63

193 19 0
                                    

Tuan Wijaya terdiam mendengar penjelasan kakaknya, perasaannya semakin bercampur aduk. Namun ditengah diam mereka, keduanya tiba-tiba dikejutkan oleh sebuah benturan keras yang jatuh tepat diatas sebuah mobil yang terparkir tepat disamping mobil Van tuan Hendra.

Mendengar hentakan yang cukup keras membuat keduanya, segera keluar dari dalam Van. Kedua kakak beradik itu sempat terdiam sejenak, karena rasa syok mereka. Perlahan tuan Wijaya mendekati tubuh yang tampak seorang wanita. Belum begitu dekat, tuan Wijaya tak bisa menyimbangi tubuhnya hingga terduduk.

"Wijaya, kamu kenapa?!" Tanya tuan Hendra yang binggung akan sikap adiknya, yang tak biasa seperti ini segera mendekati adiknya.

"PARKK HENNAAA...!!!" Teriak tuan Wijaya dengan histeris dan airmata mulai mengalir deras.

Dilain sisi, Kevin masih duduk terdiam menatap jauh. Namun lamunannya buyar saat ia mendengar nama ibunya, Kevin segera menyadarkan dirinya. Dari kejauhan ia melihat kerumunan, tanpa ragu Kevin segera berlari kearah kerumuman.

Setelah sampai dikerumunan itu, ia jelas mendengar tanggis tuan Wijaya. Membuat Kevin segera menerobos kerumunan. Tak elak seketika itu juga kaki Kevin melemah, airmatanya perlahan kembali mengalir.

"MAMAAAAA...MAMAAA..." Tanggis Kevin saat melihat tubuh ibunya yang sedang diatas tandu, dengan berlumuran darah segar.

Tanggis histeris Kevin pecah begitu saja, tuan Wijaya segera mendekati Kevin dan memeluknya dengan erat saat ingin mengejar petugas IGD membawa nyonya Henna.

"PA. MAMA.." Tanggis Kevin yang semakin histeris.

"Kevin tenangkan diri kamu." Ungkap tuan Wijaya terus memeluk Kevin.

Kevin terdiam dalam lamunannya, tuan Wijaya mengacak rambutnya dengan frustasi. Tuan Hendra dari kejauhan melihat betapa hancurnya tuan Wijaya dan Kevin.

"Pa." Sapa Daniel dengan kopi dan air mineral ditangannya.

"Terima kasih Niel." Ungkap tuan Hendra mengambil kopi ditangan Daniel.

"Pa," Daniel tampak binggung untuk mengucapkan sepatah kata.

"Niel, semua ini diluar kendali papa. Sejak kedatangan kakek dari Paris, papa tidak tau rencana kakek mu." Ungkap tuan Hendra perlahan menepuk bahu Daniel lalu berjalan meninggalkannya.

Tanpa memperdebatkan itu, Daniel segera mengikuti arah papanya. Daniel menyodorkan air mineral ke Kevin yang duduk tak jauh dari tuan Wijaya dan papanya. Tapi cukup untuk ruang mereka berbicara berdua. Kevin menatap botol mineral yang disodorkan Daniel, mata sembabnya menatap Daniel seakan ragu.

"Tenang aja gue nggak naruh apa-apa. Nggak percaya? Ok." Daniel segera membuka botol itu lalu meneguk air mineral itu. "See? Gue aman." Ungkap Daniel kembali menyodorkan air mineral itu.

"Thank you." Ungkap Kevin dengan lesu.

"Gue turut berbelasungkawa, atas kepergian nyokap dan kembaran lo." Ungkap Daniel.

"Lo bilang Aska lihat isi amplop itu, dan Aska mengalami syok sampai jantung dia berhenti. Tapi gue dan keluarga gue nggak tau tubuh dia dimana." Ungkap Kevin tertunduk.

"Gue juga nggak tau kabar Aska setelah, gue ngeliatin isi amplop itu ke Aska." Ungkap Daniel melempar tatapan kearah Kevin.

"Lo tau hubungan Tisa dan Jhon?" Tanya Kevin membuat Daniel menatap Kevin dengan dalam.

"Lo kenal Jhon?" Tanya Daniel balik.

"Iya, gue kenal. Waktu Jhon jadi siswa pertukaran pelajar 2 tahun lalu," ungkap Kevin.

"Terus kenapa lo dengan percaya dirinya tanyain gue tentang hubungan Tisa dan Jhon?" Tanya Daniel tanpa mengalihkan tatapannya.

"Gue dengar dari Aska, kalau lo sama Tisa ada hubungan spesial. Dan gue lihat mereka kemarin bersama, jujur gue lebih kaget kehadiran Jhon." Ungkap Kevin tertunduk.

"Hah? Emang kenapa? Lo ngira Jhon hantu pakai acara kaget? Cih." Ungkap Daniel tersenyum miring sembari menepuk pelan bahu Kevin.

"Lo mau gue jujur sesuatu?" Tanya Kevin menatap Daniel.

"Lo percaya sama gue? Silakan. Tapi kalau lo ragu, mending nggak usah deh." Ungkap Daniel.

.
.
.
.
Bersambung...

Stepbrother || TREASURE✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang