57. Amarah

299 87 5
                                    

Nero tidak pernah merasa semarah ini sebelumnya. Ia sangat ingin memukul sesuatu hingga hancur. Atau yang lebihtepat lagi, memukul Radit hingga seluruh tulang di wajah pria itu patah. Dalam dirinya telah muncul monster besar yang hampir saja tidak bisa menahan diri lebih lama lagi.

Tadi, begitu mendengar suara Viola yang tegang dan ketakutan, Nero tahu ada sesuatu yang buruk tengah terjadi. Wanita itu selalu tenang dan pemberani di dalam situasi apapun dan jarang sekali merasa takut. Nero pikir, itu berhubungan dengan gossip yang beredar di kantor belakangan ini, dan Viola akhirnya tahu siapa penyebar berita itu. Namun, ia tidak menyangka jika hal itu berwujud Radit.

Apa yang sedang pria itu lakukan di sini? Mereka baru tiba tiga hari yang lalu dan Radit sudah ada di sini? Itu berarti, Radit berangkat tidak lama setelah kepergiannya dan Viola? Apa pria itu benar-benar menginginkan Viola hingga rela terbang melintasi benua hanya demi menarik perhatiannya?

Sekarang, bukan hanya amarah yang Nero rasakan, tetapi juga rasa cemburu. Radit jelas tidak akan menyerah dengan mudah, dan Nero sama sekali tidak suka itu. Jika ada satu hal yang membuatnya tenang, itu adalah karena fakta bahwa Viola tidak menyukai Radit.

Selain itu, ada satu lagi yang Nero perhatikan setiap kali Viola mengamati Radit. Wanita itu ketakutan. Ia bisa melihat sekilas di mata Viola sekilas saat wanita itu melihat Radit yang tersenyum.

Seharusnya Nero mencari tentang itu hari ini. Namun, kesibukannya bekerja membuatnya lupa bahwa ia harus mencari alasan di balik sikap Viola ini. Tidak mungkin tidak ada yang terjadi. Jika itu sesuatu yang buruk, maka hal tersebut hanya memberi Nero sebuah alasan lagi untuk tidak pergi dari sisi Viola.

Ia sudah berjanji kepada Erlangga untuk selalu menjaga Viola. Bahkan, tanpa janji itupun, Nero tidak akan pernah pergi dari sisi Viola. Hatinya tidak mengijinkan itu. Bagaimana bisa ia meninggalkan seseorang yang sangat disayanginya?

Nero berhenti mondar-mandir saat kesadaran itu memukulnya dengan telak. Viola lebih dari seorang teman baginya. Wanita itu berarti untuknya. Ia menyayangi Viola. Bahkan mungkin lebih dari itu. Jika ada hal buruk terjadi, itu hanya akan menyakitinya.

"Mr. Goldman? Anda mungkin harus duduk."

Ia menoleh saat mendengar suara sekretaris Viola itu. Jules. Ya, itulah nama gadis ini.

Tatapan Nero beralih pada ruang kerja yang setengah terbuka, dan ia kembali mondar-mandir. Ia tidak bisa mendengar apapun meski pintu itu terbuka dan ia sama sekali tidak akan bisa duduk dengan tenang.

"Sudah berapa lama mereka bicara?" Nero melirik jam tangannya, tetapi tidak tahu kapan pembicaraan itu tadi dimulai. Kenapa mereka lama sekali?

"Empat setengah menit," jawab Jules dengan tidak kalah cemasnya.

"Baru selama itu?"

Bagaimana bisa waktu baru berlalu kurang dari lima menit? Apa saja yang mereka bicarakan di dalam sana? Jika saja ia memiliki posisi lebih dari seorang teman, Nero pasti akan menerobos masuk lalu menyeret Radit pergi dari sana.

"Miss Aleyna takut, dan aku tidak sering melihatnya seperti itu."

Suara lirih Jules membuat Nero menoleh pada gadis itu. "Berapa lama kau mengenal Viola?"

Ia asumsikan, tidak banyak yang bisa tahu tentang ketakutan yang coba Viola sembunyikan, dan jika orang tersebut tahu, bisa jadi ia sudah mengenal wanita itu untuk waktu yang cukup lama.

"Beberapa tahun. Apartemen kami bersebelahan walaupun kami tidak saling tahu tentang itu sebelumnya. Dia pernah menjadi dosen tamu di kampusku dulu, dan Miss Aleyna tidak keberatan meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan kami di luar jam mengajarnya."

It Takes Two To TangoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang