40

261 30 0
                                    

Didalam mobil Carla hanya diam, sesekali dokter Yohan memandangi wajah datarnya yang pucat.

"Sejak kapan kamu tau?" Tanya dokter Yohan sambil terus menyetir.

"Baru pagi ini." Jawab Carla sekenanya.

"Tapi kamu yakin? Ini ide gila tau nggak?" Ungkap dokter Yohan dengan wajah khawatir.

"Gue yakin, sampai waktu yang tepat dimana gue nggak bisa nyembunyiin semuanya." Ungkap Carla membelai perut datarnya.

Hingga keduanya sampai di Rumah Sakit, sebelum turun dari mobil dokter Yohan tampak terkejut dengan apa yang ia lihat.

"Wait La." Dokter Yohan mencegah Carla turun dari mobil.

"Why?" Carla tampak binggung.

"Ada yang ngikutin kita." Ungkap dokter Yohan sambil menunjuk dari pantulan kaca spion.

"Kita harus gimana kak?" Carla kini mulai panik.

"Kamu tenang, semua akan aku urus. Kamu harus tetap tenang, syukurnya aku sudah minta tolong buat nyonya Linda kesini. Lakuin semua serapi mungkin, ikuti semuanya." Ungkap dokter Yohan meyakinkan Carla, dan ia hanya bisa menurut.

Dokter Yohan segera keluar dari mobilnya, lalu pergi begitu saja. Orang itu terus memperhatikan dari kejauhan, tak lama kemudian dokter Yohan tampak kembali kemobil membawa kursi roda.

"Dokter Yohan baru saja kembali membawa kursi roda, tuan." Ungkapnya yang ternyata adalah Aldi.

Dokter Yohan tampak membantu Carla untuk duduk dikursi roda, perlahan mendorong kursi roda masuk kedalam rumah sakit. Aldi terus mengikuti keduanya secara diam-diam, namun langkahnya terhenti saat melihat sesuatu.

"Tuan, ada nyonya Linda disini." Ungkap Aldi.

"Carla? Kamu kenapa? Sama dokter Yohan?" Tanya nyonya Linda dari arah berlawan tampak seperti tak sengaja bertemu.

"Pagi nyonya," sapa dokter Yohan dengan sopan.

"Pagi dokter Yohan."

"Tadi pagi saya dihubungi oleh tuan Wijaya, katanya Carla muntah-muntah dirumah. Jadi saya bawa Carla kesini untuk pengecekan lebih akurat, agar mudah meresepkan obat yang tepat." Jelas dokter Yohan.

"Tante ngapain disini sepagi ini?" Tanya Carla dengan lembut.

"Oh itu, tante tadi singgah sebentar untuk besuk salah satu kerabat tante dirawat disini." Jelas nyonya Linda dan Carla hanya menganggukan kepalanya. "Papa sama mama mu kemana? Nggak nemani?" Tanya nyonya Linda lagi.

"Mereka pengen nemani tadi, cuma Carla nggak mau mereka ikut. Lagian papa juga harus kekantor, mama juga harus ngurus bisnis butik barunya. Lagi pula ada dokter Yohan," ungkap Carla dengan senyum dibalik wajah pucatnya.

"Ya udah, kebetulan tante lagi free nih. Biar tante temanin ya," tawar nyonya Linda.

"Tapi tante." Carla tampak berusaha mencegah nyonya Linda.

"Kenapa? Kamu takut papa mu salah paham? Ok, tunggu sebentar." Nyonya Linda segera mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi seseorang.

"Halo kak Linda." Sapa orang diseberang telepon.

"Halo Wijaya, ini aku nggak sengaja ketemu sama Carla di Rumah Sakit berdua dengan dokter Yohan. Dan Carla udah cerita kalau dia nggak mau ganggu kerjaan kamu sama Henna," ungkap nyonya Linda dengan santai.

"Aku juga binggung kak sama Carla. Padahal kondisinya seperti ini, aku jadi nggak enak hati ninggalin dia." Ungkap tuan Wijaya.

"Udah kamu tenang aja, kebetulan aku juga lagi free kerjaan dikantor. Jadi aku bisa nemani Carla, kamu sama Henna nggak usah khawatir. Hasil pemeriksaan akan ku sampaikan sejelas mungkin." Nyonya Linda berusaha meyakinkan tuan Wijaya.

"Maaf merepotkan kak Linda. Tapi terima kasih kak, sudah perhatian ke Carla."

"Udah kamu nggak usah sungkan, Carla sudah ku anggap anak sendiri. Ya udah ku tutup dulu ya. Selamat pagi."

"Iya kak, terima kasih. Pagi juga kak Linda."

Sambungan telepon pun terputus, nyonya Linda segera mendekati Carla lagi. Aldi terus memperhatikan dalam persembunyiannya, dan ia juga bisa mendengarkan percakapan mereka dengan jelas.

.
.
.
.
Bersambung....

Stepbrother || TREASURE✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang