10. Tidak Ada Salahnya Berteman

618 204 28
                                    

Biasanya Ola tidak suka makan siang dengan orang selain keluarganya, atau seseorang yang benar-benar ia kenal seperti Stevan, Shane, dan Jules. Namun, ia mendapati bahwa makan bersama pria yang hanya pernah ia dengar namanya ini, juga bukan sesuatu yang buruk.

Bahkan, anehnya, Ola merasakan hal lain yang tidak pernah ia rasakan saat bersama dengan orang lain di sini. Mulutnya seakan bercerita tentang apapun dengan sendirinya, tanpa ia sempat memikirkannya.

Seharusnya itu menjadi tanda bahaya baginya karena sebelum ini, Ola selalu pandai menyimpan rapat-rapat hal yang tidak ingin ia bagi bersama orang lain. Dan biasanya, itu selalu berhasil. Lalu kenapa sekarang dirinya mengatakan tentang ia yang tidak memiliki banyak teman untuk makan siang?

Nero pasti akan menganggapnya menyedihkan karena ternyata jabatan tinggi pun tidak menjamin kau akan memiliki banyak teman. Padahal baginya, itu bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Sejak dulu, Ola memang tidak pernah dekat dengan siapapun selain anggota keluarganya.

Dekat dengan orang lain berarti nyaman bersamanya. Dan jika kau sudah nyaman, kau akan bergantung padanya. Lalu, ketika apa yang kau harapkan dari orang tersebut tidak sesuai dengan kenyataan, hatimu akan patah dan akhirnya malah membenci orang tersebut. Jika sudah seperti itu, hubungan hanya akan memburuk dan berakhir.

Ola tidak ingin memiliki jenis hubungan yang seperti itu. Jauh lebih aman berteman dengan dirinya sendiri, karena pada akhirnya, seseorang yang bisa kau andalkan hanyalah dirimu sendiri.

Oke, dalam konteksnya, mungkin ia juga bisa mengandalkan keluarganya. Ia tahu itu dengan pasti. Mereka semua akan membantunya dengan senang hati jika ia butuh sesuatu. Tidak peduli apapun itu.

Namun lagi-lagi, Ola bukan jenis wanita manja yang menggantungkan hidupnya pada orang lain. Apa yang ia miliki sekarang adalah bukti nyata bahwa hal terbaik yang pernah terjadi adalah tidak mengandalkan siapa-siapa dalam hidupnya.

"Jadi biasanya kau hanya makan siang sendirian jika kebetulan tidak makan dengan Paman Stevan?"

Pertanyaan itu lagi-lagi membuat Ola tersenyum. Biasanya, ia akan kesal jika ada orang yang sangat ingin tahu tentang hidupnya. Namun sekarang, ia tidak merasa kesal sama sekali. Justru, Ola memiliki keinginan untuk mengatakan alasannya pada Nero, dan ia memang melakukannya.

"Kau tahu sulit bagiku mencari jenis makanan 'aman' di sini. Dan restoran halal ini membuatku bisa menyantap apa saja tanpa khawatir. Lagipula, makanan di sana memang luar biasa enaknya."

Nero mengangguk paham dan kembali menggigit kebabnya. Bahkan cara makan pria itu sangat elegan. Pantas saja Damar merasa insecure dengan pria ini.

Ola sudah sangat ingin membahas itu. Akan tetapi, ia tidak bisa menemukan momen yang pas untuk menyinggungnya. Selain itu, ia takut jika suasana nyaman ini akan menghilang jika mereka membicarakan hal lain. Termasuk tentang Muti.

Ola tidak pernah mengenal gadis itu secara dekat. Ia hanya beberapa kali bertemu dengannya jika Damar mengajaknya ke rumah saat kedua anak itu masih berusia sepuluh atau sebelas. Ola sudah berangkat ke New York saat Damar lulus dari sekolah dasar.

Ia mengingat gadis itu sebagai seseorang yang tomboy dengan rambut pendeknya. Gadis itu juga suka membantu Opa di kebun, dan ia juga disukai semua keluarganya karena pembawaannya yang menyenangkan.

Ketika dewasa, Ola hanya pernah satu atau dua kali bertemu Muti saat ia pulang ke Jakarta. Dan sejujurnya, gadis itu terlihat masih sama menyenangkannya seperti dulu. Masih selalu tersenyum dengan ceria setiap bertemu orang. Wajar jika Damar, juga pria ini, tidak bisa memalingkan hati mereka dari Muti.

"Aku tidak menyangka jika Paman Stevan menyukai makanan Timur Tengah seperti ini," ucap Nero membuyarkan lamunan Ola.

Ola tersenyum sambil meraih ayam gorengnya. Restoran itu terkenal memiliki saus bumbu kari yang sangat enak, dan cocok dipadukan dengan ayam goreng tersebut. Ia benar-benar tidak menyangka jika Stevan ternyata mengamati apa yang menjadi kesukaannya. Tentang kenapa pria itu merencanakan makan siang ini, ia masih penasaran.

It Takes Two To TangoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang