35. Perjodohan

407 96 10
                                    

Sudah satu minggu Ola berada di rumah, dan selama itu pula, apa yang dilakukannya hanyalah berdiam diri di kamar, atau pergi ke perpustakaan sekolah. Tidak ada banyak hal yang bisa dilakukannya, dan ia benar-benar merasa frustasi karenanya.

Mungkin, satu-satunya saat yang paling ia sukai adalah ketika Jamie atau Stevan meneleponnya sesekali untuk bertanya masalah pekerjaan. Sayangnya, meskipun ia sudah berkata pada mereka untuk menghubunginya kapan saja dirinya dibutuhkan, kedua orang itu hanya pernah menghubunginya tiga kali semenjak dirinya tiba, dan panggilan terakhir adalah tiga hari yang lalu.

Selain itu, satu permasalahan terbesar yang membuat Ola tidak bisa menyukai rumahnya seperti dulu lagi adalah paksaan Opa yang terus memintanya bertemu dengan cucu entah-siapa itu.

Sejak dulu, Ola selalu menjadi cucu kesayangan Opa. Itu sudah terjadi sejak dirinya muncul di rumah ini ketika berusia lima tahun dan memiliki wajah yang begitu mirip dengan sang ayah. Tidak perlu ada tes DNA atau segala macam untuk membuktikan jika dirinya adalah darah daging Erlangga.

Ia sudah mencuri hati semua orang di rumah Opa semenjak saat itu, dan hingga detik ini masih menjadi pemegang tahta tertinggi sebagai cucu perempuan satu-satunya. Itu menjadikan dirinya jarang tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.

Sayangnya, kali ini hal itu tampak jauh dari matanya. Terutama karena Opa selalu membahas hal tersebut setiap kali dirinya datang ke sana, atau Opa dan Oma yang datang ke rumahnya. Ola mencoba menghindari Opa sebisa mungkin, tetapi itu jelas tidak mungkin.

Lagipula, ke mana lagi ia bisa kabur? Ia tidak punya tempat yang bisa didatanginya selain perpustakaan, dan rumah nenek Ratna. Tidak mungkin ia menginap di perpustakaan malam ini kan? Tidak mungkin juga ia tidur di rumah nenek Ratna karena rumah itu sekarang juga ditempati Mbak Mutia dan keluarganya. Jadi, Ola hanya bisa pasrah dengan keadaan yang menimpanya ini.

Seperti malam ini, Bunda mengajak mereka semua untuk makan malam di rumah Opa bersama anggota keluarga mereka yang lain. Ola ingin menolak ajakan itu, tetapi sayangnya, ia tidak memiliki alasan apapun untuk hal tersebut karena dirinya memang seorang 'pengangguran' selama sebulan ini.

Jadi, berhubung tidak bisa menghindar, Ola mencoba menjaga jarak sejauh mungkin dari Opa, dan menyibukkan diri bersama para wanita di dapur. Para pria berkumpul di ruang duduk, kecuali Zane yang sudah kembali ke Australia. Sedangkan para wanita, termasuk ular dari Jepang itu, berada di dapur untuk menyiapkan makan malam.

Ia mengerutkan kening melihat jumlah makanan yang sebenarnya agak terlalu banyak itu, tetapi Ola hanya menganggap bahwa itu kebiasaan baru keluarga yang mungkin tidak diketahuinya saat ini. Mereka semua sangat suka makan, dan siapa yang tahu jika mereka sekarang memiliki nafsu makan yang jauh lebih besar dari sebelumnya?

Atau...

Mata Ola melirik si Jepang bertumbuh ramping itu, mungkin, gadis ini yang memiliki selera makan yang besar. Namun, melihat dari bentuk tubuhnya yang seramping pensil, tampaknya itu tidak mungkin.

"Kenapa dia ada di sini? Dia bahkan bukan keluarga," ujar Ola tanpa mengangkat wajahnya dari kentang yang sedang ia potong. Semua orang pasti tahu siapa 'dia' yang ia maksud.

Fuyumi, menyebutkan namanya saja Ola malas, meletakkan pisau yang tengah dipegangnya dengan suara keras. "Aku maksudmu?" tanyanya dengan ketus. "Aku sudah tinggal di sini beberapa bulan."

Ola menoleh dan mengangkat bahu tanpa mengatakan apapun.

"Apa masalahmu sebenarnya? Sejak kamu datang, kamu terlihat tidak menyukaiku!" lanjut Fuyumi lagi masih dengan ketus.

"Aku memang tidak menyukaimu," sahut Ola santai sambil tersenyum, sementara mata Fuyumi menatapnya dengan pandangan laser yang menusuk.

"Aku tidak pernah membuat masalah denganmu!"

It Takes Two To TangoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang