Daniel hanya terdiam tertunduk sejenak, perlahan menatap Carla yang kini mulai tenang dalam pelukan Ibunya.
"Aku ngak ingat Ma. Aku juga nggak kenal pasti." Ungkap Daniel berhati-hati.
"Park Henna." Ungkap Carla yang mulai berusaha menguatkan dirinya.
"Apa?! Park Henna?!" Tuan Hendra dan Nyonya Linda hampir bersamaan.
"Om sama tante kenal?" Tanya Carla meyakinkan.
"Hm.. gimana jelasinnya ya?" Nyonya Linda mulai memikirkan sesuatu.
"Carla. Setahu om, Park Henna itu sahabat Papa kamu waktu masih kuliah. Om pernah bertemu sekali, selebihnya om hanya dengar saja tentangnya." Ungkap tuan Hendra berhati-hati.
"Benar, terakhir kami mendengar kabarnya dari Papamu sebulan setelah ia menikahi Mamamu. Setelah itu kita tak pernah lagi mendengar kabar Park Henna." Sambung nyonya Linda.
"Benar, tapi dua tahun belakangan ini kami kembali mendengar kabar Henna dari Papa mu. Setahu om, Papa mu bilang Henna menjadi seorang janda 7 tahun yang lalu setelah suaminya meninggal karena kecelakaan pesawat." Jelas tuan Hendra.
"Bokap lo ada cerita?" Tanya Daniel perlahan.
Tak ada jawaban dari Carla, hanya diam yang mereka dapat.
"Carla, sekarang kamu istirahat ya dikamarnya Daniel." Nyonya Linda membantu Carla untuk berdiri. "Daniel kamu bawa Carla ke kamar kamu ya."
"Iya Ma." Daniel pun segera membantu Carla untuk berjalan. "Ayo." Ajak Daniel perlahan.
Tuan Hendra dan nyonya Linda perlahan memperhatikan Carla dari jauh.
"Apa-apaan ini?! Wijaya kenapa nekat sih?" Tanya nyonya Linda sembari berbisik pada tuan Hendra.
"Aku juga binggung sama isi kepalanya. Keterlaluan Wijaya," kesal tuan Hendra.
"Bukannya Wijaya janji untuk nggak dekat lagi sama Henna? Bagaimana kalau Carla tau tentang masa lalu itu?" Cemas nyonya Linda yang masih berbisik sembari memperhatikan situasi.
"Aku sudah habis kata-kata, sebaiknya kita cari waktu yang tepat buat kasih pengertian ke Carla." Tekad tuan Hendra.
"Tapi sayang, bagaimana jika Carla tahu lebih dulu? Itu akan membuatnya tambah sakit." Cemas nyonya Linda.
"Aku yakin kita bisa jaga Carla." Tuan Hendra terus meyakinkan istrinya.
"Ok. Aku percaya sama kamu." Ungkap nyonya Linda kembali meyakinkan hatinya.
Didalam kamar Daniel, Carla masih duduk terdiam memikirkan apa yang sedang terjadi.
"La, makan dulu ya. Lo kan belum makan, entar lo sakit lagi. Ok Sweety?" Daniel berusaha menyuapkan sesendok nasi kearah Carla.
"Gue nggak lapar Niel." Carla mendorong suapan Daniel perlahan.
"Iya emang hati dan kepala lo lagi nggak lapar, tapi perut lo yang lapar. Mana bunyi lagi, berisik tau. Ayo La, dikit aja deh. Jangan sia-siain suapan limited dari gue." Bujuk Daniel.
"Ya udah sini gue makan sendiri." Akhirnya Carla menyerah juga.
"No. Gue yang suap, ayo." Daniel.
"Jangan maksa deh." Dumel Carla.
"Udah, nurut aja susah banget sih lo?" Ketus Daniel.
Melihat hal itu akhirnya Carla pun hanya menurut saja, perlahan Daniel tersenyum melihat sepupunya yang kini berhasil ia bujuk. Namun isi kepalanya seperti memikirkan sesuatu, namun dengan sigap Daniel menggelengkan kepalanya membuat Carla binggung.
"Lo mikiran apa?" Tanya Carla yang menyadari tingkah Daniel.
"Gue tuh mikir, lo kok kurus banget? Kayanya gue harus buat program pengemukan buat lo." Ungkap Daniel berdusta sembari tersenyum.
"Hm ogah." Tolak Carla dengan wajah cemberutnya.
"Yaelah, udah jangan cemberut ah. Ini ayo lagi buka mulutnya." Bujuk Daniel kembali menyuapkan nasi.
"Lo bilang gue kurus." Kesal Carla.
"Yaelah, gitu aja ngambek. Udah ini makan lagi." Bujuk Daniel dengan santai Carla membuka mulutnya.
.
.
.
.
.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepbrother || TREASURE✅
FanfictionNamanya Carla Aglisa, gadis remaja yang penuh misteri. Mau tau gimana ya, perasaan seorang gadis bernama Carla diumur ke 17 th nya dia mendapati seorang saudara baru yang seumuran dengannya? . . Apakah dia siap menerimanya atau tidak? Apakah dia bi...