44. Bawa Aku Pergi Dari Sini

320 103 12
                                    

Nero mencoba menghubungi Viola lagi, tetapi ponsel wanita itu telah dimatikan. Dan dari apa yang ia dengar dari nada bicara terakhir wanita itu, Viola terdengar marah.
Apa Viola datang ke kafe dan tidak menemukannya di sana? Itukah yang membuat wanita itu merasa kesal?

Atau...

Nero memandang Damar dan Muti yang bercanda di pinggir kolam sementara Langit menggerutu pada kemesraan mereka. Tidak mungkin Viola merasa cemburu karena dirinya ada di sini kan?

Perasaan Viola tidak mungkin sedalam itu padanya. Mereka hanya teman seperti yang berkali-kali ditegaskannya sehingga seharusnya Viola tidak terganggu dengan fakta tersebut.

Ia kembali mencari kontak di ponselnya, dan memanggil nomor Mita yang hari itu bertugas masuk shift pagi. Ia harus tahu Viola datang ke kafenya atau tidak.

"Mita," ucap Nero ketika gadis itu mengangkat teleponnya. "Tadi Viola ke sana?"

"Mbak Ola? Dia masih di sini. Sama cowok..."  lalu Mita terkikik. "Ganteng."

Cowok? Apa-apaan ini? Kenapa Viola datang ke sana dengan seorang lelaki?

"Pelanggan kafe kita?" tanyanya mencoba untuk tetap tenang. Mungkin, itu teman lama Viola? Atau anggota keluarga Widjaya yang tidak pernah Nero kenal?

"Ya. Masnya sering kemari. Mereka lagi ngobrol sekarang. Masnya ganteng banget."

Nero memutar bola mata mendengar pekikan riang khas gadis saat melihat pria tampan. Ia sudah sering menerima itu. Namun, yang lebih menganggu Nero adalah kenapa pria itu di sana bersama Viola?

Siapa dia? Kenapa mereka berdua mengobrol? Bukankah selama ini Viola bilang jika dirinya tidak bisa mudah dekat dengan seseorang? Apalagi seorang pria.

"Bisa kamu foto mereka diam-diam dan mengirimkannya padaku?"

Itu mungkin terdengar konyol, dan pasti Mita akan bertanya-tanya. Namun, Nero harus tahu siapa pria itu sebelum ia benar-benar menyusul Viola ke sana.

Jika itu seseorang yang tidak perlu dikhawatirkannya, Nero mungkin akan membiarkan mereka berdua tetap mengobrol. Apa dia bisa?

"Bisa, Mas. Sebentar saya fotoin."

Nero menggumamkan terima kasih lalu memutuskan panggilan mereka, dan menunggu dengan tidak sabar, pesan yang akan dikirimkan Mita.

"Ner?"

Ia menoleh saat mendengar Muti memanggilnya.

"Ada apa?" tanya gadis itu lagi.

Kebimbangan muncul dalam hati Nero. Ia tidak mungkin mengatakan pada mereka dirinya sedang memata-matai Viola karena itu akan membuat semuanya terbongkar. Viola pasti akan marah jika ia membocorkan itu pada Damar.

Bukan berarti hubungan pertemanan mereka terlarang atau sebagainya, tetapi saat ini, masih belum banyak orang yang tahu siapa dirinya sebenarnya. Juga bahwa ia adalah atasan Viola di New York. Jadi lebih baik ia diam dan mencari alasan lain.

"Itu..."

Ponsel di tangan Nero bergetar sebelum ia sempat menyelesaikan apa yang akan dikatakannya pada Muti. Nero membuka pesan itu dengan cepat, dan hatinya langsung mendidih saat melihat foto yang Mita kirim.

Benar saja, Viola memang sedang bersama seorang pria. Dan sialnya, wanita itu tertawa! Bukan hanya tersenyum. Benar-benar tertawa hingga membuat Nero ingin menghancurkan foto itu saat ini juga.

Dengan tergesa, Nero meraih jaketnya di kursi. Ia harus segera pergi ke kafe dan melihat sendiri apa yang wanita itu tertawakan.

Sehebat apa pria itu hingga bisa membuat Viola tertawa? Apa yang dia katakan yang membuat wanita seperti Viola tertawa? Selama ini, Viola hanya sering tertawa bersamanya. Atau, itu hanya anggapan Nero saja?

It Takes Two To TangoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang