71. Perjanjian Pra Nikah

316 87 13
                                    

Ola merasa kacau. Segala sesuatu seakan berjalan dalam gerakan lambat, dan ia sangat gelisah. Mereka naik taksi untuk kembali ke gedung Goldman, dan menaiki pesawat yang sudah siap di atap.

Selama perjalanan, baik dirinya maupun Nero sama sekali tidak mengucapkan apa-apa. Bahkan rasanya, semenjak mereka keluar dari apartemen, tidak ada satupun dari mereka yang bicara.

Apa Nero marah padanya?

Ola tahu ia impulsive karena telah mengajukan lamaran itu pada Nero. Namun, saat itu, Ola sama sekali tidak bisa memikirkan cara apalagi yang mungkin akan bisa menyelamatkan Opa.

Sejak dulu, apa yang paling Opa inginkan hanyalah melihatnya menikah. Bagaimana mungkin ia tidak memberikan itu di saat hidup Opa mungkin tidak akan lama lagi?

Atau, jika mungkin memang hal itu tidak bisa menyelamatkan Opa, setidaknya Ola bisa hidup tanpa penyesalan karena sudah memenuhi keinginan Opa. 

Tentu saja pernikahan itu akan menjadi pernikahan kontrak. Nero bisa mengajukan syarat apapun.

Ia tahu mungkin Nero masih mencintai Muti, dan dengan menjadi suaminya, itu berarti mereka berdua akan sering bertemu karena menjadi keluarga. Damar dan Muti juga sedang membicarakan pernikahan mereka. Apa Nero akan menolaknya karena itu?

Namun, jika ia harus mencari pria lain dalam waktu yang sesempit ini, Ola tahu ia tidak akan menemukannya.

Radit mungkin setuju, tetapi membayangkan dirinya menikah dengan pria itu, rasanya menyesakkan. Walaupun mungkin, jika memang Nero tidak setuju, Ola tidak memiliki pilihan lain selain menghubungi pria itu.

“Aku akan menikah denganmu,” ucap Nero tenang untuk pertama kalinya semenjak mereka keluar dari apartemen.

Ola menoleh, cukup terkejut dengan itu meskipun Nero mengatakannya dengan tenang.

“K…kau serius?”

“Ada beberapa syarat yang ingin kuajukan.”

Ola mengangguk dengan cepat. Jika Nero meminta bayaran, ia akan memberikannya. Ola sudah menghitung asset-aset yang ia miliki.

“Tentu saja. Jika kau ingin uang, aku bisa memberikannya. Mungkin asetku memang tidak sebesar milikmu, tetapi…”

“Aku tidak butuh uang!” seru Nero dengan ketus hingga membuat Ola hampir terlonjak dari duduknya. 

Mereka duduk berhadapan di dalam pesawat mewah itu sehingga Ola bisa melihat dengan jelas raut wajah Nero yang tiba-tiba kesal. Pria itu menyugar rambutnya dengan frustasi sebelum kembali menatap Ola.

“Maafkan aku. Tidak seharusnya aku membentakmu.”

“Tidak apa-apa. Ini semua salahku. Aku menyeretmu ke dalam kekacauanku.”

Tidak hanya kali ini. Ia sudah menyeret Nero terlalu dalam ke masa lalunya, dan sekarang masih menambah masalah lain dalam hidup pria itu.

Menikah tentu bukan sesuatu yang bisa diputuskan begitu saja. Orang-orang yang saling berkencan untuk waktu yang lama saja pasti akan mempertimbangkan segala sesuatunya dengan matang sebelum memasuki gerbang pernikahan itu. Terlebih, dengan kisah hidup yang Nero miliki dengan ibunya. Bukankah Ola sangat jahat karena telah menorehkan garam di atas luka itu?

Kehidupan pernikahan orang tua Nero tidak bahagia karena hanya salah satu pihak saja yang mencintai. Lalu, bagaimana mereka bisa mengharapkan lebih padahal mereka juga tidak saling mencintai.

Oke, ia menyayangi Nero, tetapi sayang saja tidak cukup untuk mempertahankan sebuah pernikahan kan? Pada akhirnya, hubungan ini tidak akan bertahan lama, dan mereka mungkin harus bercerai karenanya. 

It Takes Two To TangoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang