76

198 20 0
                                    

Mobil tuan Wijaya melaju begitu saja, meninggalkan Carla yang masih berdiri diam. Jhon tak banyak menolak, ia hanya diam saja selama perjalan kerumah sakit. Sesampai di rumah sakit, tuan Wijaya segera membawa Jhon untuk melakukan pengambilan sampel darah.

"Kalian tunggu sebentar disini." Ungkap tuan Wijaya meninggalkan Jhon dan Kevin.

"Jhon."

"Hm?"

"Lo beneran pacaran sama Tisa?" Tanya Kevin penasaran.

"Nggak. Waktu itu gue ngibulin lo aja," ungkap Jhon dengan terus memainkan ponselnya.

"Hm..."

"Lo kenapa sih? Penasaran sama gue? Bilang aja." Ungkap Jhon mendadak kesal dengan sikap Kevin.

"Iya." Kevin hanya menjawab sebisanya.

"Gue, lepas dari maut karena kak Tisa nyelamatin gue. Skenario kematian gue itu semua karena kak Tisa, om Hendra sama kak Yohan. Puas?" Jelas Jhon singkat.

"Dan kalian balas dendam dengan kematian Aska?" Tanya Kevin menahan emosinya.

"Soal itu gue nggak tau, karena gue cuma diajak nemanin kak Daniel doang. Semua itu adalah rencana kakek, dan gue males ikut campur urusan itu." Ungkap Jhon melanjutkan kesibukannya dengan ponsel.

"Bagaimana dengan Carla?" Tanya Kevin.

"Kak Carla? Dia cuma syok atas pernikahan papa sama almarhuma nyokap lo, dia berusaha untuk terima kalian. Tapi jadi semakin kesal, karena tau nyokap lo adalah alasan orangtua gue cerai. Selebihnya, dia hanya kaki dan tangan kakek. Kalau lo mau marah dan kecewa, jangan sama kami tapi sama kakek karena dia otak dari semua rencana." Ungkap Jhon melemparkan padangan datar kearah Kevin.

"Itu konyol, bagaimana gue bisa marah sama orang yang sudah meninggal?" Tanya Kevin tersenyum getir.

"Lo yakin nggak bisa marah?" Tanya Jhon dengan tatapan menjadi penuh tanya.

"Maksud lo apa?" Tanya Kevin jadi penasaran, namun diam-diam tuan Wijaya mendengar percakapan keduanya.

"Lo mending tanya papa deh, kak Aldi sama kak Jina itu kerja sama papa dari kapan? Paling nanti papa jawab, sejak perceraian papa sama mama?" Ungkap Jhon dengan santai.

"Jhon tolong jangan bertele-tele." Kesal Kevin hingga ingin merampas ponsel Jhon.

"Intinya, kak Aldi dan kak Jina juga tangan dan kaki kakek Hinata Wanuwangsa. Mereka adalah orang yang memperhatikan gerak gerik kalian, nggak percaya? Coba aja tanya kak Yohan, dia juga tau segalanya apalagi om Hendra. Mereka menjadikan kami anak-anak sebagai kambing hitam, hingga akhirnya orang dewasa berpikir itu hanya salah paham antar para anak-anak." Jelas Jhon sambil merampas ponselnya dari Kevin.

"Jhon kamu tau dari siapa?" Tanya tuan Wijaya dengan tiba-tiba.

"Papa?" Jhon dan Kevin terdiam karena kehadiran tuan Wijaya.

"Jhon. Papa tanya sekarang, kamu tau dari siapa?" Tanya tuan Wijaya berusaha untuk membuat Jhon tetap tenang.

"Aku dengar dari pembicaraan kak Yohan dan Kakek, saat semua orang tau kalau kak Carla hamil." Ungkap Jhon dengan takut-takut.

"Ok, apa lagi yang kamu tau? Tolong beritahu papa," ungkap tuan Wijaya.

Jhon terdiam, sesekali melirik kearah Kevin. Gerak-gerik Jhon membuat tuan Wijaya dan Kevin berusaha menebak isi hati Jhon.

"Mama." Satu kata dari Kevin membuat Jhon neteskan airmatanya.

"Ada apa Jhon?" Tanya tuan Wijaya menenangkan Jhon.

"Aku cuma punya ini," ungkap Jhon menunjuk sebuah video, seseorang dengan jas dokter dan masker menyuntikan sesuatu kedalam infusan nyonya Henna.

"Kamu dapat ini dari siapa?!" Tanya tuan Wijaya dengan tatapan tak percaya.

"Mama?" Kevin segera kembali merampas ponsel Jhon dan melihat jelas isi video itu.

"Aku ngikuti kak Yohan, karena pengen minta kunci rumah. Tapi kak Yohan malah ke IGD, sampai disana aku lihat Kevin sama papa keluar dari sebuah tirai. Jadi aku penasaran itu siapa, saat mau ngecek tiba-tiba seseorang dengan jas dokter itu datang. Jadi aku sembunyi, dan dia ngelakuin itu." Jelas Jhon dengan penuh keringat.
.
.
.

Bersambung...

Stepbrother || TREASURE✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang