran. Tapi agar cepat pembicaraanku dengan ibu yang Aku sendiripun tidak mengenalnya, Aku pun hanya meng-iyakan perkataannya itu.

"oh begituu yaa bu. Yasudah Bu saya mencari toko lain saja."ucapku pada Ibu itu yang langsung pergi.

Karena perkataanku yang menyatakan sebaiknya Aku mencari toko lain, Aku pun menghafalkan nama dan letak toko tersebut, Aku langsung mencari jalan memutar.

"Bodoh.... mengapa juga Aku mencari jalan memutar, padahal sebelumnya Aku hanya tinggal melewati Ibu itu."Marahku pada diri sendiri.

Setelah Aku mencari jalan memutar untuk ke toko yang sepi tersebut, Aku pun sudah berada di depannya. Dan membaca nama toko tersebut untuk memastikan apakah benar ini toko yang tadi Aku lihat.

"BE-LA-NI..."ucapku yang membaca nama toko tersebut.

Sesaat Aku sampai dan membaca nama toko tersebut, seorang kakek penjaga toko yang berjaga sendirian itu pun menawariku selayakanya penjaga toko lain.

"Boleh dek..., lihat-lihat saja dulu gapapa."Ucap kakek tersebut yang wajahnya tidak terlalu jelas terlihat karena tertutup tas yang di gantung di langit-langit toko itu.

Karena Aku mendengar kakek tersebut menawari barang dagangannya padaku, Aku pun menjawabnya,

"Ohiyaa Pak.... saya lihat-lihat dulu tidak apa ya pak."Tuturku pada si kakek penjaga toko.

"Iyaa dek boleh..., Silahkan di lihat-lihat dulu."Ucap sang kakek yang menanggapiku.

Aku pun melihat-lihat sedikit barang-barang yang ada di toko tersebut. Aku memulai dari Tas yang di pajang di bagian bawah. Karena biasanya, Tas yang di pajang bagian bawah ialah Tas yang memiliki harga paling murah jika di bandingkan tas lain. Dan semakin tinggi di letakkan, maka semakin tinggi pula harga Tas yang di banderol. Entah siapa yang memakai konsep seperti itu terlebih dulu, tapi memang sepertinya agar lebih mudah dan tidak salah untuk menjual dengan harganya masing-masing.

Aku pun masih melihat-lihat Tas yang di jajakan dalam toko tersebut.

Hikayat si PerantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang