36

296 30 0
                                    

Carla hanya terdiam mendengar ungkapan maaf Aska, hanya airmata yang terus mengalir. Aska segera bangkit mencari sesuatu dan masuk kedalam kamar mandi, Carla langsung menutupi wajahnya dengan selimut erangan tanggisnya menjadi semakin kuat.

Aska menatap dirinya didepan cermin, lalu mengusap kabut yang menempel dicermin.

"Carla, mulai saat ini lo milik gue. Nggak akan ada yang bisa sentuh lo," bisik Aska pada dirinya sendiri dengan yakin.

Aska pun langsung keluar dari kamar mandi, tampak Carla hanya berbalut selimut duduk dikasur. Perlahan Aska mendekatinya lalu memberi handuk pada Carla, tak ada jawaban dan reaksi apa pun.

"Lo mandi dulu."

Tak ada perlawanan, seakan bukan Carla yang dilihat Aska. Carla dalam diam menerima handuk lalu bangkit menuju kamar mandi, sedangkan Aska sibuk mengenakan pakaiannya.

PLAKK...

Satu tamparan dengan tajam menghantam Aska, Carla dengan balutan handuk itu langsung mengambil pakaiannya lalu masuk kembali kekamar mandi. Aska hanya terdiam dengan sikap Carla, dia bahkan terus menunggu Carla keluar dari kamar mandi.

Carla sedang berusaha meloloskan dirinya melalui jendela kamar mandi, hingga ia melihat tampak Jhon sedang berada dibawah sana. Tanpa basa basi Carla segera melompat dari jendela, menyadari ada sesuatu dibelakangnya Jhon segera membalikan tubuhnya. Jhon benar-benar kalah cepat dari Carla yang langsung membungkam mulutnya dari belakang.

"Tisa sama Daniel mana?" Bisik Carla, mengenal suara itu Jhon tak begitu panik.

"Mereka ada dimobil kak." Ungkap Jhon sembari berbisik.

"Bawa mereka ketempat dokter Yohan, buat mereka menunggu disana. Jangan beritahu gue pergi dari sini, paham."

Tanpa basa basi Jhon segera menuruti perintah Carla, dan saat mengetahui Jhon sudah jauh darinya Carla langsung berusaha menahan sakit tapi berusaha menguatkan langkah kakinya.
Carla berjalan melewati pintu pagar belakang, dan berjalan untuk mencari taxi.

Hampir setengah jam lamanya Aska terus menatap kearah pintu kamar mandi, merasa ada yang aneh dengan berani ia langsung mendekati pintu kamar mandi. Mengetahui pintu itu tak terkunci, membuat Aska leluasa untuk masuk kedalam. Matanya langsung terpaku pada jendela yang terbuka lebar, dengan segera Aska mendekati jendela itu dan tampak panik.

"Sh*t." Kesal Aska yang langsung berjalan keluar dan langsung mengambil ranselnya.

Saat keluar dari kamar itu, ia tak melihat siapa pun disana. Rumah itu benar-benar kosong, Aska segera berlari keluar rumah. Tak ada siapa pun, Aska mulai frustasi dan segera berjalan mencari taxi.

Carla kini tiba didepan sebuah gedung kantor yang cukup megah, tanpa ragu ia segera masuk kedalam.

"Maaf ada yang bisa saya bantu." Tawar seorang karyawan resepsionis.

"Permisi saya perlu bertemu dengan bapak Hendra Hinata, Direktur utama disini." Ungkap Carla dengan tegas.

"Apa anda sudah membuat janji?"

"Belum. Saya mau ketemu sekarang." Tegas Carla.

"Maaf, pak Hendra sedang ada pertemuan dengan Bapak Hinata Wanuwangsa."

Mendengar hal itu membuat Carla semakin percaya diri, hingga mengeratkan giginya dengan kuat.

"Panggil sekarang, atau anda saya pecat." Ancam Carla.

"Tapi."

"Carla Aglisa." Sapa seseorang yang tak asing suaranya bagi Carla, dan dengan segera ia membalikan tubuhnya.

"Kakek." Dengan senyum bahagia, Carla segera berlari memeluk sang kakek.

"Kamu ngapain disini? Kamu masih pakai seragam." Tanya sang kakek yang tampak bahagia.

"Iya Carla kamu ngapain disini? Daniel mana? Kamu sama siapa?" Tanya tuan Hendra.

"Aku sebenarnya mau ketemu om Hendra, eh taunya ada Kakek. Kakek kapan datang dari Paris? Kok nggak kasih kabar?"

"Kakek sebenarnya mau kasih kejutan buat kamu sama Daniel, eh malah kamu duluan yang tau." Ungkap pria tua itu.

"Ya sudah kita keruangan aja. Ayo pa." Ajak tuan Hendra dengan lembut.

"Wait. Om aku mau dia dipecat." Ungkap Carla menunjuk seorang karyawan resepsionis tadi.

"Kamu urus." Perintah tuan Hendra kepada sekretarisnya.

"Baik pak."
.
.

.
.
Bersambung....

Stepbrother || TREASURE✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang