45

225 23 0
                                    

"Jadi, apa Jhon sudah tau soal kondisi lo sekarang?" Tanya Tisa perlahan.

"Hm. Gue minta dokter Yohan untuk ngomong ke Jhon dan nyokap gue. Ya meskipun, gue hampir jadiin Daniel makanan harimau." Ungkap Carla sembari membelai wajah Daniel dengan lembut.

"Ya sorry La, gue kan cuma nurutin bokap gue doang." Ungkap Daniel sembari menangkup pipi Carla.

"La, sekarang kami harus ngapain?" Tanya Tisa.

"Lanjutin semuanya." Ungkap Carla dengan senyum miring.

"Lanjut? Lanjutin kayak apa? Lagi pula La, perut lo akan membesar. Kita nyembunyiin perut lo gimana? Yang ada gue bisa dibunuh bokap gue, dengan dasar nggak bisa jagain lo." Ungkap Daniel yang mulai frustasi.

"Lo berdua cukup mendadak lupain semua kejadian, kalau pun Aska buka suara. Lo berdua cukup bilang, nggak tau apa-apa. Selesaikan?"

"La, lo yakin." Tanya Tisa tak yakin.

"Percaya sama gue, dan gue cukup minta lo berdua berdiri jagain gue dari jauh."

Daniel dan Tisa hanya bisa mengiyakan mau Carla, meskipun terdengar gila tapi mereka berusaha untuk yakin.

Sudah melewati beberapa minggu setelah mengetahui dirinya hamil, Carla masih aktif kesekolah. Namun kini perutnya semakin membesar. Carla mencoba menggunakan korset untuk menutupi perutnya, namun perlahan ia menjatuhkan korset itu.

"Nggak, gue nggak mau buat lo susah dan nanggis didalam. Tapi, gue mau kesekolah jadi gue mohon hari ini lo harus kuat. Buat yang terakhir," Ungkap Carla menguatkan dirinya lalu memasang korset itu dan bersiap kesekolah.

Kini makan malam telah selesai, semua masih asik ngobrol dimeja makan. Sesekali Aska memandangi Carla yang asik dengan ponselnya, Kevin mengetahui gerak-gerik Aska itu namun hanya bisa diam.

"Bi Ina." Panggil Carla membuat semua melihat kearahnya.

"Tolong gantiin seprai dikamar aku sama gordennya ya, tadi mau ganti cuma ada Daniel sama Tisa." Ungkap Carla demgan santai.

"Baik nona carla."

Bi Ina pun segera melakukan permintaan Carla, tak lama tampak bi Ina berjalan melewati ruang makan membawa keranjang berisi seprai kasur Carla.

Dan akhirnya semua membubarkan diri dari meja makan, Carla masih duduk diam dimeja makan dengan ponselnya sendirian disana.

"INI SIAPA PUNYA!"

Carla tersentak kaget saat mendengar teriakan tuan Wijaya, dengan segera ia berlari menuju sumber suara yang ternyata didekat tangga menuju lantai dua. Semua tampak panik, nyonya Henna  tampak binggung.

"Sayang kamu yakin ini bukan punya kamu?" Tanya tuan Wijaya pada nyonya Henna.

"Sayang aku belum hamil." Ungkap nyonya Henna dengan pasti.

"Aska, Kevin. Kalian tau ini siapa punya?" Tanya tuan Wijaya kepada anak kembar itu.

"Aska tau itu pa, tapi pemiliknya aku nggak tau pa." Ungkap Aska yang terus memperhatikan foto USG yang tuan Wijaya pegang.

"Tapi, apa benar itu USG bayi?" Tanya Kevin penasaran.

"Iya, mama yakin ini foto USG bayi. Tapi ini siapa punya?" Nyonya Henna mengambil foto USG itu dari tuan Wijaya dan terus memperhatikannya.

Carla tampak berdiam dari jauh, tak selangkah pun ia lakukan. Hanya diam mendengar perdebatan mereka, sesekali memegang perutnya dibalik baju gobornya.

"CARLA SINI KAMU." Teriak tuan Wijaya yang mengetahui keberadaan Carla.

Dengan perasaan campur aduk, Carla berjalan mendekati papanya dan berusaha untuk tetap tenang.

"Carla ini apa?!" Tanya tuan Wijaya memperlihatkan foto USG kepadanya.

"Hm." Carla tampak binggung menjawab pertanyaan itu, dia sesekali menatap Aska.

"Carla. Coba lihat mama." Nyonya Henna menangkup pipi Carla perlahan. "Sayang, kamu kenapa?" Tanya nyonya Henna.

"Hm. Nggak apa-apa kok, m-ma." Jawab Carla mulai terbata-bata.

Rasanya jantung Carla mulai berdegub kencang, perasaannya campur aduk. Namun semuanya buyar begitu saja saat seorang pembantu lainnya datang, menghampiri mereka.

"Permisi nona Carla, ada kurir paket COD. Katanya isinya susu nutrisi kehamilan." Ungkap sang pembantu membuat semua tertegun diam.

.
.
.
Bersambung...

Stepbrother || TREASURE✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang