52. Melepaskan Ketegangan

338 97 9
                                    

Tidak ada hal yang lebih menyenangkan daripada melakukan sesuatu yang sangat kita sukai. Kembali ke rutinitas yang telah menjadi bagian hidupnya selama beberapa tahun terakhir ini adalah hal yang sudah Ola nantikan selama hampir sebulan ia beristirahat. Ia sudah sangat tidak sabar untuk memasuki kembali ruangan kantornya, dan melakukan pekerjaannya.

Namun sayangnya, ia masih harus menunda keberangkatannya ke kantor karena Nero menyuruhnya istirahat satu hari lagi sebelum kembali bekerja seperti biasa. Istirahat lagi! Seakan hidupnya selama hampir sebulan ini bukan sebuah bentuk istirahat.

Tidak peduli betapa kerasnya Ola memprotes, atau saat dirinya berkata bahwa ia tidak merasa lelah sedikitpun, Nero tetap pada pendiriannya untuk menyuruh Ola 'beristirahat' satu hari lagi. Atau, dalam kasus ini, berhubung sekaramg adalah hari Jumat, maka mau tidak mau, Ola masih memiliki tiga hari tersisa untuk beristirahat seperti saran Nero. Jika ada orang yang lebih keras kepala daripada dirinya, itu adalah Nero.

Apa yang bisa dilakukannya untuk membunuh kebosanan selama tiga hari ini? Ia sedang tidak ingin duduk berdiam diri dan membaca sepanjang hari. Atau hanya tidur-tiduran seperti pemalas.

Ola memandang apartemennya yang bersih dan tanpa noda. Ia jarang berada di rumah untuk membuat tempat ini berantakan. Hampir satu bulan ditinggalkan pun tidak membuat debu menempel di sana.

Selain itu, Ola juga rajin menyedot debu dan mengepel setiap kali dirinya libur di akhir pekan. Ia memang tidak mempekerjakan tenaga kebersihan untuk apartemennya ini. Membiarkan orang asing ke dalam hunian pribadinya bukan sesuatu yang disukainya.

Bukan berarti ia menyimpan banyak benda berharga di rumahnya. Hanya saja, pengalaman masa lalunya yang tidak terlalu menyenangkan, membuatnya tidak bisa lagi menyewa tenaga bersih-bersih. Ia bisa melakukannya sendiri.

Ola berjalan ke dapur dan membuka kulkasnya yang kosong. Benar. Ia bisa pergi berbelanja hari ini untuk kembali memenuhi dapurnya. Mungkin, besok ia bisa mengundang Nero makan kemari. Pria itu pasti akan bersedia.

Ketika menutup kulkasnya dan melihat jendela, Ola tertegun melihat cuaca yang sangat cerah hari itu. Langit terlihat begitu biru tanpa hiasan putih di atasnya, dan tiba-tiba, ia merasakan keinginan yang begitu besar untuk berkendara. Bukan di New York melainkan ke kota lain di sekitar sini. Yang dekat-dekat saja.

Ola tersenyum ketika merasakan adrenalin yang menggeliat di dalam dirinya. Ia bisa pergi ke Long Island atau Bellport. Atau...kedua kota itu. Jaraknya cukup dekat untuk sekedar membuatnya melepaskan semua ketegangan dalam dirinya. Lagipula, berbelanja bisa ia lakukan setelah dirinya pulang nanti.

Dengan penuh semangat, Ola segera berganti pakaian tanpa membenahi kopernya lebih dulu, dan menyambar kunci mobil. Akan jauh lebih baik jika ia memiliki Aston Martin seperti milik Nero. Ia akan membelinya nanti. Ayah tidak perlu tahu dirinya memiliki mobil itu nantinya sehingga ia tidak akan mendapat masalah.

Saat keluar dari pintunya, Ola melihat aktivitas pindahan di apartemen depannya. Ia sama sekali tidak tahu jika apartemen itu ternyata benar-benar telah dijual. Selama sejenak, Ola memperhatikan pria-pria yang tengah mengangkut beberapa perabot itu, tetapi ia berpikir, apa yang ia harapkan dengan melihat aktivitas itu?Tidak mungkin Nero yang menjadi tetangga barunya kan?

Pria itu memang pernah berkata sesuatu tentang pindah dan bertanya apa ada apartemen kosong di sini. Namun, Nero tidak mungkin serius dengan itu kan? Lagipula, masih banyak apartemen mewah lain di Manhattan untuk ditinggali pria itu. Kenapa ia berharap jika Nero yang akan tinggal di situ?

Mengabaikan semua kesibukan itu, Ola menghampiri lift dan turun ke tempat parkirnya. Jika yang akan tinggal di sebelahnya itu Nero, ia akan menemukan Aston Martin milik pria itu di sini. Namun, saat mengedarkan pandangannya ke tempat parkir itu, Ola tidak melihat ada mobil Nero di sana.

It Takes Two To TangoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang