28. Sebuah Permintaan

420 105 12
                                    

Saat pagi menjelang, Nero bahkan sudah siap untuk pergi sebelum matahari pertama pagi itu bersinar. Tadi malam, Viola berkata bahwa wanita itu memiliki cheese cake yang masih disimpan di kulkas dan baru bisa dinikmati pagi ini. Dan kata-kata seperti itu hanya membuat Nero tidak bisa tidur dengan nyenyak karena sangat ingin merasakan kue buatan Viola.

Sejak kapan masakan Viola membuatnya kecanduan seperti ini? Jelas, itu terjadi sejak pertama kali Nero merasakan masakannya. Kali pertama menyantap sup krim kental itu? Atau ketika ia merasakan tumisan daging ayamnya?

Tidak. Nero bahkan sudah jatuh cinta pada apa yang dibuat wanita itu, kali pertama ia menyesap ginger ale-nya. Viola berjanji untuk menyiapkan lagi minuman itu nanti sebelum ia berangkat ke bandara. Dengan meatloaf yang ia larang untuk dibagikan kepada orang lain, juga cheese cake yang Nero yakin juga tidak akan rela untuk ia bagi bersama penjaga apartemen.

Sejumlah pelayan yang ia miliki di rumah saja tidak bisa menandingi kelezatan masakan Viola. Apa yang ia makan benar-benar terasa seperti rumah. Seperti kehangatan keluarga yang ia dapatkan di Indonesia.

Oke, ini bukan berarti Nero menganggap Viola rumah atau semacamnya. Nero sudah mengunci bagian hatinya yang hancur dan menjauhkannya dari Viola. Apa yang mereka miliki sekarang adalah murni hubungan persahabatan. Dan apa yang membuatnya jauh lebih kuat lagi adalah karena mereka memiliki semacam tali penghubung di Indonesia. Muti dan juga keluarga Widjaya.

Nero mendesah saat teringat kapan terakhir kali bicara dengan Muti. Itu beberapa hari yang lalu. Selama di sini, Nero memang bisa dikaatakan jarang menghubungi Muti. Gadis itu sudah keluar dari rumah sakit, dan juga sudahbisa tersenyum lagi saat mengunjungi adik-adik di kawasan yang sering mereka datangi untuk mengajar secara sukarela.

Itu adalah hal yang paling membuat Nero bahagia. Melihat Muti kembali seperti dulu meskipun memang akan berbeda rasanya.Nero sendiri sudah pernah merasakan kehilangan dan apa yang pepatah katakan bahwa waktu akan menyembuhkan hanyalah bohong belaka.

Tidak pernah ada orang yang baik-baik saja saat ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi. Terutama, jika orang tersebut tidak akan pernah kembali. Akan selalu ada lubang di dalam hatimu yang tidak akan pernah menutup dan tidak bisa digantikan oleh apapun.

Begitu juga dengan kepergian Dhika yang akan selalu meninggalkan luka di hati Muti. Mungkin hampir sama besarnya dengan luka yang pernah Damar tinggalkan. Walaupun sekarang Damar sudah kembali, Nero tahu jika Muti masih merasa takut jika hal tersebut akan terjadi lagi nanti.

Jika Damar berani melakukan itu, ia akan menjadi orang pertama yang memberi perhitungan pada pria itu. Tidak peduli jika apa yang dilakukannya nanti melanggar hukum. Nero sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan membiarkan Muti bersedih lagi seperti tujuh tahun yang lalu.

Sejujurnya, Nero merindukan Muti. Ia ingin kembali ke Jakarta dan melihat langsung seperrti apa Muti. Apa 'baik' yang Damar katakan itu adalah benar-benar yang terjadi sesungguhnya, atau itu hanya topeng seperti yang selama ini Muti perlihatkan.

Namun tentu saja, Nero tahu ia tidak akan bisa melakukan itu sekarang. Ia tidak mungkin pergi di saat Viola juga tidak ada di tempat. Paman Stevan akan kewalahan mengurus perusahaan seorang diri.

Mungkin, ia bisa meminta bantuan Viola nanti untuk memberikan kabar padanya. Wanita itu juga selalu memiliki pengamatan sempurna terhadap sekelilingnya, Viola pasti akan tahu bagaimana sesungguhnya perasaan Muti meskipun tidak terlalu mengenalnya.

Mengingat Viola, hanya membuat Nero kembali menginginkan untuk mencicipi masakan wanita itu secepatnya. Jadi, mengabaikan keinginannya tadi untuk menelepon Muti, Nero bangkit dari duduknya di ranjang dan keluar dari kamar.

It Takes Two To TangoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang