45. Kabur

339 107 11
                                    

Setelah Nero kembali ke rumah untuk mengambilkan helm yang akan dipakainya, Ola mengajak pria itu ke toko pakaian terdekat untuk membeli celana panjang dan kaus.

Ia tidak tahu ke mana Nero akan membawanya pergi, tetapi gaun pendek bukan pilihan yang tepat untuk naik motor.

Pria itu hanya menaikkan alis dan tersenyum saat melihat Ola menghampirinya dengan riang. Nero juga tidak bertanya-tanya dengan seleranya berpakaian, juga sepatu kets yang dipakainya.

Penampilan itu membuat Ola merasa lebih muda beberapa tahun dari usia sebenarnya. Dan itu membuatnya tidak merasa tua saat bersama Nero. Tidak lupa, ia membeli tas kecil untuk menyimpan dompet dan ponselnya.

Dan berhubung ia tidak ingin direpotkan dengan barang bawaan sementara dirinya duduk di belakang Nero, Ola meminta kepada toko tersebut mengirimkan pakaian dan sepatunya ke rumah dengan ojek online.

Plus tip yang cukup banyak yang membuat gadis muda itu tersenyum begitu lebar dan berterima kasih berulang-ulang seraya seruan 'kami tunggu kedatangannya kembali' dengan riang.

Ola masih tidak bertanya ke mana Nero akan membawanya pergi, tetapi ia percaya dengan pilihan pria itu.

Ke manapun itu, yang penting Ola bisa menjauh sejenak dari keluarganya, juga dari pria yang baru saja bicara dengannya tadi.

Pembicaraannya dengan Radit cukup menyenangkan, minum kopi sesekali juga bukan masalah, tetapi untuk menjalin hubungan lebih selain sebagai kenalan, Ola akan berpikir seribu kali.

Dalam begitu banyak hal, Radit mirip seperti Shane. Pria itu lucu, cerdas, tetapi jeleknya, terlalu banyak bicara. Bukan jenis yang Ola inginkan untuk menjadi temannya atau seseorang yang dekat dengannya secara personal.

Mata Ola menatap punggung tegap yang duduk di depannya itu. Ia tidak memeluk pinggang Nero meskipun sangat ingin melakukannya.

Ola hanya memegang ujung jaket pria itu dan mencengkeramnya lebih erat saat Nero menambah kecepatan. Nero juga masih tidak mengatakan padanya ke mana tujuan mereka pergi.

Ola tersenyum. Kenapa di saat seperti ini, justru Nero yang selalu ada untuknya?

Pria itu muncul begitu saja di perpustakaan kantor mereka, membuat Ola gugup dan sekaligus penasaran, dan tiba-tiba saja menjadi seseorang yang cukup berarti baginya.

Seandainya ia terpaksa menikah, seperti yang tadi sempat ditanyakan Radit sebelum Nero datang, mungkin ia akan memilih Nero untuk menjadi suaminya.

Mereka mungkin tidak saling jatuh cinta, tetapi mereka berdua saling peduli dan menyayangi sebagai seorang teman.

Bukankah pernikahan adalah persahabatan seumur hidup? Jadi akan jauh lebih baik jika kau menikahi sahabatmu sendiri.

Namun, tentu saja Ola berharap ia tidak akan berada di posisi mendesak itu. Yang mengharuskan ia untuk menikah.

Hingga detik ini, keinginannya untuk tetap melajang tidak pernah berubah. Ia masih menginginkan kebebasan tanpa ikatan pernikahan untuk dirinya sendiri dan berdoa semoga tidak pernah berubah.

Bukannya ia takut kepada sebuah pernikahan. Orang tuanya memberikan contoh yang sangat baik untuk sebuah pernikahan yang bahagia. Akan tetapi, Ola hanya merasa tidak akan mampu menjalani kehidupan yang bahagia seperti itu.

Ia selalu sibuk bekerja, dan memiliki suami mungkin akan membuat mereka lebih sering bertengkar daripada bermesraan. Dan pernikahan yang lebih banyak berisi dengan pertengkaran, jelas bukan sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan.

Setelah perjalanan yang tidak terlalu lancar, sepeda motor Nero memasuki area jalanan yang sepi dan mengarah ke perbukitan.

Itu bukan jalan utama menuju, entah ke mana, jadi tidak banyak kendaraan yang lewat di sana, kecuali kendaraan roda dua, meskipun ini akhir pekan.

It Takes Two To TangoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang