27

310 33 0
                                    

"Hubungi gue kalau butuh sesuatu." Tawar Daniel sembari tersenyum dari dalam mobil.

"Hm. Bye," Carla pun segera masuk kedalam rumah.

Carla menarik nafasnya perlahan, lalu melangkahkan kakinya masuk. Tampak jelas tuan Wijaya dan nyonya Henna sedang duduk diruang kumpul keluarga. Tuan Wijaya yang mengetahui kehadiran Carla, memberi tatapan khawatir. Melihat  sikap Papanya itu, Carla memberi tatapan dingin dan langsung melanjutkan langkahnya menuju dapur.

"Luka lo perlu diganti perbannya?" Tanya Kevin yang sedari tadi melihat Carla masuk kedapur.

Mendengar tawaran itu Carla sempat terdiam tak peduli, sembari meneguk segelas air.

"Apa peduli lo?" Tanya Carla melempar pandangan dingin kearah Kevin, yang sedari tadi menunggu jawaban Carla.

"Karena lo."

Carla memberi jari telunjuknya tepat dibibir Kevin, memberi kode untuk diam. Sembari memberi tatapan penuh teka-teki, tapi Kevin berusaha untuk menjawab teka-teki itu dikepalanya.

"Hm. Whatever, apapun jawaban lo. Coba  kasih alasan gue kenapa harus terima kalian disini." Ungkap Carla yang menyudutkan Kevin, hingga menabrak kulkas.

"Apa itu bisa menjamin tentang hubungan kita?" Tanya Kevin membalas tatapan dingin Carla dengan hangat.

"Hubungan kita? HAHAHAHA...! Lo kenapa yakin banget sih? HAHAHA." Tawa Carla membuat Kevin menatap dengan dingin.

Melihat tatapan Kevin berubah menjadi lebih serius dari tadi, Carla yang menyadari itu langsung menarik Kevin mendekatinya.

"Kalau lo butuh rangsangan buat cakar lo keluar, bilang aja. Gue dengan senang hati membantu, karena gue nggak suka bermain halus." Bisik Carla dengan lembut ditelinga Kevin, lalu memegang daun telinga Kevin dengan lembut.

"Carla."

"Udah ah, gue capek." Carla pun langsung pergi meninggalkan Kevin dengan senyum miring.

Melihat Carla pergi, Kevin langsung memegang telinganya yang disentuh oleh Carla. Aska ternyata diam-diam melihat apa yang terjadi, tatapan Aska berubah seketika dan langsung pergi dari persembunyiannya.

Saat makan malam telah tiba, Carla baru saja bergabung setelah dipanggil oleh bi Ina. Carla tampak malas setelah melihat situasi meja makan, dan langsung memilih duduk berhadapan dengan tuan Wijaya yang berjarak tak jauh.

"Carla, setelah ini papa mau ngomong sama kamu. Berdua," Ungkap tuan Wijaya.

"Udah ngomong aja disini pa, Carla banyak tugas." Ungkap Carla dengan senyum manisnya, namun bagi Aska dan Kevin senyum itu tampak palsu.

"Papa, sudah hubungi dokter Yohan buat."

"Nggak, Carla nggak mau. Kalau papa maksa Carla untuk nurut, maka papa juga harus kabulin permintaan aku. Gimana?" Tawar Carla dengan nada tegas.

"Carla, kali ini papa mohon." Pinta tuan Wijaya dengan tatapan tulus.

"Sejak kapan aku nggak pernah nurut sama mau papa? Papa minta aku ikut sama papa waktu cerai sama mama, aku turutin. Papa minta aku untuk berhenti hubungi mama, aku juga turutin. Papa minta aku ikut kak Yohan, dan sampai akhirnya aku dikarantina di Jerman. Aku turutin pa. Semua, semua mau papa aku turutin." Ungkap Carla dengan nada masih tenang.

"Semua papa lakukan buat kamu sayang."

"Buat aku? No. Sepuluh permintaan papa aku turutin, tapi satu permintaan aku nggak pernah papa turutin. Why? Ini nggak pa." Carla mulai menaikan nada bicaranya lalu meletakan alat makannya.

"Sayang, Carla sebaiknya kita makan malam dulu." Sela nyonya Henna dengan canggung.

"Kalau bukan om Hendra, yang bujuk papa untuk aku pulang ke Indonesia. Mungkin aku akan membusuk dipenjara yang papa buat, papa tau aku nggak suka. Kenapa papa lakuin itu? Sekarang, papa mau aku turutin apa lagi? Tapi apa papa bisa turutin mau aku dulu?" Carla kini tampak tak peduli dengan sekitarnya.

Suasana meja makan kini menjadi canggung, tak seorang pun menyentuh makanannya. Tuan Wijaya tampak terdiam menatap putri tunggalnya itu, berusaha untuk mengontrol amarahnya. Diam-diam nyonya Henna mengenggam tangan tuan Wijaya dibawah meja makan.
.
.
.

Bersambung...

Stepbrother || TREASURE✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang