56

202 24 0
                                    

Nyonya Henna terus menanggis Aska, Kevin terdiam dalam perasaan bersalahnya semakin mencekiknya. Perlahan Kevin berjalan menghampiri nyonya Henna dan tuan Wijaya, dengan segera ia berlutut dengan airmata mulai mengalir.

"Ma, maafin Kevin. Mama boleh hukum Kevin ma, mama boleh marahin Kevin, mama boleh pukul Kevin semau mama." Ungkapnya ditengah isak tanggisnya.

"Kevin." Tak banyak yang nyonya Henna katakan, ia langsung memeluk Kevin dengan erat.

"Maafin aku ma." Tanggis Kevin memeluk nyonya Henna.

"Jangan minta mama untuk membenci kamu Kevin, jangan pernah. Mama emang kehilangan anak mama, tapi beri mama waktu sayang. Waktu untuk memaafkan kamu, bisakan sayang?" Tanya nyonya Henna yang masih dengan isak tanggisnya.

"Kevin kamu tunggu diluar aja ya." Ungkap tuan Wijaya, sembari membantu nyonya Henna berdiri. "Aldi."

Melihat kode tuan Wijaya, dengan segera Aldi membantu Kevin berdiri dan berjalan keluar. Tak lama seorang perawat dan dokter langsung membawa tubuh Aska keluar, dari kamar perawatan.

"Untuk sementara almarhum akan dimandikan, keluarga silakan menunggu diluar." Ungkap seorang dengan menggunakan gown medis lengkap dengan maskernya.

Tanpa penolakan, tuan Wijaya dan nyonya Henna menunggu diluar ruangan pemandian. Kevin hanya terdiam menatap dari kejauhan, ditemani oleh Aldi.

Carla tersenyum simpul menatap bayi yang ada dalam pelukannya, matanya berkaca-kaca. Nyonya Stella perlahan membelai kepala Carla, nyonya Linda yang melihat itu hanya bisa tersenyum.

"Thanks, lo udah mau bertahan sama gue selama ini. Welcome, didunia yang lo harus hadapin. Gue yakin lo bakal lebih kuat dari gue." Ungkap Carla berbisik pada bayinya, sembari mengusap hidung bayi kecil itu.

"La." Tampak suara Tisa yang datang entah darimana dan fokusnya langsung kepada bayi kecil.

"Kenapa Sa?" Tanya Carla tersenyum.

"Lo sekarang beneran punya bayi?" Tanya Tisa seakan tak percaya.

"Yups, kenapa emang?" Tanya Carla dengan senyum miring.

"La, lo beneran mau buat gue gila dengan semua ide lo ini?" Tanya Tisa mendekati wajahnya kebayi itu.

"Harusnya sih nggak, tapi kalau lo merasa sudah gila. Ya, gue cuma bisa bilang sorry Sa." Ungkap Carla perlahan menggenggam tangan Tisa.

"Kakak bakalan kasih nama dia siapa?" Tanya Jhon.

"Aku bakalan kasih dia nama setelah melihat Aska didepan gue." Ungkap Carla.

"La, jangan ngadi-ngadi deh lo." Sela Daniel.

"Why?" Tanya Carla perlahan.

"Karena dia sudah meninggal." Ungkap seseorang yang ternyata adalah tuan Hinata.

"Maksud kakek? Kakek kenapa? Kakek mau suruh aku ngurus bayi ini sendiri? Tujuan aku mau ngelahirin bayi ini, karena aku pengen Aska gagal dalam semua mimpi dia sama kayak dia hancurin mimpi aku kek." Ungkapan Carla membuat semuanya terdiam dan terkejut.

"Carla." Nyonya Stella tampak tak percaya.

"Bagaimana dengan hubungan kalian, sebagai saudara?" Tanya tuan Hendra.

"Aku nggak peduli, om. Aku mau Aska. SE-KA-RANG." Ungkap Carla dengan tegas.

"Baik jika itu mau kamu Carla." Ungkap tuan Hinata berjalan keluar.

"La, permintaan lo nggak ada yang waras apa?" Kesal Daniel.

"Carla, kamu kenapa?" Tanya nyonya Stella dengan airmata mulai menetes.

"Stella, kamu yang tenang dulu ya. Aku tau ini sulit, tapi kamu harus kuat. Ok." Nyonya Linda berusaha menenangkan nyonya Stella dalam pelukkannya.

Kini hanya ada Carla, Tisa dan Daniel dalam ruangan itu. Carla terus perlahan membelai bayinya yang sedang ia kanggurui diatas tubuhnya. Senandung-senandung pelan ia keluarkan, membuat sang bayi lelap dalam pelukannya.

"Lo emang cocok jadi seorang ibu La." Ungkap Tisa.

"Terpaksa." Ungkap Carla dengan nada malas.

"Kalau lo terpaksa, kan bisa lo gugurin." Timpal Tisa.

"Eh segila-gilanya ide gue, tapi ini gue masih ada hati. Ya kali gue udah rela hancurin hidup gue, malah gue buang. Itu namanya kerja sia-sia." Ungkap Carla.

"Sepupu lo rada-rada." Dumel Tisa kepada Daniel.
.
.
.

.
Bersambung...

Stepbrother || TREASURE✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang