34. Awal Yang Baru

264 91 17
                                    

Seumur hidupnya, mungkin Nero tidak pernah merasa sedamai ini sebelumnya. Sejak hari di mana Mama pergi dari rumah, hati Nero tidak pernah diliputi ketenangan. Bahkan tidak ketika ia bersama Muti, rasanya tetap ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Sesuatu yang berasal dari masa lalunya, dan juga hubungannya yang tidak baik dengan Dad.

Namun nyatanya, apa yang ia perlukan untuk mendapatkan semua kedamaian ini hanyalah bicara dengan ayahnya, dan melepaskan semua kekesalan, kemarahan, juga dendam masa lalu. Kecuali, pada satu orang.

Tidak bisa dipungkirinya, setelah pembicaraan dengan Dad tadi, kebencian yang ia rasakan selama ini pada Dad, berpindah ke wanita jahat yang tidak pantas disebut ibu itu.

Pantas jika Dad tidak pernah mengijinkannya menyebut wanita itu di rumah. Pantas jika Dad menyingkirkan semua hal yang berhubungan dengan wanita itu, meskipun rumah mereka tetap memiliki banyak kenangan tersebut.

Hati Dad telah dilukai dengan begitu dalam, berkali-kali, oleh wanita yang ia harap bisa menjadi seseorang yang akan selalu menemaninya. Bukan pekerjaan yang membuat Dad tidak lagi penuh cinta seperti yang Nero ingat saat dirinya kecil.Alih-alih, itu semua Dad lakukan demi membahagiakannya, dan wanita yang sangat dicintainya. Sebuah upaya hanya agar wanita itu tetap berada di sisinya.

Wajar jika setelah semua pengkhianatan itu, Dad juga menumpahkan semua kesedihannya ke pekerjaan. Itu hanyalah jalan Dad untuk melarikan diri dari semua yang terjadi padanya. Luka batin Dad terlalu dalam hingga membuatnya menjadi sosok yang sama sekali berbeda.

Nero senang pada akhirnya semua pertanyaannya terjawab. Ia juga merasa malu karena telah berprasangka buruk terhadap Dad, dan malah semakin menyakiti pria itu dulu dengan berkata akan mencari Mama.

Mama. Wanita itu bahkan tidak pantas ia panggil Mama. Apa yang diperbuatnya sama sekali tidak mencerminkan seperti seorang ibu. Detik di mana Nero mendengar semua fakta tersebut, detik itu juga, wanita itu mati dalam hatinya.

Ia tidak akan mencari lagi wanita itu. Dirinya tidak akan lagi mengemis perhatian wanita yang sama sekali tidak menginginkannya itu. Mulai saat ini, hanya ada Dad dan dirinya sebagai sebuah keluarga. Mereka akan memulai awal yang baru tanpa masa lalu yang membayangi mereka.

Nero baru saja akan memejamkan mata saat mendengar ponselnya bergetar di atas meja. Ia tersenyum ketika melihat pesan baru muncul dari Viola. Sesungguhnya, Nero sangat ingin menelepon Viola, segera setelah bicara dengan ayahnya tadi.

Namun, Nero tahu jika mereka sekarang terpisah jarak yang begitu jauhnya. Terlebih, Viola sedang bersama keluarga yang sudah lama tidak ia temui. Wanita itu mungkin sedang menghabiskan waktu berkualitas yang selama ini tidak sempat ia temui.

Keluarga. Dulu, Nero selalu cemburu dengan apa yang teman-temannya miliki, tetapi tidak ia punya itu. Harta yang berlimpah tidak membuat hidupnya bahagia karena ia seorang diri. Sekarang, walaupun hanya memiliki Dad, itu sudah jauh lebih dari apa yang Nero harapkan.

Dirinya tidak butuh seorang ibu jika itu hanya membuatnya merasa jauh lebih buruk lagi. Lagipula, ia bisa berhasil hingga sebesar ini tanpa ibu kandungnya. Tidak ada bedanya ketiadaan wanita itu dalam hidupnya selamanya.

Aku baik-baik saja. Sedang di perpustakaan sekarang. Nanti kita bisa mengobrol kalau kau sudah ada di sini. Bye.

Nero mengerutkan kening saat membaca pesan itu. Kenapa rasanya ada yang berbeda dari pesan terakhir ini? Rasanya seakan Viola sedang...bersedih? Karena apa? Tadi, bahasanya terdengar baik-baik saja.

Apa Nero harus meneleponnya sekarang? Tetapi, itu tidak mungkin karena Viola di perpustakaan.

Ia sangat ingin membicarakan tentang apa yang terjadi padanya dan Dad tadi, tetapi akan jauh lebih baik jika mereka bertemu secara langsung daripada bicara di telepon. Nero ingin melihat wajah Viola yang berseri dan matanya yang berbinar saat tahu bahwa usulnya berhasil.

It Takes Two To TangoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang