70. Lamaran Yang Tidak Diduga

289 89 16
                                    


Jika sedang memakan sesuatu, Nero pasti akan tersedak mendengar apa yang Viola katakan itu.

Menikah? Wanita ini tidak mungkin serius kan? Bukankah Viola sendiri yang berkata jika dirinya tidak ingin menikah apapun alasannya? Lalu kenapa sekarang Viola melamar dirinya?

Tangan Nero terangkat untuk menyentuh kening Viola. Mungkin saja gadis itu sedang demam atau sakit karena mendengar kabar sakitnya Pak Samudra. Namun, keningnya sama hangatnya dengan milik Nero. Jadi wanita ini pasti baik-baik saja. Lalu kenapa dia meracau?

Viola menepis tangannya dan terkekeh. “Aku baik-baik saja.”

“Lalu kenapa bicaramu melantur?”

Lagi-lagi Viola terkekeh, tetapi sejurus kemudian, wajahnya kembali serius.

“Aku serius, Ner. Kau tahu aku tidak mau menikah, tetapi jika Opa tidak memiliki kesempatan hidup lagi…” 

Wanita itu mengangkat kepalanya dan mengerjap-ngerjap, menahan air matanya yang kembali berdesakan untuk turun. 

Ah, Nero paham sekarang. Apa yang sangat diinginkan Opa adalah melihat cucu perempuan satu-satunya ini menikah. Dan meskipun Viola tidak pernah menginginkan pernikahan, ia akan melakukan itu demi Opa-nya. 

Dari situ saja, Nero bisa melihat bagaimana Viola begitu mencintai keluarganya walaupun ia selalu berkata jika bisa hidup tanpa mereka semua. Pada akhirnya, keluarga selalu menjadi prioritas utamamu.

“Kenapa aku?” tanya Nero pelan.

Ia bisa saja langsung mengiyakan ‘lamaran’ ini. Toh, ia mencintai Viola. Tidak masalah jika wanita ini tidak memiliki perasaan yang sama dengannya. Ia tidak peduli Viola akan membalas perasaannya atau tidak. Yang penting adalah ia mencintai wanita ini.

Akan tetapi, Nero butuh sebuah alasan yang lebih dari sekedar ‘demi Opa’. Sesuatu yang mungkin menunjukkan bahwa Viola peduli pada hubungan mereka. 

“Lalu siapa lagi? Hanya kau yang dekat denganku sekarang. Dan kita berteman. Bukankah mereka bilang, pernikahan adalah pertemanan seumur hidup? Apa salahnya menikah dengan teman sendiri?”

Viola menggelengkan kepala, seakan menyadari ada yang salah dengan ucapannya.

“Bukan berarti kita bisa menjalankan pernikahan itu seumur hidup. Begini saja, aku akan menyusun kontrak jika kau setuju. Berapa lama kita harus menjalani ini, dan…”

“Kontrak?” tukas Nero dengan ketus. “Kau ingin pernikahan dengan perjanjian di atas kertas?”

Viola mengangguk. “Aku tahu kau tidak menginginkan ini, dan ini juga tidak ada untungnya bagimu. Tetapi jika kau ingin mengajukan syarat-syarat demi kepentinganmu sendiri, kita bisa membicarakannya.”

“Tidak,” ucap Nero dengan tegas.

Bagaimana mungkin Viola memikirkan sebuah pernikahan kontrak untuk mereka jalani? Walaupun mungkin pernikahan ini bukan pernikahan dengan cinta, setidaknya Nero tidak ingin menjalaninya dengan kontrak dalam jangka waktu tertentu.

“Ner…” suara Viola melirih. “Aku tahu ini menyebalkan. Aku juga tidak ingin melakukan ini jika tidak terpaksa. Bagaimana jika Opa tidak memiliki kesempatan hidup lagi? Pada akhirnya aku memang harus menikah.”

Ia mengusap wajahnya dengan frustasi. “Jika kau tidak mau, aku bisa mencari pria lain. Mungkin Radit akan setuju. Aku akan menelepon dia.”

Viola meraih tasnya di bangku belakang, yang Nero asumsikan untuk mencari ponsel, dan berniat menghubungi pria brengsek itu.

“Tidak!” tegas Nero lagi sambil menahan tangan Viola yang sudah terulur. “Kau tidak boleh meneleponnya.”

“Aku tidak memiliki banyak waktu lagi, Ner!” seru Viola dengan frustasi.

It Takes Two To TangoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang