Saat Aku masuk rumah bapak tersebut yang bernama Pak Ujang tersebut, Pak Ujang langsung menyuruhku mandi untuk membersihkan diri. Karena memang, aroma badanku yang tidak sedap untuk di hirup oleh hidung. Aku pun segera membuka tas yang Aku bawa untuk mengambil handukku untuk mandi.
Saat Aku mandi Aku pun mulai berfikiran buruk kepada Pak Ujang. Entah mengapa fikiran tersebu muncul saat kepalaku terguyur oleh air.
"kenapa bapak itu yang awalnya tidak mengenaliku, tapi setelah itu tiba-tiba mengenaliku, bahkan sampai memelukku secara tiba-tiba. Apakah jangan-jangan Aku akan di jual dan dijadikan sebagai budak olehnya!"Fikir burukku kepada pak Ujang.
Fikiran burukku pun semakin jauh kepada Ujang karena dulu saat di kampung ada seorang anak yang bertengkar dengan orang tuanya. Mereka bertengkar dikarenakan sang anak tersebut yang berjenis kelamin perempuan ingin pergi merantau ke Jakarta. Namun, orang tuanya melarang karena takut anaknya akan di jual dan di jadikan budak oleh orang Jakarta.
Tapi saat Aku berfikir kembali tentang hal sebelumnya yang terjadi antara Aku dan Pak Ujang. Aku mencoba untuk berfikir positif tentangnya dan hal sebelumnya.
"ehh tapi, tapi.... Pak Ujang mengenaliku saat Aku menyebutkan nama lengkap Ibu, Ayah, dan asal usulku. Apa jangan-jangan memang benar Pak Ujang adalah teman yang Ibu maksud itu."berbicara Aku pada diriku sendiri.
"ahhh.. Masa bodo-lah. Aku serahkan saja semuanya pada Tuhan."Ucapku untuk mengakhiri fikiran buruk.
Aku pun segera menyelesaikan bersih-bersih tubuhku. Dan hal yang menakutkan untuk diriku pun terjadi. Saat Aku baru selesai mandi dan membuka pintu. Tiba-tiba Pak Ujang sudah berada di depan pintu seperti menungguku saat mandi.
"lama sekali kamu Gibran mandinya. itu ada makanan di meja makan. Kamu bisa makan kalau kamu lapar."Ucap pak Ujang padaku yang berdiri menunggu di depan pintu kamar mandi.
Mendengar perkataan pak Ujang sepert itu, Aku pun menjadi tidak meng-gubris tentang dia yang menungguku di depan pintu kamar mandi. Aku langsung segera menuju kamar yang di sediakan oleh Pak Ujang untuk mengenakan pakaianku, lalu setelah itu Aku langsung menuju meja makan.
Karena perkataan Pak Ujang berkata,"itu ada makanan di meja makan, Aku bisa makan jikalau memang Aku lapar.." Jadi Aku makan saja makanan yang ada di meja makan karena memang Aku lapar. Walaupun sebelumnya di pelabuhan Aku telah makan. Tapi mungkin karena setelah membantu Pak Zain mengangkat barang dan karena memang makanan yang ada dirumah Pak Ujang saat itu lezat. Yang membuat selera makanku timbul, jadi Aku lahap saja makanan yang ada tapi tetap dengan porsi yang secukupnya.
Karena walaupun memang ternyata benar Pak Ujang adalah teman Ibu yang ada di Jakarta, Aku harus tetap tahu diri dan menunjukan kesopanan dan santunku padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hikayat si Perantau
Non-FictionBerkisahkan seorang pemuda desa yang bertanya-bertanya tentang apa itu arti dari menjalani kehidupan. Seorang pemuda yang sedari dulu memiliki kehidupan dari keluarga yang sederhana dan keluarga yang selalu diremeh-temehkan. Karena hal tersebut, ter...