15

438 49 0
                                    

Didalam kelas Jesi masih tertegun masih tak percaya, sesekali ia melihat darah yang masih ada di lantai. Tubuhnya bergetar, rasa syok baginya membuatnya tersadar atas perbuatan Carla.

"Bukan gue! Gue dijebak sama Carla!" Ungkap Jesi berusaha meyakinkan para siswa yang ada disitu. "Baron gue dijebak." Ungkap Jesi saat melihat Baron baru saja masuk kedalam kelas.

"Lo, cewek gila!" Ungkap Tisa langsung menarik tangan Jesi dengan kasar.

"Apa-apaan sih lo?!" Tanya Baron dengan kesalmelepaskan tangan Tisa dari Jesi dengan kasar.

"Anak-anak kalian kenapa... HAH?! Ini darah apa?!" Tanya sang guru yang kaget melihat darah yang masih ada dilantai.

"Jesi nyerang Carla pakai pisau cutter bu." Ungkap Tisa dengan tegas.

"Bukan bu. Saya dijebak sama Carla." Ungkap Jesi menyakinkan sang guru.

"Tapi cutter itu baru lo lepas dari tangan lo." Ungkap Aska dengan nada dingin.

"Ibu dengar sendirikan, anak baru aja bilang kalau cutter itu ditangan Jesi." Ungkap Tisa dengan airmata yang mulai mengalir.

"Saya akan bawa dia." Ungkap Jina yang baru selesai mengambil cutter tadi dengan sapu tangan lalu menarik tangan Jesi.

Baron baru saja ingin melindungi Jesi, namun dengan sigap dihalangi oleh Kevin.

"Lo bakal dituduh bersekongkol sama dia," bisik Kevin sambil menepuk bahu Baron.

"Lo siapa?! Minggir!" Baron menepis tangan Kevin dengan kasar.

"Baron cukup, semuanya tunggu diluar
sampai kelas kalian selesai dibersihkan. Ibu akan menyusul Jesi." Ungkap sang guru.

Semua siswa pun akhirnya berjalan keluar, dengan santai Tisa menghapus airmatanya lalu tersenyum miring. Hal itu menarik perhatian Aska dan Kevin, lalu keduanya menarik Tisa pergi hingga mereka berada ditempat sepi.

"Apa?" Tanya Tisa dengan santai.

"Apa yang barusan gue lihat? Lo hapus airmata lo dan tersenyum disaat seperti ini?" Tanya Kevin mendekati Tisa.

"Pfftt.. kenapa? Lo berdua kok tegang banget? Santai aja kali." Ungkap Tisa sembari duduk dikursi yang ada didekat situ.

"Lo itu bermuka dua, ya?" Tanya Aska penasaran dengan raut wajah tak senang.

"HAHAHAHA... Hello? Muka dua? Pfftt... Sorry. Lo berdua lucu banget sih?" Ungkap Tisa dengan gaya cueknya.

"Carla itu sahabat lo, dia lagi terluka dan lo masih santai gini." Tegur Kevin dengan kesal.

"Gue sama Carla udah sahabatan dari kecil, jadi gue tau siapa Carla. Lo berdua cuma pendatang baru, jadi kalian berdua nikmati aja apa yang kalian lihat." Ungkap Tisa lalu berjalan ingin meninggalkan Aska dan Kevin.

"Kita belum selesai." Cegat Aska.

"Aska, Aska. Udahlah, jangan buang-buang waktu lo berdua. Jadi, lo pasti paham maksud gue." Ungkap Tisa menepuk bahu Aska.

"Maksud lo?" Tanya Aska memberi tatapan dingin kepada Tisa.

"Apa perlu gue kasih tau ke om Wijaya dan Carla? Kalau lo sama kembaran lo itu, lagi punya misi?" Bisik Tisa pada Aska, yang ternyata terdengar oleh Kevin.

"Lo ngomong yang jelas!" Kesal Kevin sambil mencengkram lengan Tisa.

"Apa perlu gue perjelas?" Tisa mengutak atik ponselnya, "Kalau lo berdua para siswa dua tahun yang lalu, merupakan dalang kasus dia." Ungkap Tisa menunjukan sesuatu diponselnya lalu tersenyum miring.

"Lo?!" Aska dan Kevin tampak terkejut melihat sesuatu diponsel Tisa.

"Udah deh, kalian berdua lebih baik hidup dengan tenang. Dan jangan melakukan apa-apa? Ssstttt..." Ungkap Tisa lalu pergi begitu saja.

Kevin dan Aska kembali bertatapan, lalu melihat Tisa yang pergi begitu saja.

"Gimana bisa?" Tanya Kevin yang tampak binggung.

"Gue juga nggak tau. Yang pasti untuk saat ini, tetaplah seperti biasa. Karena Tisa lebih harus diwaspadai daripada Carla." Jelas Aska lalu pergi, disusul oleh Kevin.

.
.
.
.

.
Bersambung...

Stepbrother || TREASURE✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang