Carla dan Daniel pun sudah berhasil keluar dari area rumah sakit. Keduanya pun segera masuk kedalam taxi, yang baru saja singgah.
"Hubungi Tisa untuk nyusul." Pinta Carla pada Daniel.
"Ok." Daniel segera melakukan permintaan Carla.
Tisa yang masih dalam perjalanan menerima pesan dari Daniel, dengan segera ia membuka pesan itu. Melihat isi pesan Tisa pun segera meminta sang sopir taxi untuk mengganti tujuan perjalanan.
"Pa, ganti jalur." Pinta Tisa.
"Baik, nona."
Tisa akhirnya sampai disebuah halte bus, tampak Carla dan Daniel sedang berjalan dipenyebrangan zebra cross. Keduanya langsung menghampiri Tisa, yang berdiri di halte.
"Gimana?" Tanya Tisa.
"Handphone gue udah mati." Ungkap Carla sembari menunjukan ponselnya yang sudah nonaktif.
"Gue juga." Tisa pun melakukan hal yang sama dengan Carla, disusul oleh Daniel.
"Ya udah, ayo. Gue juga udah narik uang tunai" ungkap Daniel.
"Sama." Tisa dan Carla menjawab bersamaan.
Ketiganya pun segera pergi menaiki bus yang baru saja berhenti, tanpa pikir panjang ketiganya pergi entah kemana.
Tuan Wijaya pun baru selesai dengan urusan Jesi dan keluarganya, namun dia tak melihat Carla dan Daniel.
"Suster, putri saya sama anak laki disini tadi kemana ya?" Tanya tuan Wijaya, membuat Aldi dan Jina langsung menyusuri sekitar dengan pandangan mereka.
"Oh, yang laki tadi kayanya lagi terima telpon saya lihat dia jalan keluar. Kalau yang pasien Carla, katanya mau ke toilet." Jawab perawat itu dengan tenang.
"Biar saya cek ke toilet pak." Jina langsung pergi.
"Saya cek keluar pak." Aldi pun pergi meninggal tuan Wijaya.
Hampir 20 menit, akhirnya Jina datang memberitahu bahwa Carla tak ada. Dan Aldi pun datang membawa berita yang sama. Tuan Wijaya pun mulai binggung, dan dia berusaha mencerna kejadian itu.
"Pak, ponsel Carla tidak bisa dilacak pak." Ungkap Aldi menunjukkan sesuatu didalam tabletnya.
"Hm, sudahlah mereka akan kembali. Ini bukan yang pertama," ungkap tuan Wijaya seakan terbiasa dengan hal itu.
"Apa perlu kami cari tahu, kemana mereka pergi? Atau saya tanyakan pada Tisa?" Tanya Jina dengan optimis.
"Tidak perlu, mereka mungkin ingin punya waktu sendiri." Ungkap tuan Wijaya dengan senyum tipis.
"Tapi pak Carla kan..." Belum sempat Aldi berbicara tuan Wijaya langsung menepuk bahunya.
"Kamu ingat kejadian ini sama dengan waktu Carla umur 14 tahun. Jadi kamu tau kesimpulan dalam pikiran saya?" Tuan Wijaya melempar pandang ke Jina dan Aldi bergantian.
"Iya pak." Jawab keduanya bersamaan.
"Ya sudah. Aldi kamu urus semua administrasi, saya dan Jina akan menunggu dimobil." Tuan Wijaya pun segera pergi disusul oleh Jina.
Kini hari mulai gelap, tampak nyonya Henna sedang menunggu sesuatu. Aska dan Kevin segera mendekati ibu mereka, yang tampak khawatir.
"Ma? Nunggu siapa?" Tanya Kevin.
"Kevin, Aska. Kalian tahu apa yang terjadi sama Carla disekolah?" Tanya nyonya Henna.
"Yang pasti kita nggak tahu akar masalahnya ma, tapi yang kita tahu Carla dibawa kerumah sakit karena terluka." Jelas Aska dengan sikap dinginnya.
"Mama tahu kejadian hari ini dari siapa?" Tanya Kevin penasaran.
"Tadi papa yang kasih tahu ke mama, cuma papa bilang Carla baik-baik aja." Jelas nyonya Henna.
Aska dan Kevin hanya menganggukan kepala mereka, seakan mengerti yang terjadi.
"Loh? Kalian belum kemeja makan?" Sapa tuan Wijaya yang mendapati nyonya Henna dan anak-anaknya masih diruang kumpul keluarga.
"Sayang, Carla belum pulang." Ungkap nyonya Henna dengan khawatir.
.
.
.
.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepbrother || TREASURE✅
FanfictionNamanya Carla Aglisa, gadis remaja yang penuh misteri. Mau tau gimana ya, perasaan seorang gadis bernama Carla diumur ke 17 th nya dia mendapati seorang saudara baru yang seumuran dengannya? . . Apakah dia siap menerimanya atau tidak? Apakah dia bi...