43

212 23 0
                                    

Daniel terdiam sejenak dimejanya, matanya terus menatap kelayar ponselnya. Raut wajahnya tampak frustasi, perasaan takut dan pikirannya kacau begitu saja. Kelas hampir kosong karena bel pulang sudah berbunyi, dengan segera Daniel mengambil tasnya lalu bergegas pergi keluar kelas.

Tisa baru saja menyelesaikan piket kelasnya, namun seketika ia sadar ada seseorang yang sedang berdiri didepan pintu kelas.

"AAA..!!!" Tisa tampak terkejut melihat Daniel yang menatapnya dengan tajam. "Lo tuh ya, kayak setan tau. Ada masalah hidup apa sih lo?" Tanya Tisa dengan kesal sambil berjalan mendekati Daniel.

"Emang ada setan seganteng gue? Kalau ada, coba kasih lihat ke gue." Ungkap Daniel sembari melihat sekelilingnya.

"Dih. Kayaknya lo beneran sakit jiwa deh, sudah sana gue mau pulang. Bye." Ungkap Tisa yang segera melangkahkan kakinya meninggalkan Daniel.

"Lo ikut gue sekarang." Daniel segera menarik Tisa pergi.

"Niel pelan-pelan dong, bisa santai aja nggak jalannya?" Kesal Tisa melepaskan tangan Daniel yang sedari tadi menarik tangannya.

"Makanya tuh kaki dipakai melangkah, bukan diseret." Kesal Daniel mencubit pipi Tisa.

"Wah lo keterlaluan nih, body shaming nih namanya. Mana pakai kekerasan lagi." Ketus Tisa mengusap pipinya yang dicubit Daniel.

"Lo tuh ya emang cocok jadi Queen of drama, alias lebay." Ketus Daniel.

"Mulut lo dijaga dikit dong, mau mulut lo gue ratain pakai sepatu gue?" Kesal Tisa mencubit bibir Daniel.

"Akh..." Daniel memukul tangan Tisa yang mencubit bibirnya. "Udah, ayo masuk." Daniel segera menarik Tisa untuk masuk kedalam mobilnya.

"Lo mau ngapain gue? Tapi lo yakin kita gini didepan sopir lo?" Ungkap Tisa menjauhi tubuhnya dari Daniel.

"Eh kucing san*e. Lo ngomong jangan ngasal, nih lihat." Daniel segera menunjukan sesuatu diponselnya, itu adalah pesan dari Carla.

Melihat pesan itu Tisa terdiam sejenak, kini isi kepalanya menjadi kacau. Raut wajahnya seketika berubah, tak ada lagi bercandaan tersirat.

"Nah diam kan lo. Sudah pak jalan, kita kerumah Carla." Ungkap Daniel.

"Baik tuan muda."

"Sa? Are you ok?" Tanya Daniel yang menyadari Tisa kini diam tak bersuara.

"Niel gue harus gimana? Gue binggung." Ungkap Tisa sembari tertunduk lesu.

"Gue juga nggak tau Sa, harus bersikap gimana. Kepala gue tiba-tiba buntu." Ungkap Daniel dengan raut wajah frustasi.

Keduanya akhirnya memilih untuk diam tak bersuara, hingga akhirnya mereka tiba dirumah Carla dan hampir bersamaan dengan Aska dan Kevin. Mereka tak saling menegur, hanya tatapan tajam yang mereka berikan satu dengan yang lain.

"Bi Ina." Sapa Tisa dan Daniel.

"Eh tuan Daniel, nona Tisa. Ayo mari masuk, nona Carla lagi istirahat dikamarnya." Ungkap bi Ina lalu pergi saat tuan Wijaya menghampiri mereka.

"Lo kalian barengan satu mobil?" Tanya tuan Wijaya.

"Nggak pa." Jawab Aska dengan datar.

"Kita mau jenggukin Carla om," ungkap Daniel dengan senyum

"Ya udah, kalian kekamarnya aja. Tadi katanya dia pusing, karena dari pagi muntah-muntah terus." Ungkap tuan Wijaya.

"Kalau gitu kita permisi kekamar Carla om." Ungkap Tisa dengan sopan.

"Ya udah." Tuan Wijaya dengan mudah mengijinkan Daniel dan Tisa.

"Papa kok ijinin mereka? Katanya Carla lagi istirahat?" Tegur Kevin.

"Mana tau Carla juga butuh semangat dari mereka, ok anak-anak? Ya sudah kalian ganti baju dulu, bersih-bersih setelah itu kita makan siang bareng." Ungkap tuan Wijaya dengan penuh wibawa.

"Baik pa." Jawab Aska dan Kevin hampir bersamaan.

Carla menatap kearah jendela, hingga pintu kamarnya diketuk. Dengan perlahan Carla berjalan kearah pintu, tampak Daniel dan Tisa susah berdiri didepan pintu Carla. Tanpa kata Carla segera mempersilakan mereka untuk masuk, lalu mengunci pintu kamarnya.
.
.
.
.
Bersambung...

Stepbrother || TREASURE✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang